BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Budaya minum kopi di Indonesia sudah berkembang sejak lama, sejak

BAB I PENDAHULUAN. dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia, maka kebutuhuhan jasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB V KESIMPULAN. Banda Aceh. Selain sebagai sentral informasi, warung kopi juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

FOTO NARASUMBER. Yusuf Anggara. Kepala Subbagian Humas Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

1 PENDAHULUAN. Latar belakang

PELATIHAN JURNALISTIK TEKNIK MENULIS BERITA MEDIA CETAK BAGI SISWA SMU NEGERI 1 DI KOTA PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. Rekatama Media, hal 2. 2 Harimurti Kridalaksana. Leksikon Komunikasi. Cetakan Pertama Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan wahana komunikasi dalam melakukan kegiatan jurnalistik dengan mencari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa. Dalam komunikasi massainformasi disampaikan melalui media massa.

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-Dasar Komunikasi, Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, hal:

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

Teknik Reportase dan Wawancara

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

I. PENDAHULUAN. beragam peristiwa baik yang bersifat lokal, nasional maupun internasional. Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran tradisional yaitu promosi words of mouth (dari mulut ke mulut)

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MOTIVASI PELANGGAN DALAM MEMBACA MAJALAH BAHANA. Program Studi Ilmu Komunikasi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No 6 Yogyakarta 55281

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia yang hidup di masa ini adalah manusia yang dimudahkan

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Strategi Komunikasi Pemasaran Player s Pool n Lounge

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa,

BAB I PENDAHULUAN. formal tahun 1942, Gorontalo belum ada. Saat itu yang ada adalah linula-linula yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

Untuk menjadi penulis harus: 1. Menguasai topik yang akan ditulis, yaitu memahami topik secara komprehensif. Prinsip yang selalu dipegang oleh penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pemanfaatan resensi..., Yusuf Margono, FIB UI, 2009

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

WAWANCARA MENDALAM DENGAN MANAGER PUBLIC RELATIONS YAYASAN PUTERI INDONESIA. 1. Apa saja yang mencakup ruang lingkup pekerjaan PR YPI?

BAB I PENDAHULUAN. Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah lama terjadi dan. menjadi topik hangat di tengah-tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. massa baru bermunculan. Secara umum, media massa tergolong. media elektronik (televisi dan radio), serta media online.

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana komunikasi, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan sebuah perantara atau penyalur pesan secara serentak yang menjangkau masyarakat luas.

KUESIONER PENELITIAN Nomor:..

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ( Pada zaman orde baru pemerintah melarang

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENDAHULUAN. hidup tanpa adanya informasi dan komunikasi yang ia jalani di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang seiring dengan besarnya manfaat komunikasi yang

BAB V INTERPRETASI DATA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN I.1.

I. PENDAHULUAN. dan tingkatan ekonomi serta umur sudah dapat menggunakannya. Internet adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, sehingga peran dan fungsinya semakin maksimal. perusahaan salah satunya melalui kegiatan media relations.

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG

BAB I PENDAHULUAN. individu lain yang berasal dari daerah atau wilayah lain. Oleh karena itu, bahasa. Indonesia dijadikan sebagai bahasa nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi seperti saat ini, menuntut

BAB V PENUTUP. pada hasil analisis data dari penelitian tentang Kampung Bahasa sebagai City

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penyajian data dan analisis data yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan citra organisasi yaitu Televisi Republik Indonesia ( TVRI).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern saat ini, televisi dapat memberikan nilai-nilai kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

PEDOMAN WAWANCARA. Program Acara Ngopi Euy di Bandung TV. : PT. Bandung Media Televisi Indonesia (Bandung TV) di Komplek. Pertanyaan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Praktik jurnalisme kloning kini menjadi kian populer dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. media massa yang beredar, baik media cetak seperti: surat kabar, tabloid dan

