BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita

dokumen-dokumen yang mirip
GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian. integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

I. PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh agar tetap sehat. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran yang optimal menuju tujuan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. moral, spiritual, dan lain-lain. Apabila manusia mengalami pendidikan yang baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih nikmat, lebih cepat, dan lebih lancar karenanya. Dengan kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ada sejak adanya manusia, dalam arti sejak adanya manusia telah ada pula usahausaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan kualitas di era globalisasi ini menuntut kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan. globalisasi adalah kondisi sumber daya manusia ( SDM ) masih relatif rendah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tira Nur Indah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktifitas jasmani, maka dari itu besar bagi manusia untuk mengenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern, dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita bahwa bangsa yang maju, modern, makmur, dan sejahtera adalah bangsabangsa yang memiliki sistem dan praktek pendidikan yang bermutu. Mutu pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia sangat penting maknanya bagi Pembangunan Nasional. Karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan dalam upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas. Tilaar (2002:4) Proses globalisasi mengubah wajah dunia, wajah masyarakat dengan dimensi-dimensi baru. Hal ini berarti manusia Indonesia haruslah dipersiapkan untuk menghadapi masyarakat global melalui proses pendidikan nasionalnya yaitu perlu mempunyai suatu visi strategis yang dapat menjawab tantangan tersebut. Pemerintah melalui UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan visi dan misi pendidikan nasional sebagai berikut: Visi pendidikan nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sedangkan salah satu misinya adalah: meningkatkan mutu

pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan internasional. Visi dan Misi pendidikan nasional tersebut dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada dasarnya Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan nasional yang memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan jalur pendidikan untuk mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai dengan karakteristik dan kekhasan programnya. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 disebutkan bahwa lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Selain itu, Standar Nasional Pendidikan juga dimaksudkan sebagai perangkat untuk mendorong terwujudnya transparansi dan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan mutu Pendidikan di Indonesia diantaranya untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan guru melalui penataran, diklat, serta memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu juga diadakan penyempurnaan kurikulum, penyempurnaan sistem penilaian hasil belajar, memperluas sarana prasarana pendidikan, meningkatkan dan mengembangan profesional guru, penyusunan dan pendistribusian pedoman

dan petunjuk teknis proses pembelajaran serta meningkatkan peran serta masyarakat melalui komite sekolah. Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah menjadi semakin besar. Lahirnya undang-undang tersebut menandai sistem baru dalam penyelenggaraan pendidikan dari sistem yang cenderung sentralistik menjadi lebih desentralistik. Otonomi daerah sebagai kebijakan politik di tingkat makro akan memberi imbas terhadap otonomi sekolah sebagai subsistem pendidikan nasional (Mulyasa,2007:4). Berdasarkan ketentuan itu, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak yang seluas-luasnya untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasi-variasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan kebutuhan daerah, serta kondisi siswa. Ketidakoptimalan mutu sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah manajemen pendidikan yang ternyata sangat sentralistik sehingga menempatkan sekolah pada posisi yang marginal, kurang berdaya, kurang mandiri, bahkan terpasung kreativitasnya. Untuk itu, perlu ada reorientasi dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat kepada yang berbasis sekolah (Soemaryadi,2008: 1) Sentralisasi Pendidikan Nasional sudah tidak tepat lagi dipergunakan, maka sekarang ini desentralisasi pendidikan merupakan pilihan yang sangat tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Karena dengan mutu pendidikan yang baik, kita dapat ikut bersaing dalam era

