TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT KANEKES DI DESA KANEKES KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN (Suatu Kajian Geografi Budaya)

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN KANEKES PANAMPING DI DESA KANEKES KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK (Suatu Kajian Geografi Budaya)

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adat Baduy dalam perjalanannya sebagai masyarakat adat

BAB I PENDAHULUAN. Baduy merupakan salah satu suku adat di Indonesia yang sampai

UNIVERSITAS PADJAJARAN Jln. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Jawa Barat.

SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT BADUY PASCA TERBENTUKNYA PROPINSI BANTEN TAHUN 2000

TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh: Moch. Masykur Fuadz A. NIM:

RESEPSI MASYARAKAT KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN TERHADAP UPACARA SEBA SUKU BADUY

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sebagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

SUKU BADUY. MAKALAH Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kaum tua, dan lambat laun mulai ditinggalkan karena berbagai faktor penyebab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

EKSISTENSI UPACARA ADAT NYIRAMKEUN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

yang masih dipertahankan di suku Jawa adalah Ritual Bulan suro.

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPACARA AQIQAH MASYARAKAT BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari keanekaragaman

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

IDENTIFIKASI KERAGAMAN UNSUR KEBUDAYAAN DIDESA NEGLASARI KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA. Yani Sri Astuti 1, Ely Satiyasih Rosali 2.

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

KOMUNIKASI RITUAL ADAT SEBA MASYARAKAT BADUY LUAR

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki budaya yang sangat melimpah, keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

Makna Simbolik Huma (Ladang) Di Masyarakat Baduy. Jamaludin

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM TRADISI RASULAN (Studi Kasus di Dukuh Ngadipiro Desa Grajegan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

PERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh

PEMETAAN TINGKAT KECINTAAN GENERASI MUDA SUKU NGADA PADA PESTA ADAT REBA di ERA GLOBALISASI (Simbolisme dan Pergulatan Adat Istiadat)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tergabung dalam suku-suku, baik suku yang besar maupun. kepercayaan yang melandasi tata aturan hidup keseharian.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL BUKU UPACARA ADAT NGABEN UMAT HINDU BALI

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

MENGENAL SUKU BADUY DARI BANTEN

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : Mornika Wendy

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

Kosmologi dalam Arsitektur Masyarakat Kasepuhan Banten Kiduldi Lebak Sibedug

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

Transkripsi:

TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT KANEKES DI DESA KANEKES KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN (Suatu Kajian Geografi Budaya) Seba Tradition toward Kanekes Society in Kanekes Village Leuwidamar District Lebak Regency Banten Province H. Nandang Hendriawan. M.Pd 1 (nandanghendriawan2@yahoo.co.id) Dwi Puspita Escawati 2 (puspita_dwi38@yahoo.co.id) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suku Baduy yang tinggal di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak. Suku Baduy adalah salah satu suku sub-etnis Sunda yang masih menjaga adat istiadat, mereka tidak terpengaruh oleh budaya luar, tidak tersentuh dengan teknologi. Suku Baduy memiliki salah satu tradisi yang sampai saat ini masih tetap dilaksanakan setiap tahunnya tradisi tersebut adalah tradisi Seba. Permasalahan pokok yang dibahas, meliputi Proses pelaksanaan tradisi Seba pada masyarakat Kanekes di Desa Kanekes dan Makna yang terkandung dalam tradisi Seba pada masyarakat Kanekes di Desa Kanekes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi seba pada masyarakat Kanekes di Desa Kaneekes dan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam tradisi seba pada masyarakat Kanekes di Desa Kanekes. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa observasi lapangan, wawancara, studi litelatur dan studi dokumentasi. Dalam penelitian ini yang menajdi subjek atau informanny yaitu Kepala Desa Kanekes, Tokoh Adat dan masyarakat asli Kanekes, serta dilengkapi dengan data sekunder dari berbagai sumber yang relevan kemudian diolah menggunakan teknik analisis kualitatif.hasil penelitian ini meliputi proses pelaksanaan tradisi seba pada masyarakat Kanekes di Desa Kanekes terdiri dari ngawalu yaitu keseluruhan waktu yang diisi secara khusus dengan kegiatan keagamaan yang jatuh pada bulan kasa, karo, katiga, ngalaksa membuat Laksa yang terbuat dari tepung padi dan hasil panen seluruh warga Kanekes pada tahun tersebut sebagai sesajen ala kadarnya sesuai dengan kondisi yang ada, seba ungkapan rasa syukur dan terimakasih serta penghormatan kepada pimpinan di daerah atas hasil panen yang telah ada selama satu tahun dilakukan selama tiga harin hari pertama ke Kecamatan Leuwidamar dan Kabupaten Lebak, hari kedua ke Provinsi Banten dan hari ketiga penutupan di Provinsi Banten. Makna yang terkandung dalam tradisi seba pada masyarakat Kanekes di Desa Kanekes meliputi makna filosofis atau kebudayaan penghormatan dan ucapan terimakasih kepada leluhur mereka Prabu Siliwangi dan Kian Santang, makna religius bentuk rasa syukur kepada Bhatara Tunggal sebagai pemegang kekuasaan tertinggi masyarakat Kanekes yang menganut kepercayaan Sunda Wiwitan dan makna sosial Sebagai bentuk suatu sikap penghormatan dan penghargaan kepada pemerintah, silaturahmi suku Kanekes pada para Ratu dan Menak (para peminpin daerah) dengan didasari kesadaran dan keikhlasan, Masyarakat Kanekes sendiri dapat saling berinteraksi antara Kanekes Tangtu dan Kanekes Panamping. Keywords : Seba Tradition in Baduy Community Kanekes Village 1 Dosen Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Universitas Siliwangi 1 Nandang 2 Mahasiswa Hendriawan Pendidikan dan Geografi, Dwi Puspita FKIP Escawati., Universitas Tradisi Siliwangi Seba Baduy, Kanekes

