BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi anak usia prasekolah. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama. yang mendukung pentingnya pendidikan prasekolah.

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

Oleh: Endang Rini Sukamti, dkk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan

BAB II LANDASAN TEORI

TEORI PEMBELAJARAN ALIRAN PSIKOLOGI KOGNITIF DIENES

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ESENSI BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ahmad Fajar, 2014

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dasar dari ilmu pengetahuan lain (Arfina, 2012: 1). Oleh karena itu

BELAJAR DIENES. Al-Khwarizmi, Vol.I, Maret

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Siswa Mengenal Bangun Datar Sederhana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Konsepsi Bermain dalam menumbuhkan Kreativitas Pada Anak Usia Dini

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, sikap dan prilakunya. Eun dan Young (2010) mengemukakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pada saat pre-test tidak terdapat perbedaan dalam pengembangan kreativitas dan kognitif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Prinsip Lambang Bilangan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASAR TEORI DIENES

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

BAB II KAJIAN TEORI. Salah satu kegiatan yang harus diterapkan pada sekolah Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kepribadian anak sebelum ia memasuki jenjang pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI A. TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. 1. Teori Belajar. Menurut Tim Penyusun (2008: 23) belajar adalah berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

NURAINI RAHARJANTI A53B111047

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. merupakan aktivitas pencarian informasi melalui lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

UPAYA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN SAINS TINTA TRANSPARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TEORI BELAJAR PERMAINAN DIENES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

PROFIL PEMECAHAN SOAL MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TAHAP BELAJAR DIENES DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

MODEL BERMAIN EDUKATIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag

PEMBELAJARAN TEMA. Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan tindakan untuk memberikan pengalaman pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2 matematika itu lebih mudah dipelajari dan lebih menarik (Soviawati, 2011:84). Pemberian materi pembelajaran kepada siswa, pertama harus melihat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

Oleh: Khoirul Hidayati K BAB I PENDAHULUAN

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Setiap guru

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kegiatan fisik maupun mental yang mengandung kecakapan hidup hasil interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

I. PENDAHULUAN. merupakan harta yang tak ternilai harganya. Pada usia dini di mana anak berada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Jurnal Pesona PAUD Vol.I No 1 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari anak, misal di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, minat, dan kemampuan dalam belajar. Segala yang ia lihat, ia

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Bermain Bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. (Soekamto, dkk. Kapita Selekata 2007). Bermain juga dapat diartikan sebagai sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal, sebab bermain berfungsi sebagai kekuatan, pengaruh terhadap perkembangan dan pengalaman didapat lewat bermain. Permainan memberikan anak anak kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri atau bakat, dan untuk mengembangkan kreatifitas. Lebih lanjut, bermain mengembangkan keterampilan sosial disaat sejumlah anak terlibat aktif dalam suatu kegiatan. Perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan pengalaman. Bermain adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi anak anak. Bermain merupakan cara bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara menjelajahi dunia dari lingkungannya. Bermain merupkan faktor yang paling berpengaruh dalam periode perkembangan diri anak. Meliputi dunia fisik dan sosial. Sistem komunikasi pendek kata, bermain berkaitan erat dengan pertumbuhan anak (Ingridwati Kurnia, dkk. Perkembangan Peserta Didik 2007).

10 Kegiatan bermain mempengaruhi perkembangan keenam aspek perkembangan anak yakni : Aspek kesadaran diri (personal asareness) 1. Emosional 2. Sosial 3. Komunikasi 4. Kognisi, dan 5. Keterampilan motorik. Bermain memiliki kekuatan untuk menggerakkan perkembangan. Pada masa anak anak, bermain merupakan landasan bagi perkembangan mereka karena bermain merupakan bagian dari perkembangan sekaligus sumber energi perkembangan itu sendiri. Melalui bermain anak dapat mengembangkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Bermain tidak hanya menjadi kebutuhan, tetapi juga menjadi suatu kewajiban yang mau tidak mau harus terpenuhi anak usia dini. Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam Matematika yang disajikan dalam bentuk konkret akan dapat dipahami dengan baik. Konsep-konsep Matematika dipelajari menurut tahapan-tahapan bertingkat dalam belajar mamatika. Adapun tahapan-tahapan tersebut yaitu: a. Permainan bebas Permainan bebas adalah tahap belajar konsep yang terdiri dari aktivitas yang tidak terstruktur dan tidak diarahkan. Hal ini memungkinkan siswa untuk bereksperimen dan memanipulasi benda-benda konkrit dan abstrak dari unsur-unsur yang dipelajari.

