BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Pedoman wawancara. 4. Siapa saja yang mencari nafkah untuk keluarga anda saat ini? 5. Berapa pendapatan yang di hasilkan anda setiap hari/bulan?

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kapur IX adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didirikan pada akhir abad ke-18, berdasarkan hasil mufakat Tokoh Adat pada saat

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN KONDISI EKONOMI AHLI WARIS DI DESA KRAMAT JEGU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

IV. GAMBARAN UMUM. Kampung Sidoarjo Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARISAN AHLI WARIS ANAK YANG DIASUH OLEH IBU TIRI DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau. Kecamatan ini meliputi beberapa Kelurahan atau Desa dengan luas wilayah

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Muara Jalai Kecamatan Kampar Utara

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN. di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua di Kota Pekanbaru dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III PRAKTIK HIBAH SEBAGAI CARA PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI DESA SRIWULAN KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB III POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KECAMATAN KENJERAN. sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bulak, di sebelah Barat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

BAB III DISKRIPSI TENTANG FAKTOR FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI PERNIKAHAN WANITA HAMIL. A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. meranti provinsi riau. Jarak Desa Tanjung bunga dengan ibu kota kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB II PROFIL DESA KASIMPAR DAN KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA KASIMPAR

BAB II GAMBARAN UMUM

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena

BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI BARANG REKONDISI DI DESA SIDOHARJO DUSUN TUMPAK MOJOKERTO

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SEI. INJAB KELURAHAN TERKUL. luas wilayah Hektar (Ha). Secara georafis, Kelurahan

BAB III PRAKTEK JUAL BELI LAHAN PEMAKAMAN BERSTATUS WAKAF DI DESA LAMPER TENGAH KECAMATAN SEMARANG SELATAN KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PULAU SENGKILO KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Kecamatan Kampar TimurKabupaten Kampar. Adapun jarak desa Pulau

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN

BAB III PRAKTEK PERPARKIRAN DI KABUPATEN KENDAL. A. Keadaan Sosial, Ekonomi, Budaya dan Keagamaan serta Letak

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan,

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM KENAGARIAN PANGKALAN KOTO BARU. Kota. Menurut data statistik di kantor kepala Kenagarian Pangkalan Koto

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. kuning dan bawahnya tanah hitam gambut derajat celcius sampai dengan 34.2 derajat celcius.

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

Transkripsi:

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa Sukapura Desa Sukapura Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 825 meter di atas permukaan laut dan mempunyai luas wilayah 1.312.634 Ha yang terdiri dari tegal, hutan Negara, dan pegunungan. Adapun batas-batas wilayahnya adalah: LETAK DESA KECAMATAN Sebelah Utara Ngepung, Lambang Kuning Sukapura, Lumbang Sebelah Selatan Sapikerep Sukapura Sebelah Barat Sapih Lumbang Sebelah Timur Sariwani Sukapura Orbitasi desa adalah sebagai berikut: Jarak ke Ibukota Kecamatan Jarak waktu tempuh Jarak ke Ibukota Kabupaten Jangka waktu tempuh Jarak ke Ibukota Propinsi Jangka waktu tempuh : 1 Kilometer : 5 Menit : 32 Kilometer : 70 Menit : 116 Kilometer : 200 Menit 61

62 2. Keadaan Penduduk Desa Sukapura Keadaan penduduk sampai dengan bulan Januari 2013 berjumlah 3.908 Jiwa dengan rincian penduduk laki-laki sejumlah 1.914 jiwa dan penduduk perempuan sejumlah 1.994 jiwa, dengan 1.190 KK, dan bila dibandingkan dengan jumlah penduduk awal tahun 2012 sejumlah 3.894 jiwa, maka tingkat pertumbuhan penduduk Desa Sukapura sebesar 0.07%, dan kondisi jumlah penduduk dapat kami tunjukkan dengan bagan sebagai berikut 12 : Tabel: 2 Jumlah Penduduk Awal Tahun Lahir Mati Datang Pindah Jumlah Penduduk Akhir Tahun L P L P L P L P L P L P 1.90 6 1.98 8 15 18 14 15 14 11 23 20 1.91 4 3.894 33 29 25 43 3.908 Banyaknya Kejadian Mutasi Tahun 2012 Kelahiran : Pria : 15 Wanita : 18 Kematian : Pria : 14 Wanita : 15 Datang : Pria : 14 Wanita : 11 Pindah : Pria : 23 Wanita : 20 1.99 4 1 Berkas Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa (LPPD) Tahun Anggaran 2012

