BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia diatur dalam Undang-undang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan standar kelulusan di setiap tingkatan dalam pendidikan.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pranata pembangunan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah membawa konsekuensi bagi dunia pendidikan agar segera

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Melalui pendidikan, kualitas sumber daya. nasional. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ferri Wiryawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. UU RI No. 20 Tahun 2003 SISDIKNAS Bab II Pasal 3 yaitu :Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memegang peranan penting. Dengan pendidikan,diharapkan. kemampuan, mutu pendidikan dan martabat manusia Indonesia dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional dalam bab II pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rohani, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faris Fauzi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia diatur dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003. Berdasarkan Undang-undang tersebut, pada pasal 5 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Dari Undang-undang tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap elemen yang terlibat dalam pendidikan di Indonesia wajib mengusahakan terciptanya pendidikan yang bermutu. Salah satu yang terlibat dalam hal ini adalah guru, karena pendidikan yang bermutu hanya akan tercapai jika pembelajaran yang berlangsung di kelas berjalan sebagai mana mestinya seperti yang direncanakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk merancang pembelajaran akan berpengaruh pada hasil pencapaian pembelajaran itu sendiri. Telah berkembang berbagai macam teori tentang model pembelajaran yang ada, salah satunya adalah model Problem Based Learning (PBL). M.Hosnan (2014:295) model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. 1

Model PBL seperti yang disebutkan sebelumnya dapat mengembangkan aspek kemandirian belajar. Pada UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Penerapan model PBLdapat menjadi salah satu cara untuk mencapai fungsi pendidikan nasional karena dapat mengembangkan kemandirian belajar. Model PBL memiliki karakteristik khusus, salah satunya adalah melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Jamil (2013 : 216) menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran, yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student centered. Apabila siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, maka pengetahuan yang didapat akan bertahan dalam jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan siswa yang pasif. Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan model PBL membantu siswa memahami materi pelajaran sehingga prestasi yang diperoleh akan optimal. Pembelajaran yang menggunakan model PBL cocok diterapkan pada siswa yang telah memiliki struktur kognitif yang tinggi karena pada pembelajaran ini siswa dituntut untuk berpikir tingkat tinggi. Atas dasar alasan tersebut, maka model pembelajaran semacam ini cocok bagi siswa SMA atau sederajat. Pada 2

penelitian ini, siswa yang dipilih sebagai objek penelitian adalah siswa kelas X SMK N 1 Saptosari. SMK N 1 Saptosari merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Gunungkidul. Salah satu jurusan yang ada di SMK N 1 Saptosari adalah Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). Siswa pada jurusan ini seharusnya memiliki prestasi belajar tinggi di bidang eksak. Salah satu pelajaran eksak yang wajib dipelajari pada jenjang ini adalah matematika. Akan tetapi, pada kenyataannya prestasi belajar matematika siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari bisa dikatakan rendah dilihat dari nilai Ujian Tengah Semester (UTS) genap tahun 2014/2015. Berikut diskripsi data nilai UTS siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari. Tabel 1. Diskripsi Data Nilai UTS Statistic Std. Error Uts Mean 40,8656 2,40909 95% Confidence Interval Lower Bound 36,0467 for Mean Upper Bound 45,6845 5% Trimmed Mean 39,9961 Median 36,7000 Variance 354,027 Std. Deviation 18,81561 Minimum 10,00 Maximum 93,00 Range 83,00 Interquartile Range 24,50 Skewness,674,306 Kurtosis,178,604 Dari Tebel 1 tentangdiskripsi data nilai UTS, dapat diketahui bahwa ratarata nilai UTS siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari adalah 40,8656. Padahal di SMK N 1 Saptosari, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran matematika adalah 75. Dengan KKM tersebut, hanya terdapat 3 dari 61 siswa 3