11 b. Permainan yang menggunakan aturan. Pada tahap ini siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam suatu konsep. Melalui permainan siswa diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan struktur Matematika. c. Permainan mencari persamaan sifat Pada tahap ini siswa mulai diarahkan untuk menemukan struktur yang menunjukkan kesamaan yang terdapat dalam permainan yang dimainkan. d. Permainan dengan Reperesentasi. Tahap ini merupakan tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Pada tahap ini anak mencari gambaran konsep kesamaan sifat dari situasi tertentu. e. Permainan dengan simbolisasi Tahap ini merupakan tahap belajar konsep pada saat anak perlu merumuskan reperesentasi pada setiap konsep dengan menggunakan simbol Matematika atau dengan perumusan verbal yang sesuai. f. Formalisasi Pada tahap ini anak mempelajari suatu konsep dan struktur Matematika yang saling berhubungan. Dalam hal ini anak harus mengurut sifat-sifat itu untuk dapat merumuskan sifat-sifat baru. Adapun yang menjadi dasar atau landasan untuk mengajarkan Matematika melalui bermain adalah atas dasar penelitian yang telah dilakukan oleh saudari Desty R Purba mengajarkan Matematika melalui bermain serta atas teori Dienes yaitu permainan yang menggunakan aturan (Disadur dari buku Agar anak pintar

Matematika joula. Ekaningsih paimin, 1998 dan Bermain, Mainan dan Permainan Oleh Dra. mayke sugianto t.1995) 1. Ciri ciri bermain Bermain memiliki ciri-ciri yang khas, yang membedakannya dari kegiatan lain. Secara ringkas ciri ciri kegiatan bermain dapat diikhtisarkan sebagai berikut: Tabel 2. Ikhtisar Ciri Kegiatan Bermain No. Ciri - Ciri Keterangan 1. Menyenangkan Bermain itu menyenangkan dan anak menikmati kegiatan itu. 2. Motivasi Intrinsik Anak ingin bermain karena dorongan dari dalam bukan karena disuruh orang lain. 3. Spontan dan Sukarela Anak bermain karena dorongan spontan tanpa paksaan. 4. Ada peran aktif pemain Semua pemain berperan secara aktif saat bermain, sehingga kegiatan bermain berjalan lancar dan menyenangkan. 5. Non literal Saat bermain anak berpura pura menjadi sesuatu/bertindak sesuatu 6. Kaidah non ekstrinsik Anak terlibat aktif, tidak diam saja, baik secara fifik maupun emosi. 7. Aktif Semua kegiatan bermain menuntut keaktifan anak yang bermain 8. Fleksibel Anak dapat beralih kegiatan bebas memilih permainan. 12 Bermain (play) mengacu pada beberapa teori bermain yang dikemukan para ahli yaitu: a. Teori surplus energi. Dalam pandangan ini bermain merupakan penyaluran energi yang berlebihan.

13 b. Teori relaksasi. Pandangan ini menyatakan bahwa bermain merupakan cara seseorang untuk menjadi lebih santai dan segar setelah tersalurnya energi. c. Teori preparasi. Pandangan ini menyatakan bahwa bermain merupakan cara seseorang untuk menjadi lebih santai dan segar setelah tersalurnya energi. d. Teori rekapitulasi. Pandangan ini mencoba menentukan hubungan antara kegiatan bermain dengan evolusi kebudayaan. e. Teori pertumbuhan dan perkembangan. Pandangan ini menyatakan bahwa, bermain merupakan salah satu cara mengembangkan kemampuan anak. f. Teori penyaluran emosi. Menurut pandangan ini bermain merupakan ekspresi simbolik dari suatu harapan. g. Teori kognitif. Pendapat ini menyatakan bahwa bermain adalah suatu upaya asimilasi. 2. Manfaat Bermain Bagi Anak Bermain bagi anak, selain merupakan alat belajar juga merupakan kebutuhan bagi setiap anak. Diperlukan waktu yang cukup banyak untuk bermain bagi anak terutama pada saat usia SD. Adapun manfaat lain dari bermain bagi anak adalah : a. Anak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan perkembangan fisik, perkembangan psiko sosial, serta perkembangan kognitif. b. Bermain merupakan sarana bagi anak untuk bersosialisasi. c. Bermain bagi anak-anak adalah untuk melepaskan diri dari ketegangan. d. Bermain merupakan dasar bagi pertumbuhan mentalnya. e. Melalui bermain anak-anak dapat mengeluarkan energi yang ada dalam dirinya ke dalam aktivitas yang menyenangkan.