63 Sedangkan jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat kami tampilkan sebagai barikut 3 : Tabel: 3 NO. KELOMPOK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN 1 0 4 122 122 2 5 9 124 120 3 10 14 110 134 4 15 19 100 144 5 20 24 98 146 6 25 29 90 154 7 30 34 120 124 8 35 39 118 126 9 40 44 114 130 10 45 49 128 116 11 50 54 136 108 12 55 59 118 136 13 60 64 140 104 14 65 69 129 114 15 70 74 137 110 16 75 + 130 106 17 JUMLAH 1914 1994 TOTAL 3.908 3 Ibid.

64 3. Keadaan Pendidikan Desa Sukapura Keadaan pendidikan di Sukapura terbilang belum menunjukkan kepedulian yang besar dari masyarakat, hal ini dapat terlihat dari jumlah penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan. Disana menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Sukapura hampir 2/3 dari jumlah penduduknya yaitu 2.459 dari jumlah keseluruhan 3.908 hanya menamatkan pedidikan Sekolah Dasar. Hal ini disebabkan karena masyarakat menilai bahwa yang terpenting dalam hidup mereka adalah bisa membaca dan menulis, hal itu sudah cukup menjadi bekal kehidupan anak-anaknya kelak. Oleh karena itu, cukup dengan pendidikan Sekolah Dasar. Namun, hal itu tidak terjadi secara keseluruhan, disisi lain masih banyak juga masyarakat yang peduli dan menganggap pendidikan penting. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang menamatkan SLTP yaitu sejumlah 604 kemudian disusul dengan tamatan SLTA sebanyak 364 dan Sarjana sebanyak 34 dari jumlah penduduk keseluruhan. 4 4. Keadaan Ekonomi Desa Sukapura Mayoritas masyarakat Sukapura bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini didukung dengan kondisi tanah di Kecamatan Sukapura yang berupa tanah mekanis yang banyak mengandung mineral yang berasal dari ledakan gunung berapi yang berupa pasir dan batu, lumpur bercampur dengan tanah 4 Ibid.

65 liat yang berwarna kelabu kening-kuningan. Sifat tanah semacam ini mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi, sehingga cocok apabila ditanami sayur-sayuran. Dengan demikian sayu-sayuran menjadi tanaman yang paling banyak dipilih oleh masyarakat setempat. Meskipun demikian, banyak tanaman-tanaman yang lain pula turut mengisi tanah-tanah daerah Sukapura, diantaranya: padi, jagung, kacang-kacangan, dan lain-lainnya. 5 Di samping itu, pekerjaan yang banyak diminati oleh masyarakat Sukapura adalah sopir dan pedagang. Hal itu dilatar belakangi oleh letak strategis desa Sukapura yang menjadi jalan utama sebagai akses menuju gunung Bromo, yaitu sekitar 5 km. Sehingga, banyak dari penduduk Sukapura yang menyediakan jasa angkutan umum sekaligus menjadi sopir bagi para pengunjung yang hendak menuju gunung Bromo, berbagai macam angkutan yang ditawarkan, diantaranya: jeep, pick up, dan sepeda motor. Adapun pedagang sebagai pilihan pekerjaan oleh masyarakat Sukapura, guna menyediakan kebutuhan khususnya bagi pengunjung gunung Bromo. Selain pekerjaan utama tersebut, masih banyak pekerjaan lainnya yang menjadi pilihan atau kebutuhan sebagai aktifitas perekonomian masyarakat Sukapura, meskipun jumlahnya sedikit. Diantaranya: pemilik penginapan, tukang kayu, dan pegawai. 6 5 Ibid. 6 Sutrisno, Wawancara, Sukapura, 15 Nopember 2013.

