A. Proses Mediasi dalam Pembatalan Pekawinan di Pengadilan Agama Lamongan (Studi Kasus Putusan Nomor 1087/Pdt.G/2012/Pa.Lmg)

dokumen-dokumen yang mirip
PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

RUMUSAN HASIL RAPAT PLENO KAMAR AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 03 S/D 05 MEI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, manusia hidup berpasang-pasangan yang membentuk

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

STANDAR PELAYANAN PADA BADAN PERADILAN AGAMA (KMA

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat Telp./Fax. (021) sd. 95

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Oleh Helios Tri Buana

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

BAB IV CERAI TALAK DALAM PERSPEKTIF YURIDIS. DALAM PUTUSAN PERKARA NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs PENGADILAN AGAMA GRESIK

BAB II PEMBATALAN PERKAWINAN DAN MEDIASI

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec.

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

STANDAR PELAYANAN PERKARA PERMOHONAN

Adapun dari sisi materi, perubahan materi buku II Edisi Revisi 2009, dibandingkan dengan Buku II Edisi 2009, adalah sebagai berikut :

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... i. LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... ii. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL...

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu

BAB IV ANALISIS TERHADAP KEDUDUKAN DAN TUGAS MEDIATOR DAN HAKAM DALAM TINJAUAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAHAN KULIAH KD 3 HUKUM ACARA PERDATA. Hukum Acara Perdata, FH UNS

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PEMBAHASAN. A. Tinjauan Hukum Islam terhadap Cerai Gugat Suami Masuk Penjara

Beberapa Catatan tentang Perubahan. pada Buku II Edisi Revisi 2009

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, yaitu berdasarkan

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

P E N E T A P A N Nomor 0177/Pdt.G/2016/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

UPAYA PENYELESAIAN PERKARA MELALUI PERDAMAIAN PADA PENGADILAN AGAMA, KAITANNYA DENGAN PERAN BP4 1. Oleh. Wahyu Widiana 2

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

Kecamatan yang bersangkutan.

BAB IV ANALISIS KRITERIA HAKIM MEDIATOR DALAM UPAYA EFEKTIFISASI MEDIASI PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KAJEN

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

diajukan oleh pihak :

BAB IV MEDIASI DALAM PERKARA CERAI GUGAT DIPENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2012

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses pemeriksaan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg

SALINAN PUTUSAN Nomor : 17/Pdt.G/2012/PA.NTN. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Dra. Hj. Ernida Basry, M.H NIP PANITERA Judul SOP Pencabutan Perkara Tingkat Pertama

P U T U S A N Nomor : 06/Pdt.G/2010/MS-Aceh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PERADILAN AGAMA. Drs. H. Masrum M Noor, M.H EKSEPSI

PENETAPAN Nomor : 046/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan

P U T U S A N Nomor : 1324/Pdt.G/2010/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

P U T U S A N. Nomor 0318/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N :

BAB V PENUTUP. 1. Persamaan dan perbedaan putusan ijin poligami No. 0258/ Pdt. G/ 2011/ No. 0889/ Pdt. G/2011/ PA. Kds. ditinjau dari hukum

BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang menunjukan hal yang luar biasa. 1 Apabila sebagai contoh

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 DENGAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 PADA PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA TUBAN

Nomor: 0220/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

BAB IV ANALISIS UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 1989 TERHADAP PENENTUAN PATOKAN ASAS PERSONALITAS KEISLAMAN DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

PUTUSAN Nomor :25/Pdt.G/2009/PA.Pkc.