ABSTRACT District of Lebak regency. Baduy is one of the sub-tribes that still maintain the Sundanese ethnic customs, they are not influenced by foreign cultures, untouched by technology. Baduy have one tradition to this day still held every year the tradition is tradition Seba. The main problem discussed, covering the implementation process Seba tradition in Baduy community in the village Kanekes and meaning contained in the tradition of Sheba in Baduy community in the village Kanekes. This study aims to determine the implementation process seba tradition in Baduy This research is motivated by the Bedouin tribes who lived in the village Kanekes Leuwidamar community in the village Kaneekes and to know the meaning contained in the tradition seba Baduy community in the village Kanekes This study was conducted using qualitative descriptive, with data collection techniques such as observation, interviews, litelatur studies and documentation. In this study an advanced subject or informanny ie Kanekes Village Head, Indigenous leader and native communities Kanekes, and equipped with secondary data from various sources relevant then processed using qualitative analysis techniques.the results of this study include the implementation seba tradition in Baduy community in Kanekes village consists of ngawalu that whole time that is filled exclusively with religious activities that fall in gauze, karo, katiga, ngalaksa make Laksa made from rice flour and harvest all citizens Kanekes in such a perfunctory offerings in accordance with the existing conditions, seba expression of gratitude and the gratitude and respect to the leadership in the area over the crops that have been there for a year carried out during the first three days to the District Harin Leuwidamar and Lebak, second day Banten Province and the third day closure in Banten Province. Meaning contained in the tradition of the community seba Kanekes Kanekes Village include philosophical or cultural meaning of respect and gratitude to their ancestors King Siliwangi and Kian Santang, religious meaning a form of gratitude to the Single Bhatara as the highest authority Kanekes society that embraces the belief Sunda Wiwitan and As a form of social meaning an attitude of respect and appreciation to the government, the relationship Baduy tribe on the Queen and Menak (the leading people in the area) with based on the awareness and sincerity, Baduy community itself can interact between Kanekes Tangtu and Kanekes panamping. 2 Nandang Hendriawan dan Dwi Puspita Escawati., Tradisi Seba Baduy, Kanekes

PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan budaya di Indonesia telah dimulai sejak zaman nenek moyang terdahulu Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian, dengan berbagai kebudayaan itu pula Indonesia mampu dikenal masyarakat internasional. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, Sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah masyarakat multikultural. Multikultural dapat diartikan Sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan Sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut. Seperti halnya di Provinsi Banten. Provinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang teguh adat tradisi yaitu suku Baduy yang tinggal di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak. Suku Baduy adalah salah satu suku sub-etnis Sunda yang masih menjaga adat istiadat, mereka tidak 3 Nandang Hendriawan dan Dwi Puspita Escawati., Tradisi Seba Baduy, Kanekes

terpengaruh oleh budaya luar, tidak tersentuh dengan teknologi. Suku Baduy atau warga Desa Kanekes terbagi menjadi tiga bagian yaitu kelompok Tangtu, kelompok Panamping dan Dangka. Kelompok Tangtu adalah suku Baduy dalam yang tinggal di pedalaman hutan dan masih terisolir dan belum masuk kebudayaan luar. Selain itu orang Baduy dalam merupakan yang paling patuh kepada seluruh ketentuan maupun aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Pu un (Kepala Adat). Orang Baduy dalam tinggal di 3 kampung, yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Kelompok Panamping adalah suku Baduy luar mereka tinggal di desa Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, yang mengelilingi wilayah Baduy dalam, suku Baduy luar sudah banyak berbaur dengan masyarakat Sunda lainnya mereka sudah mulai mengenal teknologi dan sekolah. Kelompok Baduy Dangka mereka tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam). Kampung Dangka tersebut berfungsi Sebagai semacam buffer zone atas pengaruh dari luar. Suku Baduy atau masyarakat kanekes memiliki salah satu tradisi yang sampai saat ini masih tetap dilaksanakan setiap tahunnya tradisi tersebut adalah tradisi Seba, Seba itu sediri merupakan penyerahan hasil tani atau hasil bumi pada pemerintah setempat yang biasa kita sebut dengan upeti pada kerajaan, itu semua merupakan rasa syukur masyarakat Baduy luar dan Baduy dalam karena mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah, kegiatan Seba ini tanpa ada paksaan dari manapun masyarakat Baduy luar yang dipimpin oleh Jaro maupun Baduy dalam yang dipimpin oleh Puun, bersama-sama berbondong-bondong membawa hasil tani tersebut pada pemerintahan di Provinsi Banten. Perayaan adat Seba, menurut warga Baduy, merupakan peninggalan leluhur tetua (Kokolot) yang harus dilaksanakan sekali dalam setiap tahun. Acara itu digelar setelah musim panen ladang huma, bahkan tradisi sudah berlangsung ratusan tahun sejak zaman Kesultanan Banten di Kabupaten Serang. Dari penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti salah satu tradisi pada masyarakat Kanekes yang sampai saat ini masih tetap dilaksanakan setiap tahunnya yaitu tradisi Seba. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil judul 4 Nandang Hendriawan dan Dwi Puspita Escawati., Tradisi Seba Baduy, Kanekes

Tradisi Seba pada Masyarakat Kanekes di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten METODE PENELITIAN Metode yang di gunakan oleh penulis dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, metode ini berusaha menggambarkan gejala sosial atau dengan kata lain bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana tradisi Seba pada masyarakat Kanekes di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak. PEMBAHASAN 1. Proses Pelaksanaan Tradisi Seba Pada Masyarakat Kanekes di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak a. Ngawalu Untuk mengawali acara tradisi Seba, maka masyarakat Kanekes harus melalui beberapa acara adat atau upaca adat lain yang mengawali tradisi Seba Teresebut. Di antara upacara atau tradisi masyarakat Kanekes yang bernilai sakral adalah Ngawalu, dimana tradisi upacara ini dikenal sebagai salah satu jenis upacara yang biasa di lakukan dalam rangka memperingati hasil panen atau dalam bahasa mereka kembalinya padi dari huma (ladang) ke Leit (lumbung). Dalam sistem penangalan Kanekes, dari jumlah 12 bulan ada 3 bulan yang diangap sakral yaitu pada bulan Kasa, Karo, dan Katiga (bulan ke-10, 11, dan ke-12). Kegiatan ini, disebut juga sebagai hari besar keagamaan orang Kanekes karena pada bulan-bulan tersebut penuh diisi oleh berbagai kegiatan adat dengan tujuan untuk menyucikan diri secara lahir dan batin dengan cara melaksanakan puasa selama satu hari penuh tanpa sahur terlebih dahulu dengan waktu berbuka yang ditentuka sesuai dengan ketentuan adata. Dilihat dari jenisnya, upacara Kawalu ini dikenal dalam tiga macam, yaitu bulan Kasa dikenal dengan Kawalu Tembeuy (awal) atau Kawalu Mitembeuy yang memiliki makna memulai, bulan Karo disebut Kawalu Tengah (pertengahan) dan bulan Katiga disebut Kawalu Tutug (akhir). 5 Nandang Hendriawan dan Dwi Puspita Escawati., Tradisi Seba Baduy, Kanekes