globalisasi yang tidak dapat dihindarkan. Tilaar (2002:20), mempertegas bahwa desentralisasi pendidikan merupakan suatu keharusan. Ada tiga hal yang berkaitan dengan urgensi desentralisasi pendidikan. Ketiga hal tersebut adalah: (a) pembangunan masyarakat demokrasi, (b) pengembangan social capital, dan (c) peningkatan daya saing bangsa. Mutu pendidikan merupakan konsekuensi langsung dari suatu perubahan dan perkembangan berbagai aspek kehidupan. Tuntutan terhadap mutu pendidikan menjadi syarat terpenting untuk dapat menjawab tantangan perubahan dan perkembangan. Hal ini diperlukan untuk mendukung terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka, dan berdemokrasi, serta mampu bersaing secara terbuka di era global. Chan dan Tuti (2006:139), era globalisasi merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan bahwa dunia ini sudah semakin mengecil. Di dalam konteks informatisasi, dunia ini sudah menjadi satu, tidak ada lagi yang membatasi wilayah satu dengan yang lainnya. Azahari dalam Chan dan Tuti (2006:139) menyebutnya dengan istilah dunia adalah satu tempat yang tunggal tanpa batas atau borderless word and only one earth. Maliki (2008:277) menambahkan bahwa hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ilmu pengetahuan yang cukup pesat. Ilmu pengetahuan menyebar keseluruh sendi kehidupan, sehingga sekarang kita berada disebuah era yang disebut dengan masyarakat yang berbasis pengetahuan, (knowledge based society). Mencermati hal tersebut sektor

pendidikan yang menjadi tulang punggung penting dalam membina dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), perlu mengambil langkah konkret dalam meningkatkan mutu pendidikan. Maksum (2008:2), pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang profesional, sejahtera, dan bermartabat. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan secara keseluruhan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Giriwojo dan Lilis (2007:2), pendidikan jasmani mempunyai tujuan membina mutu sumber daya manusia seutuhnya yaitu manusia yang sehat/bugar seutuhnya atau sejahtera seutuhnya yaitu sejahtera jasmani, rohani dan sosial sesuai rumusan sehat WHO. Dengan kata lain bahwa tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan secara umum.

Johnson (2007:3), Pendidikan jasmani dan olahraga begitu kaya akan pengalaman emosional. Aneka macam emosi terlibat di dalamnya. Kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga yang berakar pada permainan, ketrampilan dan ketangkasan memerlukan pengerahan energi untuk menghasilkan yang terbaik. Kita setuju untuk mengemukakan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan dasar atau alat pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya, dalam pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang behavior dalam membentuk kemampuan manusia yang berwatak dan bermoral. Khomsin (2009:14), Pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan pelajaran yang berbeda dengan pelajaran lainnya. Pendidikan jasmani sebagai bagian dari proses pendidikan memiliki peranan yang paling unik, karena melalui pendidikan jasmani akan dapat dikembangkan secara sempurna baik aspek fisik, psikomotor, kognitif, dan afektif. Oleh karena itu dalam proses pembelajaranya harus memperhatikan perhatian, motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan penguatan dan perbedaan individual (Dimyati dan Mujiono, 2006: 42). Kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan jasmani disebabkan bukan karena semata-mata pemilihan dan pengembangan materi yang tidak sesuai keadaan siswa, akan tetapi lebih banyak kelemahannya pada pengembangan pendekatan pembelajaran. Demikian pula terbatasnya alat dan fasilitas olahraga, serta kurangnya kreatifitas guru dalam memilih, menggunakan dan menetapkan model, metode, pendekatan pembelajaran

akan berdampak negatif terhadap kwantitas dan kualitas tugas gerak yang diberikan oleh guru kepada siswa, sehingga akan menghambat pengembangan perbendaharaan gerak pada siswa serta menyebakan kesulitan didalam pembinaan bakat dan prestasi. Fenomena menyedihkan terkait dengan tugas mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Laporan riset nasional (Anonim,2007:4), bahwa : (1) Tingkat kebugaran masyarakat kita rata-rata kurang; (2) Perilaku menyimpang dikalangan remaja semakin tinggi; (3) Pola hidup kurang gerak (sedentary lifestyle); (4) Masih ada pemahaman dari kalangan internal sekolah bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah pelajaran yang membosankan, menghambur-hamburkan waktu dan mengganggu perkembangan intelektual anak; (5) Masih sulit dijumpai adanya guru penjasorkes di sekeliling kita yang kompeten dan sukses mengelola mata pelajarannya. Melihat kenyataan tersebut di atas, bahwa peran pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan belum optimal. Masih banyak guru yang belum bisa mengembangkan, mengimplementasikan pengelolaan pembelajaran di sekolah masing-masing. Belum lagi jika ukuran kinerja atau efektivitas Proses Belajar Mengajar (PBM) Pendidikan Jasmani tersebut dinilai dari aspek lain yang seharusnya terintegrasi dalam pendidikan jasmani.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dilaksanakan di sekolah masih belum mencukupi untuk kebutuhan anak. Aktivitas pendidikan jasmani yang diperoleh siswa cenderung terbatas. Siswa berpartisipasi pada permainan dan aktivitas yang jumlahnya relatif terbatas. Demikian juga kesempatan dan waktu aktif belajar untuk mengembangkan konsep dasar dan keterampilan gerakpun terbatas (Lutan, 2002: 13). Kualitas proses yang seharusnya dapat terlihat dari pendidikan jasmani yang baik, seperti bagaimana guru menerapkan model pengembangan disiplin, pengajaran yang bernuansa DAP (developmentally appropriate practice = praktik pengembangan yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik). Jam pelajaran untuk pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah, serta sistem proses belajar dan mengajar yang masih tradisional, masih jauh dari mencukupi untuk membentuk siswa yang bugar dan memiliki produktivitas belajar (Poerwanti,2007: 5). Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis saja, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosional, dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan membutuhkan