P U T U S A N Nomor : 1563/Pdt.G/2011/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perdamaian dengan cara mediasi. Bagi orang yang beragama Islam akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pencabutan Perkara Tingkat Pertama

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA

SALINAN P U T U S A N Nomor 144/Pdt.G/2011/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor : 641/Pdt.G/2011/PA.Dum

PENDAFTARAN ITSBAT NIKAH DI KJRI CHICAGO

P U T U S A N. Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 1372/Pdt.G/2012/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016. TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh: Agung Akbar Lamsu 2

PERATURAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN INDONESIA NOMOR: 01/LAPSPI-PER/2017 TENTANG PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI

BAB IV. Agama Surabaya Tentang Pembatalan Putusan Pengadilan Agama Tuban. itu juga termasuk di dalamnya surat-surat berharga dan intelektual.

BAB III IMPLEMENTASI PERMA NO.1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DALAM PERKARA PERCERAIAN (STUDI DI PENGADILAN AGAMA KOTA SEMARANG)

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN MEDIASI DALAM PERKARA PEMBATALAN PERKAWINAN DI PENGADILAN AGAMA LAMONGAN Perkara Nomor: 1087/Pdt.G/2012/PA. Lmg A. Proses Mediasi dalam Pembatalan Pekawinan di Pengadilan Agama Lamongan (Studi Kasus Putusan Nomor 1087/Pdt.G/2012/Pa.Lmg) Dengan sendirinya berhubung dengan sifat mediasi di Pengadilan adalah wajib, maka hakim mempunyai kewajiban untuk memerintahkan kepada para pihak yang bersengketa untuk menempuh perdamaian melalui mediasi terlebih dahulu. Sesuai dalam Pasal 4 Perma no. 1 Tahun 2008 juga menjelaskan tentang kewajiban pengupayaan perdamaian, yang berbunyi: Kecuali perkara yang diselesaikan melalui prosedur pengadilan niaga, pengadilan hubungan industrial, keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, dan keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, semua sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan Tingkat Pertama wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui perdamaian dengan bantuan mediator. Akan tetapi tidak setiap perkara pembatalan perkawinan di Pengadilan Agama Lamongan selalu menempuh jalur mediasi, tetapi tergantung alasan apa yang digunakan dalam mengajukan pembatalan perkawinan. Pada dasarnya proses mediasi dalam perkara pembatalan perkawinan di Pengadilan Agama 74

75 Lamongan sama dengan perkara lainnya. Karena dalam Perma telah dijelaskan bagaimana tahapan atau proses mediasi. 1 Tahap-tahap perdamaian yang dilakukan oleh pengadilan melalui lembaga mediasi sesuai dengan Perma No. 1 Tahun 2008 adalah sebagai berikut: a. Tahap Pra Mediasi Tahap pra mediasi adalah suatu tahapan proses yang difasilitasi oleh hakim yang memeriksa perkaranya agar para pihak terlebih dahulu menempuh jalur mediasi. b. Tahap Mediasi Mediasi bukanlah termasuk dalam proses pemeriksaan perkara pokok. Maka selain dilaksanakan di pengadilan, mediasi juga dapat dilakukan diluar pengadilan bahkan dapat menggunakan alat komunikasi dengan syarat kedua belah pihak menyepakatinya. Adapun langkahlangkahnya adalah sebagai berikut: 2 1) Penyerahan resume perkara Berdasarkan Pasal 13 ayat (1) dan (2) Perma No. 1 Tahun 2008, dalam waktu paling lama lima hari setelah para pihak menujnjuk mediator yang disepakati atau setelah mereka gagal memilih mediator maka masing-masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan kepada mediator atau hakim mediator yang ditunjuk. 1 Samin, Wawancara Wakil di Pengadilan Agama Lamongan, 3 Juli 2013. 2 Takdir Rahmadi, Mediasi, 184-186.