Selain kegiatan puasa, pada bulan Kawalu ini juga diselenggarakan kegiatan pembersihan lingkungan. Dimana sasaran dari pembersihan ini adalah barang-barang dari luar kampung adat Kanekes yang berbau modern yang digunakan oleh masyarakat Kanekes. Serta membersihkan lingkungan dari prilaku yang salah atau pelanggran-pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat Kanekes baik itu Kankes Tangtu maupun Kanekes Panamping. Kegiatan ini dibagi dalam dua kategori, yaitu pembersihan secara lahir atau material yang erat kaitannya dengan kebendaan yang digunakan masyarakat Kanekes yang dianggap berentangan dengan hukum adat. Kedua, adalah pembersihan secara batin dimana pembersihan ini lebih ditujukan pada pembersihan masalah yang terjadi akibat pelnggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Kanekes Tangtu atau Kanekes Panamping yang dianggap telah mengotori tanah leluhur dan rohaninya. Selain itu juga, kegiatan pada bulan Kawalu ini bertujuan untuk mengucapkan rasa syukur pada Nyi Pohaci Sanghyang Asri atau Dewi Sri atas hasil panen yang diperoleh oleh masyarakat Kanekes. b. Ngalaksa Ngalaksa yaitu upacara besar yang dilakukan sebagain uacapan syukur atas terlewatinya bulan-bulan Kawalu, setelah melaksanakan puasa selama 3 bulan. Ngalaksa atau yang bsering disebut lebaran oleh orang Kanekes, merupakan salah satu upacara adat yang tergolong sakral dan sangat dijaga kerahasiaan proses pelaksanaanya. Ngalaksa dalam pengertian lain, adalah bentuk penghormatan terhadap leluhur warga Kanekes dengan membuat Laksa yang terbuat dari tepung padi dan hasil panen seluruh warga Kanekes pada tahun tersebut sebagai sesajen ala kadarnya sesuai dengan kondisi yang ada. Laksa ini dibuat untuk masyrakat sekitar, untuk sesajen pada para leluhur, dan sebagai cadangan untuk diberikan kepada para pejabat pemerintahan pada saat tradisi Seba. c. Seba Upacara atau tradisi adat istiadat Seba, dalam tradisi masyarakat Kanekes adalah ungkapan rasa syukur dan terimakasih serta penghormatan kepada pimpinan birokrasi di daerah tersebut atas hasil panen yang telah ada selama 6 Nandang Hendriawan dan Dwi Puspita Escawati., Tradisi Seba Baduy, Kanekes

satu tahun. Upacara atau tradisi adat istiadat Seba terbagi dua, Seba kecil dan Seba besar. Seba kecil ketika hasil panen menghasilkan panen yang tidak berlimpah. Malam sebelum pelaksanaan masyarakat Kanekes berkumpul di kediaman Jaro Dainah (Kepala Desa Kanekes) untuk merundingkan mekanisme pemberangkatan dan sebagai persiapan akhir sebelum berangkat malakukan Seba keesokan harinya. Hari pertama warga Kanekes berangkat menuju kantor Camat Leuwidamar untuk melakukan Seba yang pertama, kemudian setelah melakukan Seba di Kantor Kecamatan Lewidamar perjalanan pun dilanjutkan untuk menuju pendopo Kabupaten Lebak dengan tujuan untuk melakukan Seba kepada Bupati Kabupaten Lebak Hari Kedua, warga Kanekes mulai bergerak kembali menuju pusat Provinsi Banten yaitu Kota Serang. Untuk masyarakat Kanekes Panamping yang baru sekali mengikuti Seba, maka mereka diwajibkan untu melakukan prosesi mandi terlebih dahulu di Sungai Cibanten dekat Pendopo Provinsi Banten dengan tujuan terhidar dari malapetaka. Pada malam harinya, prosesi Seba pun dilaksanakan dengan langsung bertemu dengan Gubernur Banten Ibu/Bapak Gede. Pada prosesi ini, masyarakat Kanekes menyampaikan pesan-pesan dan kenginannya kepada Ibu/Bapak Gede yang diwakili oleh Jaro Tanggungan Dua Belas sebagai sesepuh Pu un Kanekes begitu pula sebaliknya. Dalam proses ini juga, masyarakat Kanekes menyerahkan Laksa yang menurut keyakinan mereka laksa ini adalah intisari atau gabungan dari padi hasil panen seluruh warga Kanekes pada tahun tersebut. Prosesi Seba di Kantor Gubernur Banten ini juga, adalah acara puncak dari tradisi Seba warga Kanekes. Hari ketiga, warga kanekes kembali melakukan Seba di Pendopo Kabupaten Serang. Ibu/Bapak Gede memberikan bingkisan untuk masyarakat kanekes yang diwakili oleh Jaro Dainah, kemudian setelah selesai mereka kembali lagi ke kampung dan dangkanya masing-masing untuk kemudian tahun depan meakukan tradisi ini kembali 7 Nandang Hendriawan dan Dwi Puspita Escawati., Tradisi Seba Baduy, Kanekes