seorang guru yang kreatif. Ernawati (2008:7), mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama, disiplin, tanggung jawab) dan pembiasaan pola hidup sehat. Faktor guru diyakini memegang peran yang sangat strategis dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru yang berkualitas berpengaruh besar terhadap efektivitas pembelajaran. Keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak bagi hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas (Suherman,2007: 2). Dalam proses pembelajaran, masih banyak diantara guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang menerapkan pembelajarannya secara monoton/tradisional dari tahun ke tahun. Tanpa disadari hal ini telah berlangsung generasi demi generasi sehingga tidak terpikir untuk menciptakan atau mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik dan lebih menyenangkan, namun tetap efektif mencapai tujuan yang diharapkan. B. Fokus Penelitian

Pentingya Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sebagai salah satu komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak pihak. Namun dalam pelaksanaannya pembelajaran Pendidikan Jasmani berjalan belum efektif dan efisien seperti yang diharapkan. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi, uraian materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak secara menyeluruh. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan diperlukan berbagai pendekatan baik strategi, teknik dan metode yang tepat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan secara sungguh-sungguh, sehingga dalam diri siswa timbul rasa percaya diri. Penelitian ini difokuskan pada bagaimana karakteristik pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 1 Muntilan? Fokus tersebut dijabarkan menjadi tiga sub fokus sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik materi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 1 Muntilan? 2. Bagaimana karakteristik sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 1 Muntilan?

3. Bagaimana karakteristik interaksi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan antara guru dengan siswa di SMA Negeri 1 Muntilan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, fokus penelitian dan sub fokus penelitian maka tujuan pada penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan karakteristik materi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 1 Muntilan 2. Mendeskripsikan Karakteristik sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 1 Muntilan 3. Mendeskripsikan karakteristik interaksi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan antara guru dengan siswa di SMA Negeri 1 Muntilan. D. Manfaat Penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya peningkatan mutu pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan baik manfaat yang bersifat teoritis maupun praktis. 1. Manfaat secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk mengembangkan dan meningkatkan pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah. 2. Manfaat secara praktis

a. Manfaat bagi Guru Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi guru sebagai bahan pertimbangan dan umpan balik dalam meningkatkan pengelolaan pembelajaran. b. Manfaat bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi kepala sekolah dan seluruh staf dalam menyikapi pentingnya pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Guna menunjang peningkatan prestasi sekolah khususnya prestasi olahraga. c. Manfaat bagi Dinas Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam mengambil kebijakan, serta untuk pengembangan pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan secara umum. E. Definisi Istilah 1. Pengelolaan Pengelolaan adalah sejumlah proses yang terorganisir yang memberikan bantuan kepada proses pendidikan dan pengajaran dalam rangka mewujudkan berbagai sasaran dan tujuan pembelajaran sebagaimana yang telah ditetapkan oleh lembaga. 2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang bersifat timbal balik antara guru dan murid, yang berlansung dalam situasi edukatif dengan melibatkan berbagai unsur pendukung untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang disajikan di sekolah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, berjiwa sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.