dapat dikatakan tuntas. Hal ini memperlihatkan bahwa prestasi belajar matematika untuk siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari masih rendah. Selain prestasi belajar di bidang eksak, siswa SMK N 1 Saptosari harus memiliki kemandirian belajar. Hal ini disebabkan karena siswa lulusan SMK dipersiapkan untuk langsung terjun ke dunia kerja. Agar dapat menjadi pekerja yang profesional, maka dibutuhkan kemandirian dari siswa lulusan SMK tersebut. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dengan cara mengamati pembelajaran di kelas, siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari kurang memiliki kemandirian belajar. Hal ini ditunjukan dengan ketergantungan siswa terhadap guru masih begitu tinggi. Siswa cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran matematika. Bahkan ketika guru berhalangan hadir dan meninggalkan tugas, siswa lebih sering mengabaikan tugas tersebut. Penggunaan model pembelajaran Ekspositori yang masih dominan menjadi salah satu alasan kemandirian dan prestasi belajar matematika siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari masih rendah. Hal tersebut juga berdampak pada hasil Ujian Nasional siswa SMK N 1 Saptosari pada tahun 2013. Berikut Tabel 2 tentang daya serap Ujian Nasional mata pelajaran matematika pada materi yang diajarkan di kelas X. Tabel 2. Daya Serap Ujian Nasional Matematika SMK N 1 Saptosari No Kemampuan yang diuji Daya Serap 1. Data dan Pengukurannya 53,36 2. Fungsi dan Program Linear 54,63 3. Operasi Hitung Bilangan Real 56,48 4. Matriks dan Vektor 63,58 5. Logika Matematika 65,12 (Sumber: Pusat Pendidikan Nasional) 4

Dari Tabel 2 di atas, terdapat 3 kemampuan yang duijidengan daya serap kurang dari 60, yaitu data dan pengukuran, fungsi dan program linear, serta operasi hitung bilangan real. Apabila memperhatikan keluasan materi, maka materi fungsi dan program linear merupakan materi yang cukup luas. Pada materi fungsi sendiri masih terbagi menjadi beberapa jenis fungsi yang harus dipelajari oleh siswa. Hal tersebut dapat menjadi salah satu alasan mengapa daya serap untuk materi fungsi masih rendah. Materi fungsi di kelas X SMK meliputi fungsi linear, kuadrat, eksponen, logaritma, dan trigonometri. Namun, di kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari materi fungsi yang akan diajarkan adalah fungsi linear dan fungsi kuadrat saja. Guru beralasan karena di kelas XI, siswa akan mendapatkan materi eksponen, logaritma, dan juga trigonometri. Selain itu, alokasi waktu yang telah direncanakan pada pembelajaran di kelas X sedikit terganggu dengan persiapan Ujian Nasional yang akan dikuti siswa kelas XII. Fungsi kuadrat merupakan salah satu bentuk dari fungsi aljabar yang banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan perubahan variabel dan berkaitan dengan nilai ekstrim (maksimum dan minimum). Berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari sering menggunakan kaidah fungsi kuadrat untuk menyelesaikannya. Biasanya masalah tersebut disajikan dalam bentuk kalimat, sehingga perlu memahami dan menentukan strategi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Paul Eggen dan Don Kauchak (2012:136) menyatakan bahwa langkah pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning meliputi (1) meriview dan menyajikan masalah, (2) 5

menyusun strategi (3) menerapkan strategi, dan (4) membahas dan mengevaluasi hasil. Dari pernyataan tersebut, maka materi fungsi kuadrat yang banyak terkait dengan masalah sehari-hari cocok menggunakan model Problem Based Learning. Umdatun Nafiah (2013) melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Matematika Pokok Bahasan Fungsi Kuadrat bercirikan Problem Based Learning untuk Siswa Kelas X SMA RSBI. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Hal ini memperkuat pernyataan bahwa model Problem Based Learning cocok digunakan untuk materi fungsi kuadrat. Dengan beberapa alasan tersebut, penelitian ini akan mengambil materi fungsi kuadrat sebagai materi yang digunakan untuk penelitian. Beberapa fakta di atas menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian tentang efektifitas model Problem Based Learning pada pembelajaran matematika ditinjau dari kemandirian dan prestasi belajar siswa. Sesuai dengan penjelasan di atas bahwa PBL cocok bagi siswa SMA atau sederajat, maka dipilih siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari sebagai objek penelitian. Selain itu, penelitian ini juga akan menguji efektifitas model Problem Based Learning dibandingkan dengan model pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari pada pembelajaran matematika, yaitu model Ekspositori. 6