66 5. Keadaan Keagamaan Desa Sukapura Masyarakat desa Sukapura mayoritas beragama Islam. Dari keseluruhan jumlah penduduk desa Sukapura yang berjumlah 3. 928 orang, hanya 55 orang yang non muslim. 46 beragama Kriten Katolik, 7 beragama Kristen Protestan, dan 2 yang lainnya beragama Hindu. Fasilitas keagamaan yang tersedia di Desa Sukapura adalah masjid berjumlah 5 buah, 7 musholla atau langgar, dan sebuah gereja. 7 Meskipun demikian, praktek keagamaan khususnya agama Islam di Desa Sukapura belum menunjukkan efektifitas yang tinggi. Hal itu disebabkan oleh masyarakat pemeluk agama Islam yang dilatarbelakangi oleh budaya atau lebih dikenal dengan sebutan Islam turunan, hal demikian menjadi faktor utama praktek keagamaan yang belum maksimal. Pada kenyataannya masyarakat belum memahami secara mendalam tentang Islam, mereka mencukupi nilai-nilai moral dalam masyarakat dan kebiasaan yang menjadi panutan dalam bermasyarakat dan berkehidupan, karena masyarakat menilai bahwa segala sesuatu yang telah menjadi tradisi dan diwarisi oleh leluhur mempunyai nilai-nilai positif yang tentunya tidak akan menyimpang dari ajaran-ajaran agama. 8 7 Berkas Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa (LPPD) Tahun Anggaran 2012 8 Budi, Wawancara, Sukapura, 22 Nopember 2013.

67 B. Penentuan Bagian Waris Anak Perempuan di Desa Sukapura 1. Latar Belakang Penentuan Waris Di Desa Sukapura Melihat jumlah mayoritas muslim di suatu tempat, tidak selalu menunjukkan segala praktek kehidupan sehari-harinya berlandaskan agama Islam. Seperti yang terjadi di Desa Sukapura, dalam praktek pembagian warisnya, masyarakat lebih cenderung menggunakan hukum adat yang berlaku dan sudah menjadi tradisi yang diwarisi dari para leluhurnya. Hal itu terjadi karena masyarakat menilai bahwa apabila sesuatu telah menjadi tradisi, maka hal tersebut akan menjadi pegangan hidup yang akan terus dijaga. Karena tradisi-tradisi yang sudah dilakukan para leluhurnya tidak mungkin sampai kepada mereka, jika tradisi tersebut tidak memilki nilainilai positif, dan tentunya hal tersebut dipandang baik oleh para leluhurnya. 9 2. Ahli waris Ahli waris merupakan anggota keluarga yang berhak menerima warisan dari yang meninggal dunia. Yang berhak menjadi ahli waris menurut masyarakat Desa Sukapura didasarkan atas hubungan kekerabatan dan hubungan perkawinan. Hubungan kekerabatan yaitu hubungan nasab antara ahli waris dengan si mayit. Hubungan nasab tersebut adalah garis kerabat ke bawah/keturunan si mayit yaitu anak-anak si mayit seterusnya ke bawah dan 9 H. Sukanto, Wawancara, Sukapura, 22 Nopember 2013.

68 garis ke atas /leluhur si mayit yaitu ayah dan ibu. Hubungan kekerabatan merupakan hubungan terkuat dalam pembagian waris di Desa Sukapura, dan hubungan perkawinan merupakan hubungan kedua setelah kekerabatan. Sedangkan hubungan kekerabatan menyamping yaitu keluarga yang dihubungkan dengan si mati melalui garis menyamping, seperti saudara, paman, bibi, dan anak turunnya sama sekali tidak termasuk dalam golongan ahli waris Desa Sukapura. Hal itu disebabkan masyarakat memandang bahwa keluarga dari hubungan kekerabatan melalui garis menyamping ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup pewaris, artinya mereka tidak secara langsung berdampingan dengan pewaris dalam perjalanan dan perjuangan hidupnya, beda halnya dengan hubungan kekerabatan dari garis bawah yaitu anak-anak si pewaris yang sejatinya akan meneruskan perjuangan si mayit dan garis ke atas yaitu ayah ibu yang merupakan orang-orang yang paling berjasa dalam kehipuan si pewaris. Adapun hubungan perkawinan dianggap penting karena seseorang yang terikat sebab hubungan ini merupakan seseorang yang menemani perjalanan hidup pewaris, susah senangnya perjuangan, dan tentunya seseorang inilah yang tau pasti kehidupan si pewaris. Atas dasar inilah, keluarga yang ditetapkan sebagai ahli waris di Desa Sukapura terbatas pada hubungan kekerabatan garis keatas dan kebawah dan hubungan perkawinan. 10 10 Sulika, Wawancara, Sukapura, 29 Nopember 2013.