76 Berdasarkan Pasal 1 angka 10 dijelaskan bahwa resume perkara ialah dokumen yang dibuat oleh tiap pihak yang memuat duduk perkara dan atau usulan penyelesaian sengketa. 3 2) Penyelenggaraan sesi mediasi Perma Nomor 1 Tahun 2008 tidak mengatur secara rinci bagaimana mediator menyelenggarakan sesi-sesi mediasi selama proses mediasi. Peraturan ini hanya mengatur proses mediasi berlangsung paling lama empat puluh hari kerja sejak mediator dipilih atau ditunjuk dan atas dasar kesepakatan para pihak dan dapat diperpanjang paling lama empat belas hari kerja sejak berakhirnya waktu empat puluh hari. 4 Selain itu mediator diperbolehkan untuk melakukan kaukus dengan salah satu pihak jika dirasa perlu. Kaukus adalah pertemuan antara mediator dengan salah satu pihak tanpa dihadiri oleh pihak lainnya. Kaukus dapat menjadi senjata pamungkas bagi mediator untuk bisa mempengaruhi para pihak agar terbentuk semangat dalam menempuh proses perdamaian. Selain itu, pertemuan secara tertutup yang dilakukan secara intensif dan terarah juga akan memudahkan mediator dalam memberikan penjelasanpenjelasan menyangkut strategi penyelesaian yang mudah, cepat dan 3 Witanto, Hukum Acara Mediasi, 156-158. 4 Pasal 13 ayat (3) dan (4)Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan,, 7.

77 sederhana. Mediator biasanya menggunakan kaukus sebagai sarana menggali akar permasalahan yang mendasari munculnya sengketa. 5 c. Tahap akhir Implementasi Hasil Mediasi Setelah kesepakatan dicapai, maka pada akhirnya para pihak harus menjalankan hasil yang telah dituangkan dalam perjanjian tertulis. Namun jika di kemudian hari kesepakatan tersebut tidak dilaksanakan secara sukarela oleh salah satu pihak, maka dapat dimintakan pelaksanaannya secara paksa melalui proses eksekusi oleh pengadilan. Peran mediator dalam proses mediasi pada putusan ini agar memberi solusi atau wawasan agar nanti bisa berdamai dengan cara memberi izin poligami dan menyetujui akta kesepakatan sehingga gugatan dicabut. 6 Dan setelah dimediasi kedua belah pihak yang bersengketa tidak melakukan perdamaian dan dinyatakan mediasi gagal. B. Analisis Yuridis Putusan Hakim Pengadilan Agama Lamongan Terhadap Penggunaan Mediasi Dalam Pembatalan Perkawinan (Studi Putusan Nomor 1087/Pdt.G/2012/Pa.Lmg) Analisis terhadap penggunaan mediasi dalam perkara pembatalan perkawinan dalam Putusan PA Lamongan nomr 1087/Pdt.G/2012/Pa.Lmg ini dilakukan dengan memaparkan terlebih dahulu mengenai peraturan atau undangundang mengenai mediasi dalam perkara pembatalan perkawinan, dengan 5 Witanto, Hukum Acara Mediasi, (Jakarta: Sinar Grafika, Cet.IX, 2009), 169. 6 Sarmin, Wawancara dengan Wakil Pengadilan Agama Lamongan, 3 Juli 2013.

78 memadukan teori-teori tentang pembatalan perkawinan dan mediasi yang dikemukakan sebelumnya. Analisis dilakukan dengan menggabungkan antara teori pembatalan perkawinan dan mediasi secara umum, serta pendapat atau pertimbangan hukum Majelis Hakim yang memutuskan perkara tersebut. Dalam perkara perkawinan, mediasi wajib secara mutlak dilakukan dan jika tidak dilakukan maka berakibat batal demi hukum. Dan dalam perkara pembatalan perkawinan, masuk dalam ruang lingkup pembahasan perkawinan, dan dalam pelaksanaannya pun harus melalui proses di Pengadilan terlebih dahulu. Pembatalan perkawinan diatur dalam Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 dan juga dalam PP 1975, serta dalam KHI. Hanya saja dalam perkara mediasi, hal itu menjadi berbeda ketika terjadi dalam pembatalan perkawinan. Kedudukan Perma Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi disini menjadi berbenturan dengan peraturan yang disebutkan dalam KMA/032/SK/IV/2006 tentang pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan. Yang mana dalam peraturan ini disebutkan pada pembahasan tentang perdamaian, yang menyebutkan: 7 Perkara yang tidak wajib mediasi adalah perkara volunteer dan perkara yang menyangkut legalitas hokum, seperti itsbat nikah, 7 Mahkamah Agung Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama, edisi revisi, (Dirdaektorat Jendral Badan Peradilan Agama, 2010), 83.