1. Makna yang Terkandung Dalam Tradisi Seba Pada Masyarakat Kanekes di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Upacara Seba mengandung makna filosofis, makna religious dan makna sosial. Makna filosofis yang terkandung yaitu penghormatan kepada Prabu Siliwangi dan Kian Santang. Masyarakat akan memandikan benda-benda pusaka dan menyajikan sesajen seperti wajit, laden, dan ladu. Upacara Seba adalah suatu pengabdian kepada seseorang yang berkedudukan tinggi dengan disertai penyerahan suatu yang baik. Adapun penyerahan itu ditujukan kepada arwaharwah lelehur, yaitu arwah Prabu Siliwangi dan Kian Santang, karena kedua tokoh tersebut mempunyai ilmu dan kesaktian yang tinggi, maka benda-benda peninggalannya merupakan benda pusaka yang mempunyai kekuatan gaib yang bertuah. Makna religious yang terkandung yaitu bentuk rasa syukur kepada Bhatara Tunggal sebagai pemegang kekuasaan tertinggi masyarakat Kanekes yang menganut kepercayaan Sunda Wiwitan. Nilai religious dalam kegiatan ini, karena adanya kepercayaan yang berpengaruh dalam ritualnya, seperti percaya pada roh dan nenek moyang. Selain itu juga, dalam rangkaian upacara Seba ini juga ada upacara Ngalaksa yang merupakan kegiatan keagamaan dari warga Kanekes bahkan Nglaksa ini juga disebut sebagai leberannya masyarakat Kanekes. Serta makna sosial yaitu penyampaian amanat dari leluhur Pu un warga Kanekes untuk menyampaikan amanat-amanat Wiwitan pada pemerintah berupa saling menitipkan, mengingatkan, melaporkan dan mendo akan secara lahir dan batin agar manusia, bangsa dan negara tetap aman tentram terhindar dari bencana dan kerusakan, sebagai bentuk suatu sikap penghormatan dan penghargaan kepada pemerintah dengan memberika hasil panen agar dapat dinikmati oleh pejabat pemerintahan dan dilakukan atas kesadaran warga tanpa paksaan dan Mastarakat Kanekes sendiri dapat saling berinteraksi antara Kanekes Tangtu dan Kanekes Panamping dalam rangka mempersiapkan dan menyukseskan tradisi Seba tersebut 8 Nandang Hendriawan dan Dwi Puspita Escawati., Tradisi Seba Baduy, Kanekes