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut. 1. Salah satu tujuan pendidikan nasioanal adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang mandiri, namun pembelajaran matematika di kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari belum berorientasi untuk memumbuhkembangkan kemandirian belajar siswa. Hal tersebut dilihat dari masih dominannya penggunaan model pembelajaran Ekspositori. 2. PBL yang memiliki karakteristik khusus dan secara teori dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemandirian serta prestasi belajar siswa belum diuji keefektifannya di kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari. 3. Lulusan siswa SMK yang disiapkan untuk langsung terjun ke dunia kerja seharusnya memiliki kemandirian belajar tinggi agar menjadi pekerja yang profesional. Namun dari hasil observasi di SMK N 1 Saptosari, tingkat ketergantungan belajar siswa kelas X terhadap guru masih sangat tinggi. Hal ini menunjukan bahwa kemandirian belajar siswa masih kurang. Masih kurangnya kemandirian belajar siswa dilihat dari kesadaran siswa untuk belajar secara mandiri tidak berjalan dengan baik. 4. Siswa SMK jurusan TKJ seharusnya kuat dalam pelajaran di bidang eksak, seperti matematika. Namun dari data hasil Ujian Tengah Semester siswa SMK N 1 Saptosari kelas X menunjukan prestasi belajar masih sangat kurang. Hal tersebut didasarkan pada rata-rata nilai UTS sebesar 40,8656 dan 7

hanya 3 dari 61 siswa yang mampu melampaui nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). 5. Daya serap Ujian Nasional siswa SMK N 1 Saptosari pada materi fungsi masih rendah, yaitu sebesar 54,63. C. Pembatasan Masalah Agar pembahasan masalah tidak terlalu luas serta keterbatasan dari pihak peneliti dari segi waktu dan kemampuan, maka guna keefektifan dan keefisienan penelitian, peneliti membatasi bahasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah kemandirian dan prestasi belajar siswa SMK N 1 Saptosaari kelas X dalam pembelajaran matematika pada materi Fungsi Kuadrat dengan menggunakan model Problem Based Learning. D. Perumusan Masalah Dari batasan masalah yang dibuat oleh penulis, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah penerapan model Problem Based Learning efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa pada materi fungsi kuadrat? 2. Apakah penerapan model Problem Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa pada materi fungsi kuadrat? 3. Apakah penerapan model pembelajaran Ekspositori efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa pada materi fungsi kuadrat? 4. Apakah penerapan model pembelajaran Ekspositori efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa pada materi fungsi kuadrat? 8

5. Apakah model Problem Based Learning lebih efektif dari pada pembelajaran Ekspositori jika ditinjau dari kemandirian belajar siswa pada materi fungsi kuadrat? 6. Apakah model Problem Based Learning lebih efektif dari pada model pembelajaran Ekspositori jika ditinjau dari prestasi belajar siswa pada materi fungsi kuadrat? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan diantaranya: 1. Untuk mendiskripsikan keefektifan penerapan model Problem Based Learning ditinjau dari kemandirian belajar siswa pada materi fungsi kuadrat. 2. Untuk mendiskripsikan keefektifan penerapan model Problem Based Learning ditinjau dari prestasi belajar siswa pada materi fungsi kuadrat. 3. Untuk mendiskripsikan keefektifan penerapan model pembelajaran Ekspositori ditinjau dari kemandirian belajar siswa pada materi fungsi kuadrat. 4. Untuk mendiskripsikan keefektifan penerapan model pembelajaran Ekspositori ditinjau dari prestasi belajar siswa pada materi fungsi kuadrat. 5. Untuk mendiskripsikan apakah penerapan model Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran Ekspositori ditinjau dari kemandirian belajar siswa pada materi fungsi kuadrat. 6. Untuk mendiskripsikan apakah penerapan model Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran Ekspositori ditinjau dari prestasi belajar siswa pada materi fungsi kuadrat. 9

F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Pihak Sekolah, yaitu sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. 2. Bagi Guru penelitian ini bisa digunakan sebagai masukan dan inovasi baru dalam pemilihan model yang tepat dalam pembelajaran matematika. 3. Bagi Peneliti, sebagai sarana menambah pengalaman penelitian dan juga sebagai sarana untuk mengimplementasikan teori-teori yang didapatkan selama perkuliahan. 10