69 3. Bagian Waris Anak dan Cucu Perempuan Adapun bagian waris anak dan cucu perempuan yang dipraktekkkan oleh masyarakat Desa Sukapura adalah sebagai berikut: a) Anak perempuan dan laki-laki Bagian untuk kedua ahli waris ini adalah semua harta si mayit, tidak ada yang bisa menghijab kedua orang ini baik itu leluhur si mayit ataupun karena hubungan perkawinan. Apabila anak perempuan sendirian dan tidak bersama saudaranya yang laki-laki, maka ia mewarisi seluruh harta pewaris. Namun, jika anak perempuan tersebut lebih dari satu maka mereka bersekutu dalam menerima harta waris, dimana berlaku sama rata antar mereka. Hal tersebut juga berlaku bagi anak laki-laki, yaitu apabila anak laki-laki sendirian dan tidak bersama saudaranya yang perempuan, maka ia mewarisi seluruh harta pewaris. Namun, jika anak laki-laki tersebut lebih dari satu maka mereka bersekutu dalam menerima harta waris, dimana berlaku sama rata antar mereka. Berbeda halnya apabila mereka bersama-sama dalam menerima harta waris, artinya selain ada anak perempuan pewaris juga meninggalkan anak laki-laki. Apabila terjadi demikian, maka yang berlaku adalah mereka sama-sama bisa mewarisi. Namun, untuk bagian waris mereka terjadi perbedaan jumlah besarnya, dengan

70 mempertimbangkan jenis kelamin. Berlaku untuk anak perempuan lebih besar bagiannya dari laki-laki. Meskipun, tidak ada jumlah pasti mengenai selisih bagian antara perempuan dan laki-laki, masyarakat dalam mempertimbangkan besarnya bagian-bagian berdasarkan kebijakan masing-masing. Namun, melebihkan bagian perempuan tetap menjadi pertimbangan utama dalam penentuan bagian-bagian mereka. 11 Hal yang demikian sudah menjadi kebiasaan masyarakat Sukapura, sebagaimana yang terjadi dalam keluarga bapak Sarikat, ketika orang tuanya sudah meninggal, seluruh harta beralih kepada ahli warisnya, yaitu anak-anaknya. Yaitu, Marjuki, Markatun, Maryam, Sarikat, Supik, Suyanti, dan Suyono. Masing-masing anak laki-laki yaitu Marjuki, Sarikat, Supik, dan Suyono menerima setapak tanah yang ukurannya hampir sama, ± senilai Rp. 6.000.000,00 Sedangkan anak perempuan yaitu Markatun dan Maryam selain menerima setapak tanah tersebut, mereka juga menerima harta lainnya, yaitu sejumlah uang yang dipinjamkan kepada saudara bapak Sarikat yaitu bapak Marjuki sebesar Rp. 7.800.000,00 yang dibagikan kepada Maryam dan Markatun. Sedangkan Suyanti menerima rumah peninggalan orang tuanya ± senilai Rp. 12.000.000,00. 12 11 Sutini, Wawancara, Sukapura, 29 Nopember 2013. 12 Sarikat, Wawancara, Sukapura, 15 Nopember 2013.

71 Hal yang demikian juga terjadi dalam keluarga ibu Sutini, yaitu pembagian waris beserta saudaranya yang laki-laki yaitu bapak Kaserin dilakukan berdasarkan kesepakatan keluarga yang penentuannya menghasilkan pembagian untuk ibu Sutini rumah peninggal orang tuanya, ± senilai Rp. 25.000.000,00 sedangkan untuk bapak Kaserin setapak tanah pertanian yang ± senilai Rp. 16.000.000,00. 13 Begitu juga yang terjadi dalam keluarga bapak Waris, pembagian waris terhadap harta peninggalan orang tuanya yang menghasilkan bahwa bapak Sarikat beserta kedua saudaranya yang perempuan yaitu Saniati dan Hadija sama-sama menerima harta waris, namun jumlahnya berbeda yaitu untuk bapak Sarikat tanah perkebunan ± senilai Rp. 10.000.000,00, ibu Saniati mendapatkan toko makanan peninggalan orang tuanya ± senilai Rp. 14.000.000,00 dan ibu Hadija menerima rumah peninggalan orang tuanya ± senilai 16.000.000,00. 14 Pembagian semacam ini dianggap adil oleh keluarga, karena mempertimbangkan kondisi para ahli waris, dimana anak laki-laki tersebut bisa bekerja sendiri untuk mencari nafkah sehingga diberi lebih sedikit daripada perempuan. 15 13 Sutini, Wawancara, Sukapura, 22 Nopember 2013. 14 Waris, Wawancara, Sukapura, 22 Nopember 2013. 15 Sarikat, Wawancara, Sukapura, 22 Nopember 2013.