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Proses Pelaksanaan Tradisi Seba Pada Masyarakat Kanekes di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak a. Persiapan awal seba Rangkaian kegiatan yang dilakukan masyarakat Kaneke sebelum Seba dimulai yaitu dengan melakukan kegiatan ngawalu dan ngalaksa yang kemudian diakhiri dengan kegiatan Seba, Ngawalu adalah keseluruhan waktu yang diisi secara khusus dengan kegiatan keagamaan yang jatuh pada bulan kasa, karo, katiga. Disebut hari besar keagamaan tersebut karena pada bulan-bulan itu diisi oleh berbagai kegiatan adat, yaitu kegiatan menyucikan diri secara lahir dan batin dengan melaksanakan puasa satu hari pada setiap bulan. Bulan Kasa disebut Kawalu Teumbeuy, bulan Karo disebut Kawalu Tengah, dan bulan Katiga disebut Kawalu Tutug. Ngalaksa atau yang bsering disebut lebaran oleh orang Kanekes, merupakan salah satu upacara adat yang tergolong sakral dan sangat dijaga kerahasiaan proses pelaksanaanya.ngalaksa dilaksanakan setelah melakukan pembersihan diri selama 3 bulan yaitu pada prosen ngawalu. Ngalaksa dalam pengertian lain, adalah bentuk penghormatan terhadap leluhur warga Kanekes dengan membuat Laksa yang terbuat dari tepung padi dan hasil panen seluruh warga Kanekes pada tahun tersebut sebagai sesajen ala kadarnya sesuai dengan kondisi yang ada Malam sebelum pelaksanaan masyarakat Kanekes berkumpul di kediaman Jaro Dainah (Kepala Desa Kanekes) untuk merundingkan mekanisme pemberangkatan dan sebagai persiapan akhir sebelum berangkat malakukan Seba keesokan harinya. b. Pelaksanaan seba Hari pertama warga Kanekes berangkat menuju kantor Camat Leuwidamar untuk melakukan Seba yang pertama, kemudian setelah melakukan Seba di Kantor Kecamatan Lewidamar perjalanan pun 9 Nandang Hendriawan dan Dwi Puspita Escawati., Tradisi Seba Baduy, Kanekes

dilanjutkan untuk menuju pendopo Kabupaten Lebak dengan tujuan untuk melakukan Seba kepada Bupati Kabupaten Lebak Hari Kedua, warga Kanekes mulai bergerak kembali menuju pusat Provinsi Banten yaitu Kota Serang. Untuk masyarakat Kanekes Panamping yang baru sekali mengikuti Seba, maka mereka diwajibkan untu melakukan prosesi mandi terlebih dahulu di Sungai Cibanten dekat Pendopo Provinsi Banten dengan tujuan terhidar dari malapetaka. Pada malam harinya, prosesi Seba pun dilaksanakan dengan langsung bertemu dengan Gubernur Banten Ibu/Bapak Gede. Pada prosesi ini, masyarakat Kanekes menyampaikan pesan-pesan dan kenginannya kepada Ibu/Bapak Gede yang diwakili oleh Jaro Tanggungan Dua Belas sebagai sesepuh Pu un Kanekes begitu pula sebaliknya. Dalam proses ini juga, masyarakat Kanekes menyerahkan Laksa yang menurut keyakinan mereka laksa ini adalah intisari atau gabungan dari padi hasil panen seluruh warga Kanekes pada tahun tersebut. Prosesi Seba di Kantor Gubernur Banten ini juga, adalah acara puncak dari tradisi Seba warga Kanekes. c. Penutupan seba Hari ketiga, warga kanekes kembali melakukan Seba di Pendopo Kabupaten Serang. Ibu/Bapak Gede memberikan bingkisan untuk masyarakat kanekes yang diwakili oleh Jaro Dainah, kemudian setelah selesai mereka kembali lagi ke kampung dan dangkanya masing-masing untuk kemudian tahun depan meakukan tradisi ini kembali 2. Makna yang Terkandung Dalam Tradisi Seba Pada Masyarakat Kanekes di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak a. Makna Filisofis atau Kebudayaan Upacara Seba mengandung makna upacara yang diwujudkan sebagai penghormatan kepada Prabu Siliwangi dan Kian Santang. Masyarakat akan memandikan benda-benda pusaka dan menyajikan sesajen seperti wajit, laden, dan ladu. Upacara Seba adalah suatu pengabdian kepada seseorang yang berkedudukan tinggi dengan disertai penyerahan suatu yang baik. Adapun penyerahan itu ditujukan kepada arwah-arwah lelehur, yaitu arwah Prabu Siliwangi dan Kian Santang, karena kedua tokoh tersebut mempunyai 10 Nandang Hendriawan dan Dwi Puspita Escawati., Tradisi Seba Baduy, Kanekes