79 pembatalan nikah, serta perkara yang salah satu pihaknya tidak hadir dalam persidangan. Akan tetapi dalam Putusan PA Lamongan nomor 1087/Pdt.G/2012/Pa.Lmg ini Majelis hakim tetap mengupayakan perdamaian dengan cara mediasi, selain berdasarkan aturan yang terdapat dalam Perma Nomor 1 tahun 2008 tentang prosedur mediasi, yang mewajibkan mediasi secara mutlak untuk dilakukan dan jika tidak dilakukan maka berakibat batal demi hukum, sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Perma Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi. Juga Pertimbangan lain Majelis Hakim dalam Putusan ini. Dalam pokok isi perkaranya Pemohon meminta perkawinan antara Termohon I dan Termohon II dibatalkan, karena Termohon I melakukan poligami tanpa seizin Pengadilan Agama dan tidak adanya persetujuan dari Pemohon. Dan menurut Majelis Hakim perkawinan yang dilakukan oleh Termohon I dan Termohon II dilakukan sesuai dengan syarat rukun perkawinan, baik adanya mempelai (calon suami-istri), wali nikah, dua orang saksi dan ijab dan Kabul, melainkan hanya kurangnya izin poligami. Karena apabila kekurangan syarat rukunnya itu hak Allah, sedangkan izin itu hak Manusia. Maka majelis hakim tetap mengupayakan untuk dimediasi dengan harapan Pemohon bersedia atau rela memberi izin dan menyepakati perdamaian sehingga mencabut gugatannya. Dengan kata lain pembatalan perkawinannya tidak terjadi. 8 8 Roihan, wawancara hakim pengadilan Agama Lamongan, 3 juli 2013.

80 Jadi dapat disimpulkan meskipun dalam Perma Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi mewajibkan mediasi, dan dalam KMA/032/SK/IV/2006 tentang pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan tidak mewajibkan mediasi. Akan tetapi menurut hakim, dirasa hakim perlu adanya melakukan mediasi karena alasan pembatalan perkawinannya bukan karena kurangnya syarat rukun perkawinan, melainnkan karena kurang izin dari istri pertama, sehingga diharapkan hakim ada perdamaian dan gugatan pembatalan perkawinan dapat dicabut. Kedudukan Perma Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi dan KMA/032/SK/IV/2006 tentang pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan disini ialah sejajar, oleh sebab itu, maka dalam memberikan suatu keputusan hakim berhak untuk memilih antara keduanya. Karena dalam peraturan perundang-undangan, suatu undang-undang ataupun peraturan ini dapat dibatalkan oleh Undang-undang yang lebih tinggi atau paling tidak sejajar. 9 Namun ketika dihadapkan antara Perma nomor 1tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi dengan KMA/032/SK/IV/2006 tentang pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan, maka kedudukan Perma disini mewajibkan adanya jalur mediasi menjadi sederajat dengan KMA. Artinya suatu perundang-undangan hanya dapat dibatalkan oleh perundangundangan yang lebih tinggi ataupun sederajad dengannya. Dalam artian, 9 Sarmin, Wawancara, 3 Juli 2013.