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau bekerja untuk mencari, mengumpulkan, memilih, mengolah berita dan menyajikannya secara cepat kepada khalayak luas yang dapat dilakukan melalui media cetak atau media elektronik. Menurut Eriyanto (2002:28), dalam melakukan tugasnya, wartawan sebetulnya bukan hanya mengambil realitas yang sebenarnya, tapi juga membentuk berita: ia menguraikan, mengurutkan, mengonstruksi peristiwa demi peristiwa, sumber demi sumber, serta membentuk citra dan berita tertentu. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers, Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia. Dari keseluruhan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pers tersebut, dapat dirangkum menjadi tiga kegiatan yang umumnya dilakukan oleh wartawan di lapangan, yaitu kegiatan mencari berita (news hunting) yang merujuk pada kenyataan bahwa wartawan harus mengejar (memburu) sumber berita agar mendapatkan hasil yang diharapkan,

lalu kegiatan pengumpulan berita (news gathering), merujuk pada pekerjaan wartawan yang hanya mengumpulkan bahan berita dari berbagai sumber yang tersedia sampai kepada kegiatan membuat berita (news making). Ukuran profesionalisme wartawan terletak pada ketaatan terhadap Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Selagi berpegang teguh pada KEJ, tidak satu pihakpun bisa menggugat hasil karya jurnalistik yang dibuat wartawan, selain itu, wartawan secara profesi juga sudah semestinya berpegang pada undang-undang yang secara khusus berlaku untuknya, yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Wartawan juga perlu bergabung dengan organisasi formal terkait profesinya, seperti PWI dan AJI, untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam profesi kewartawanan (Ershad et al., 2012:9). Selain ketaatan terhadap Kode Etik Jurnalistik (KEJ) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers, seorang wartawan juga harus memperhatikan nilai-nilai lokal yang berlaku pada masyarakat di sekitarnya. Hal ini dikarenakan profesi wartawan memiliki mobilitas dan dinamika yang tinggi. Wartawan harus aktif melakukan personal contact atau hubungannya dengan orang lain. Wartawan menjalin hubungan dengan semua orang dari berbagai latar belakang dan status sosial, khususnya narasumber yang menjadi mitra wartawan. Menurut John Edward Rhony istilah Warung kopi yang sekarang sama dengan warung kopi atau lapau masa dahulu seiring dengan

perkembangan zaman, warung kopi ini telah menjadi modern merupakan tempat yang sangat akrab dengan profesi wartawan yang duunya tidak ditemui. Wartawan dari berbagai media kerap memanfaatkan warung kopi sebagai sarana berkumpul dan berdiskusi tentang berbagai hal, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan dan kegiatan peliputan di lapangan. Warung kopi menawarkan beragam fasilitas yang dapat mendukung kegiatan wartawan sekaligus sebagai tempat berkomunikasi dan berdiskusi. Warung kopi identik seperti lapau atau kedai yang sudah modern bukan hanya menjual kopi, teh dll. Pada warung kopi ini dikunjungi oleh bebagai latar belakang profesi, dan beberapa latar belakang pendidikan yang sebagian orang dijadikan untuk duduk, bersantai dan diskusi dalam memperoleh informasi dari pengujung agar dapat menjadikan sebuah berita bagi wartawan yang akan disampaikan pada khalayak ramai melalaui media cetak atau media massa. Sering juga warung kopi atau lapau ini dijadikan pertemuan untuk menyelasaikan masalah, meningkatkan silaturahmi antar sesama koleka yang telah lama tidak berjumpa, atau dijadikan tempat bersenda gurau untuk menceritakan hal-hal yang sedang hangat dibicarakan masyarakat, hal seperti inilah sering dikunjungi oleh para wartawan. Ada begitu banyak informasi yang berkembang di warung kopi, diantaranya bahkan menginspirasi para wartawan untuk mengangkatnya menjadi sebuah berita di media. Namun demikian,