ilmu dan kesaktian yang tinggi, maka benda-benda peninggalannya merupakan benda pusaka yang mempunyai kekuatan gaib yang bertuah. b. Makna Religius Upacara atau tradisi adat istiadat Seba ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Bhatara Tunggal sebagai pemegang kekuasaan tertinggi masyarakat Kanekes yang menganut kepercayaan Sunda Wiwitan. Nilai religious dalam kegiatan ini, karena adanya kepercayaan yang berpengaruh dalam ritualnya, seperti percaya pada roh dan nenek moyang. Selain itu juga, dalam rangkaian upacara Seba ini juga ada upacara Ngalaksa yang merupakan kegiatan keagamaan dari warga Kanekes bahkan Nglaksa ini juga disebut sebagai leberannya masyarakat Kanekes. c. Makna Sosial Makna Sosial yang terkandung dalam tradisi Seba ini, antara lain sebagai berikut : 1) Penyampaian amanat dari leluhur Pu un warga Kanekes untuk menyampaikan amanat-amanat Wiwitan pada pemerintah berupa saling menitipkan, mengingatkan, melaporkan dan mendo akan secara lahir dan batin agar manusia, bangsa dan negara tetap aman tentram terhindar dari bencana dan kerusakan. 2) Sebagai bentuk suatu sikap penghormatan dan penghargaan kepada pemerintah dengan memberika hasil panen agar dapat dinikmati oleh pejabat pemerintahan dan dilakukan atas kesadaran warga tanpa paksaan. 3) Seba pada intinya adalah kegiatan silaturahmi suku Kanekes pada para Ratu dan Menak (para peminpin daerah) dengan didasarikesadaran dan keikhlasan. 4) Masyarakat Kanekes sendiri dapat saling berinteraksi antara Kanekes Tangtu dan Kanekes Panamping dalam rangka mempersiapkan dan menyukseskan tradisi Seba tersebut. 11 Nandang Hendriawan dan Dwi Puspita Escawati., Tradisi Seba Baduy, Kanekes

Saran Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan mengenai saran dalam Tradisi Upacara Seba Masyarakat Kanekes : 1. Bagi masyarakat kanekes Tetaplah menjaga dan melestarikan kearifan lokal warisan leluhur, agar upacara seba ini dapat terus dikenal dan diketahui oleh para generasi yang akan datang. 2. Bagi Pemerintah Disarankan agar tetap menjaga kelestarian budaya Kenekes karena selain asset wisata budaya, Kanekes adalah masyarakat yang perlu dijaga kelestarian budayanya yang masih asri karena masih memegang teguh adat istiadat asli Suku Baduy. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Disarankan bila meneliti Tradisi Seba masyarakat Kanekes agar meneliti secara mendalam, menyempurnakan skripsi ini dan meneliti lebih mendalam lagi kekhasan yang menarik dari masyarakat Kanekes (Suku Baduy). 4. Bagi Para Pembaca Dapat mengikuti aturan yang ditetapkan oleh masyarakat Kanekes yaitu menjaga alam dan lingkungan sekitar dan tidak merusaknya agar tetap lestari. 12 Nandang Hendriawan dan Dwi Puspita Escawati., Tradisi Seba Baduy, Kanekes

DAFTAR PUSTAKA Erwinantu. (2012). Saba Baduy. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Antropologi Sosial Budaya. Jakarta:PT. Rineka Cipta Hidayat, Pepi. (2013). Gelar Budaya Sedekah Laut (Larung Sesaji) di Teluk Penyu Kelurahan Cilacap Kabupaten Cilacap. Skripsi Geografi: Tidak diterbitkan Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Basa Masdudin, Ivan. (2010). Keunikan Suku Baduy di Banten. Banten: Talenta Pustaka Indonesia Nasution, S. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara Ranjabar, Jacobus. (2013). Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bandung: Alfabeta Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Sugiono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Supardan, Dadang. (2009). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara Yanti. (2010). Mengenal Suku Baduy. Jakarta: CV.Ghina Walafafa Sihabudin. A dan A Kurnia. (2010). Saatnya Baduy Bicara. Jakarta : Bumi Aksara Sutendy. Uten. (2010). Kearifan Lokal Hidup Orang Baduy Damai denagn Alam. Tangerang Selatan : Media Komunika Permana. Cecep. (2010). Kearifan Lokal Masyarakat Baduy dalam Mitigasi Bencana. Jakarta : Wedatama Widya Sastra Sundari. B.V. L. Agung, dan Budiyono. (2012). Mandiri Ilmu Pengetahuan Sosial. Surakarta : Erlangga 13 Nandang Hendriawan dan Dwi Puspita Escawati., Tradisi Seba Baduy, Kanekes