14 f. Melalui bermain anak-anak dapat mengembangkan imajinasinya seluas mungkin. g. Melalui bermain anak-anak dapat berpetualang, menjelajah lingkungan dan menemukan hal-hal baru dalam hidupnya. h. Melalui bermain anak dapat belajar bekerja sama, mengerti peraturan, saling berbagi dan belajar menolong diri sendiri dan orang lain serta menghargai waktu. i. Bermain juga merupakan sarana mengembangkan kreativitas anak. j. Bermain dapat mengembangkan keterampilan olah raga dan menari. k. Melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu. 3. Karakteristik Kegiatan Bermain. Beberapa karakteristik kegiatan bermain sebagai berikut : a. Bermain dilakukan karena kesukarelaan, bukan paksaan. b. Bermain merupakan kegiatan untuk dinikmati. c. Tahap iming-iming apapun, kegiatan bermain itu sendiri sudah menyenangkan. d. Dalam bermain, aktivitas lebih penting daripada tujuan. e. Bermain menuntut partisipasi aktif, secara fisik atau pun mental. f. Bermain itu bebas, bahkan tidak harus selaras dengan kenyataan. g. Dalam bermain individu bertingkah laku secara spontan, sesuai dengan yang diinginkan sat itu. h. Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya ditentukan si pelaku.

15 4. Fungsi Bermain dalam Pendidikan. Bermain kaitannya dengan pendidikan ialah sebagai wahana pembelajaran dalam bentuk pengunjukkan atau pun permainan sesuatu yang bermakna dalam menggambarkan pesan, suasana, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dan bernilai bagi anak dalam membuahkan pengalaman belajar tertentu. Fungsi bermain secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pengembangan Kognitif. Penelitian membenarkan adanya hubungan kuat antara bermain dan perkembangan kognitif, salah satunya yaitu bermain simbolik (Bennet, 2005). Pernyataan tersebut didukung oleh Vigostky dan Piaget (dalam Sugianto, 1997, Kapita Selekta 2007) yang menyatakan bahwa, bermain simbolik itu permainan yang penting sekali dalam pengembangan berpikir abstrak. b. Pengembangan Sosial. Bermain adalah model yang baik untuk mengembangkan sosial anak, karena akan mendorong anak-anak berinteraksi sosial. c. Pengembangan Emosional. Bermain adalah media untuk mengekspresikan pikitan dan perasaan. d. Pengembangan Fisik. Bermain adalah media untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. 5. Macam macam permainan Matematika Dengan bermain anak bisa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, anak-anak akan lebih senang dan menjadikan si anak lebih aktif.

16 Beberapa macam permainan matematika yaitu: a. Bermain bebas dan spontan b. Bermain konstruktif c. Bermain khayal/bermain peran d. Mengumpulkan benda benda (collecting) e. Melakukan Penjelajahan (eksplorasi) f. Permainan (games) dan olahraga (sport) g. Musik 6. Macam macam Alat Permainan Pada permainan alat yang dapat digunakan yaitu: a. Congklak b. Ular Tangga c. Kelereng d. Puzzle yang terdiri dari 3 12 keping e. Papan papan pasak f. Papan papan hitung g. Papan paku (dengan pengawasan cermat) h. Biji untuk meronce i. Kartu berpasangan, sejenis atau sama j. Permainan dengan kartu (Mayke Tedjasaputra. 2001)

17 B. Pengertian Matematika Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematikos secara ilmu pasti atau Matheis yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraaan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia). Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif (Sutawijaya,1997:176). Menurut Hudoyo (1990:3) matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. C. Karakteristik Siswa Kelas 2 SD Perkembangan jiwa anak kelas 2 SD Anak usia 7 tahun atau anak anak kelas 2 SD adalah suka bermain, terutama bermain benda benda disekitarnya. Menurut Piaget anak anak rata-rata usia 7 tahun termasuk usia operasional konkrit (umur 7 12 tahun). Periode ini disebut operasi konkret sebab berpikir logiknya didasarkan pada manipulasi fisik objek objek konkret atau pengalaman pengalaman yang langsung dialaminya. (dalam Hudoyo, 1998. Kapita Selekta 2007). Perkembangan jiwa anak kelas 2 SD Anak usia 7 tahun atau anak anak kelas 2 SD adalah suka bermain, terutama bermain benda benda disekitarnya. Periode ini juga disebut usia kreatif sebagai kelanjutan dan penyempurnaan perilaku kreatif yang mulai terbentuk pada masa anak awal. Kecenderungan kreatif ini perlu mendapat bimbingan dan dukungan dari guru maupun orang tua

18 sehingga berkembang menjadi tindakan kreatif yang positif dan orisinal, tidak negatif dan sekedar meniru tindakan kreatif orang atau anak yang lain. Selain itu, periode ini disebut juga dengan usia bermain, karena minat dan kegiatan bermain anak semakin meluas dengan lingkungan yang lebih bervariasi. Mereka bermain tidak lagi hanya di lingkungan keluarga dan teman di sekitar rumah saja, tapi meluas dengan lingkungan dan teman-teman di sekolah. (Ingridwati Kurnia, dkk. Perkembangan Peserta Didik. 2007) D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan tujuan dan kajian pustaka, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran berbasis bermain dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran yang ditunjukkan dengan meningkatnya motivasi, minat dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika kelas 2 dari siklus ke siklus.