81 bahwasannya kewajiban mediasi dalam KMA sebagai pengecualianbeberapa perkara yang tidak wajib melakukan mediasi. Sehingga peraturan tersebut sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hokum yang diperlukan bagi kelancaran jalannya peradilan. 10 Artinya ketika dihadapkan dalam suatu kasus, maka majelis hakim berhak untuk memilih antara menggunakan peraturan yang disebutkan dalam Perma yaitu wajibnya mediasi atau menggunakan peraturan yang disebutkan dalam KMA/032/SK/IV/2006 yang menyebutkan tidak wajib melakukan mediasi dalam perkara pembatalan perkawinan, sesuai dengan alasan-alasan yang mendukung. Dalam kasus ini, Penulis tidak setuju dengan putusan Majelis Hakim dalam memilih menggunakan ketentuan Perma Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi tersebut yaitu dalam pemeriksaanya melalui prosedur mediasi. Hal ini dikarenakan beberapa hal, yaitu: 1. Bahwasannya jelas dijelaskan dalam Perundang-undangan di Indonesia tentang pembatalan perkawinan. Pembatalan perkawinan dalam perundang-undangan yang diatur di Indonesia yaitu pembatalan mutlak. Pembatalan perkawinan mutlak, artinya perkawinan tersebut sudah batal demi hukum karena adanya syarat-syarat dan rukun-rukunnya yang tidak terpenuhi, atau adanya pelanggaran terhadap hokum dan perundang-undangan yang berlaku. Maka perkawinan tersebut menjadi batal demi hukunm ataupun dapat dibatalkan oleh pihak-pihak yang 10 Ahmad Fauzan, Himpunan Undang-Undang Lengkap, (Bandung : Yrama Widia, 2007), 50.

82 berhak membatalkan tanpa adanya batasan waktu untuk melakukan pembatalan terhadap perkawinan tersebut. Mengenai pembatalan ini disebutkan dalam Pasal 70 dan 71 KHI dan juga disebutkan dalam pasal 24 dan 26 Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Dalam kaitan kewajiban mediasi dalam pembatalan perkawinan, maka untuk jenis pembatalan ini merupakan jenis pembatalan perkawinan yang tidak perlu menggunakan mediasi dalam proses mediasi dalam proses pemeriksaannya di pengadilan. Hal ini dikarenakan pembatalan perkawinan dalam hal-hal tersebut memang mutlak tidak wajib untuk dilakukan, karena perkara-perkara tersebut menyangkut legalitas hokum. Maka dalam hal ini, sesuai dengan KMA/032/SK/IV/2006 tentang pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan yang menyebutkan bahwa perkara yang tidak wajib untuk di mediasi adalah perkara volunter dan perkara yang menyangkut legalitas hokum seperti dalam perkara pembatalan perkawinan, itsbat nikah, hibah dan wasiat serta perkara yang salah satu pihaknya tidak hadir dalam persidangan. Jadi perkara pembatalan perkawinan tidak wajib untuk melalui proses mediasi. 2. Pembatalan perkawinan yang diajukan tersebut merupakan perkawinan poligami illegal, karena dilakukan tanpa izin dari Pengadilan Agama. Jelas dalam kasus pembatalan perkawinan disini berhubungan dengan legalitas hukum karena didalamnya mengandung unsur pelanggaran terhadap

83 Undang-Undang perkawinan. Maka sesuai dengan KMA/032/SK/IV/2006 tentang pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan perkara ini tidak wajib untuk melalui prosedur mediasi. 3. Adanya pengakuan dan membenaran dari Termohon I atas kesalahannya yang telah melakukan perkawinan yang ke dua dengan Termohon II dengan tanpa izin dari pengadilan serta pemalsuan status perkawinan menjadi duda mati sebagai salah satu alasan agar bisa melakukan perkawinan ke dua dengan Termohon II. Padahal Pemohon masih hidup dan masih menjadi istri syah dari Termohon I. Sehingga Pemohon merasa perlu melakukan pembatalan perkawinan terhadap perkawinan kedua Termohon I dan Termohon II yang telah melanggar hokum dan aturan Undang-Undang yang berlaku. Oleh sebab itu perkawinan tersebut memang seharusnya dibatalkan, dan perkara tersebut tidak dapat diselesaikan dengan mediasi yang berakibat pada pencabutan gugatan.