tidak semua informasi yang berkembang di warung kopi bisa diangkat ke media, kesemuanya harus melewati proses seleksi dengan melihat nilai berita (newsvalue) yang dimilikinya. Hanya informasi yang memiliki nilai berita yang tinggilah yang dapat diangkat menjadi sebuah berita di media sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) yang dimiliki oleh media yang bersangkutan. Bagi masyarakat Minangkabau, warung kopi tidak sekadar tempat minum kopi, tetapi memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai tempat atau sarana untuk diskusi, baik politik, agama, sosial, budaya, dan ekonomi. Kemudian, sebagai sumber informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungan, mulai dari tempat terkecil, seperti kampung, kecamatan, kabupaten, provinsi, sampai yang terjadi di negara, bahkan dunia. Dengan demikian, keberadaan warung kopi di Minangkabau adalah sesuatu yang penting. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di Minangkabau terdapat banyak warung kopi. Warung kopi yang dulu identik dengan warung tradisional, kini sudah bertransformasi menjadi warung yang modern dengan segala konsep yang baru pada zaman sekarang. Warung kopi tidak identik lagi dengan orang-orang tua, tapi juga menjadi tempat nongkrong anak-anak muda, tidak lagi menjadi tempat nongkrong orang-orang kampung, tapi juga menjadi tempat diskusi pejabat, pengusaha, dan orang-orang kelas menengah ke atas lainnya. Dari suatu pengamatan penulis secara langsung terhadap warung-warung kopi di kota Padang seperti Kubik Koffie, WarKop

KPU, WarKop Dewi (atau biasa disebut warkop Tan Malaka), WarKop Om Ping, banyak memberikan layanan sebagai pusatpusat interaksi sosial, tempat untuk berkumpul, berbicara, bermain, menghibur satu sama lain, atau mengisi waktu, baik secara individu atau dalam kelompok kecil. Warung kopi menjadi tanda yang mengukuhkan keberadaan baru bagi masyarakat, melalui bertemunya beragam orang, suku, agama, lembaga, status sosial dan bahkan identitas yang multikultur. Seperti dikatakan Ishak Nasroni yang akrab dipanggil Ujang, salah satu awak media SumSel Pos mengatakan bahwa Di kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, warung kopi Pindang Pegagan yang terletak disamping gedung PKK dijadikan ajang untuk berkumpul para jurnalis sebagai media centre lahat. warung ini sangat strategis untuk tempat stanby wartawan, tempat ini nyaman, selain kita bisa kumpul bersama rekan-rekan media juga letaknya tepat dikawasan perkantoran Pemda, jadi kita bisa cepat mendapat berita. Ujarnya yang diaminkanjuga oleh Agus dari media Sinar Lematang sambil menikmati segelas kopi yang disajikan oleh pelayan warung. Keberadaan para wartawan di warung-warung kopi kerapkali dianggap sebagai perantara atau penyambung lidah dari masyarakat kepada pihak-pihak tertentu maupun pemerintah. Bagi sebagian masyarakat yang mengetahui bahwa para informan berprofesi sebagai wartawan biasanya tanpa sungkan bertanya, bercerita,