72 b) Cucu perempuan dan laki-laki Mengenai bagian ahli waris ini, hanya berlaku apabila orang tua mereka atau anak si pewaris lebih dulu meninggal sebelum matinya si pewaris. Dengan begitu, bagian-bagian mereka bukan merupakan ketentuan sendiri, melainkan bagian mereka sebatas apa yang seharusnya orang tua mereka dapatkan. Setelah bagian tersebut dipisahkan untuk mereka, selanjutnya mengenai bagian masing-masing cucu perempuan dan laki-laki ini berlaku sebagaimana anak perempuan dan laki-laki. 16 4. Proses pembagian waris Mengenai proses pembagian waris di desa Sukapura secara umum dipraktekkan yaitu dengan jalan musyawarah keluarga. Setelah pewaris meninggal dunia, keluarga pewaris mengadakan musyawarah tentang pembagian harta yang ditinggalkan pewaris. Musyawarah tersebut biasanya dihadiri oleh orang tua pewaris, suami atau istri dari pewaris, dan anak-anak pewaris. Meskipun pembagian waris dilakukan dengan jalan musyawarah, namun, yang mempunyai otoritas tentang penentuan bagian ahli waris yaitu orang-orang yang sudah tua dengan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah menjadi tradisi di Sukapura. Peran anak dalam musyawarah ini hanya sebagai saksi saja. Sehingga, sekalipun pembagian waris dilakukan dengan 16 Waris, Wawancara, Sukapura, 15 Nopember 2013.

73 jalan musyawarah, mengenai bagian masing-masing ahli waris, perbedaan besarnya jumlah dengan melihat jenis kelamin tetap dipertimbangkan. Dengan demikian, anak laki-laki maupun perempuan sulit untuk menolak ketentuan yang telah menjadi tradisi tersebut. Hal tersebut dilakukan karena pembagian semacam itu dianggap merupakan titah leluhur dan kebiasaan yang harus dilakukan. 17 Dengan proses pembagian waris di atas, dapat dikatakan bahwa pembagian warisan dengan pertimbangan jenis kelamin dan melebihkan bagian untuk perempuan dari laki-laki adalah kebiasaan yang tetap dilakukan oleh masyarakat Sukapura, yang dilakukan melaui musyawarah keluarga. Meskipun pada dasarnya, bahwa hal itu mengenyampingkan pihak laki-laki. Namun, karena itu merupakan kebiasaan yang sudah mengakar lama dalam kehidupan masyarakat Sukapura, maka tidak mudah untuk ditinggalkan. Apalagi masyarakat meyakini, bahwa dengan menjalankan kebiasaan yang sudah dibangun lama oleh para leluhurnya akan membawa kebaikan tersendiri bagi kelangsungan hidupnya. 17 Sutrisno, Wawancara, Sukapura, 29 Nopember 2013.

74 5. Alasan penentuan bagian waris anak perempuan Beberapa alasan yang dikemukakan oleh masyarakat Sukapura terhadap penentuan bagian waris anak perempuan yang lebih besar dari anak laki-laki yaitu: a. Perempuan tidak bekerja, sehingga ia tidak bisa menghasilkan uang sendiri. Berbeda halnya dengan laki-laki yang bekerja, sehingga ia bisa menghasilkan uang sendiri. 18 b. Adanya batasan keluar rumah bagi perempuan, masyarakat menganggap kurang baik apabila perempuan keluar rumah untuk aktifitas pekerjaan. Sedangkan untuk laki-laki tidak ada batasan, karena masyarakat menganggap bahwa laki-laki mempunyai tanggung jawab bekerja, sehingga keluar rumah adalah kebutuhan. c. Apabila ada perempuan yang bekerja, maka pekerjaan perempuan hanya bentuk bantuan apabila dibutuhkan, dan hasilnya pun belum bisa mencukupi kebutuhannya. 19 Berdasarkan alasan-alasan di atas, sekalipun berbeda-beda. Namun, alasan tersebut merujuk kepada satu alasan umum dan utama yang menjadikan bagian untuk perempuan lebih besar dari laki-laki, yaitu karena perempuan tidak bisa mencari nafkah sendiri sehingga perlu ditopang oleh keluarganya untuk tercukupinya kebutuhan perempuan. 18 Sutrisno, Wawancara, Sukapura, 15 Nopember 2013. 19 Sulika, Wawancara, Sukapura, 22 Nopember 2013.