menyampaikan keluhan maupun tanggapan perihal berbagai macam peristiwa yang terjadi di sekelilingnya, dengan harapan agar para wartawan ini sebagai pihak yang memiliki media dapat dengan mudah mengkonfirmasi atau menyampaikan informasi yang diterimanya di lapangan kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Kemudian berbekal informasi tersebut, para wartawan turun ke lapangan untuk melihat situasi yang sebenarnya terjadi. Rutinitas kegiatan media juga seringkali dilakukan di warungwarung kopi, mulai dari kegiatan mencari, mengumpulkan dan membuat berita serta melakukan diskusi setelah kembali dari lapangan dan diskusi-diskusi ringan lainnya. Sumber-sumber informasinya pun beragam, informasi bisa diperoleh dari topik utama di media televisi yang terdapat di warung kopi, dari surat kabar gratis, dari percakapan mulut kemulut dengan sesama pengunjung warung kopi dan dari internet. Terjadinya beragam pemaknaan warung kopi yang ada pada saat ini, tidak terlepas dari bagaimana proses komunikasi itu terjadi. Hal ini erat kaitannya dengan konstruksi makna yang dibentuk oleh masyarakat dalam hal ini pelanggan warung kopi itu sendiri. Dalam sebuah penelitian, Citra Abadi (2013:3) menyebutkan bahwa: Dalam memaknai suatu hal, individu memerlukan suatu dasar yang dijadikan sebagai sebuah nilai dalam mendorong individu untuk mengkonstruksi sebuah makna. Dengan adanya nilai yang dijadikan sebagai pedoman untuk memaknai realitas, nilai tersebut akan mempengaruhi individu dalam bertindak ke depannya. Interpretasi yang dilakukan oleh individu, memunculkan sebuah m otif dalam diri individu

Motif seseorang untuk mengunjungi warung kopi pun tidaklah sama. Artinya tentu ada sebuah tujuan yang mereka inginkan ketika berada di sebuah warung kopi, apakah itu untuk dirinya sendiri ataukah untuk kepentingan lain yang ada di lingkungan sekitarnya. Motif ini juga sangat mempengaruhi seseorang dalam memaknai realitas sosial di sekitarnya. Berdasarkan hasil dari penelitian pada Februari Maret 2016 dalam bentuk observasi yang dilakukan terhadap para pengunjung di warungwarung kopi di Kota Padang, peneliti mengamati bahwa ada begitu banyak pengunjung dari berbagai latar belakang yang berbeda mengunjungi warung kopi tersebut. Di beberapa warung kopi bahkan tampak dengan jelas sangat dominan oleh kalangan-kalangan tertentu, seperti wartawan, PNS, karyawan swasta dari berbagai perusahaan, para mahasiswa, dan lainnya. Disini peneliti memilih salah satu dari kelompok-kelompok dominan tersebut untuk menjadi fokus, yakni pada profesi wartawan di Kota Padang. Pada penelitian ini, penulis melihat keberadaan para wartawan di warung-warung kopi menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai wartawan dalam mencari, mengumpulkan dan menyampaikan informasi kepada khalayak melalui sebuah sarana jurnalistik, yaitu warung kopi dan bagaimana warung kopi dapat mendukung kebutuhan wartawan dari segi fisik maupun emosional

1.2 Rumusan Masalah Bertolak dari persoalan tersebut, penulis melakukan penelitian berjudul Warung Kopi Sebagai Sarana Komunikasi Dan Sumber Informasi Bagi Profesi Wartawan Di kota Padang. Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apa saja motif-motif yang melatarbelakangi keberadaan wartawan di warung kopi? 2. Bagaimana fungsi dan peran wartawan dalam menjalan tugas di warung kopi? 3. Bagaimana wartawan khususnya yang berada di warung kopi ini memaknai komunikasi dan sumber informasi pada warung kopi? 1.3 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan masalah yang diteliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui motif-motif yang melatarbelakangi keberadaan wartawan di warung kopi. 2. Mengetahui fungsi dan peran wartawan dalam menjalankan tugas di warung kopi. 3. Mengetahui makna dan peran warung kopi sebagai sarana profesi wartawan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memperkaya khazanah kajian ilmu komunikasi. Di samping itu juga dapat menjadi bahan rujukan

bagi penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya bagi para akademisi atau bagi mereka yang tertarik untuk memahami penelitian tentang warung kopi sebagai sarana komunikasi dan informasi bagi profesi wartawan. 2. Secara praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan agar pemerintah, akademisi dan masyarakat dapat memahami makna komunikasi dari sisi kebudayaan, sehingga dapat mengkomunikasikan kebijakan dan program pemerintah dengan pendekatan yang menggunakan kearifan lokal (local wisdom) dalam menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat