BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, tukar-menukar, pinjam-meminjam, utang-piutang, dan lainlainnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencari kemaslahatan pribadi, keluarga maupun umum. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan mu'amalah yang paling banyak dilakukan orang adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berbuat dan bertingkah laku yang baik agar dapat bermuamalah dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu dan

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah salah satu cara memperoleh hak (kepemilikan) suatu barang

BAB I PENDAHULUAN. harta yang banyak dan sebagian lagi ada yang sebaliknya. Setelah tiba. peristiwa hukum yang lazim disebut dengan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. tentunya harus kembali kepada Nabi Muhammad saw. yang memperkenalkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lain. Kegiatan yang lebih banyak dan efektif ialah jual beli. Disamping sebagai

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang lengkap dan bersifat universal, berisikan ajaran-ajaran

BAB I PENDAHULUAN. mengandung kemaslahatan bagi umat manusia, kecuali hal-hal yang telah dilarang

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma moral dalam kehidupan bermuamalah. Islam telah memberikan. yang sangat diperhatikan dan dimuliakan oleh Islam.

BAB I PENDAHULUAN. cara yang haram. Artinya cara halal haruslah dituruti dan cara yang haram

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran terhadap adat akan berdampak pada ketidak seimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang disebut hablum minallah dan yang kedua bersifat horizontal,

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. atas dasar suka sama suka atau bisa juga memindahkan hak milik kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. atau bertambah yang relatif sangat tinggi. Seperti kebutuhan akan kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

PENDAHULUAN. maupun individu untuk menjalankan kehidupan ini. Dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, perdagangan terutama dalam bidang ekonomi. Merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan kontrak kerja dalam kegiatan muamalah Islam, yaitu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Development Bank (IDB) tahun 1974 oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah agama yang universal. Segala sesuatunya telah

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dilepaskan dari tanggung-jawab pemerintah, yang dalam ajaran Islam. bertujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan umat manusia, dan usaha juga sangat menentukan pola hidup, corak

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN MONITORING PEMBIAYAAN MURABAHAH, DAN PENGELOLAAN RISIKO PADA KJKS BINAMA TLOGOSARI SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan masyarakat yaitu apa yang disebut dengan muamalah. Keperluan hidup

BAB I PENDAHULUAN. tuntunan dalam tuntutan dinamika realitas masyarakat dari segala kompleksitas

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia itu sendiri sehingga menyebabkan terjadinya benturan-benturan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sistem ekonomipun dan carapun digunakan untuk melakukan proteksi

MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan dan kecukupan dalam keuangan, maka masyarakat dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. hubungan, baik bersifat vertikal maupun horizontal. Hubungan yang sifatnya

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa hidup sendiri. Baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK BAGI HASIL DENGAN PEMBAGIAN TETAP DARI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KJKS KUM3 RAHMAT SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap manusia memiliki kebutuhan yang beragam dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sehingga, hidup mereka dapat berjalan sebagaimana mestinya, dan mesin

BAB I PENDAHULUAN. antara satu sama lain, hal ini dapat kita lihat dari kegiatan muamalah, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkannya seorang individu harus menukarnya dengan barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kaitan dengan Muamalah, sebenarnya syariat Islam cukup terbuka dan

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keuntungan. Hal ini dikarenakan iklan sering atau lebih banyak. akan mengecewakan masyarakat sebagai konsumen.

SISTEM JUAL-BELI KREDIT MOTOR DI UD SABAR MOTOR DITINJAU MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah khalifah di muka bumi, Islam memandang bahwa bumi

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Islam sebagai Agama yang lengkap dan sempurna telah

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang komprehensif ( rahmatan lil 'alamin) yang

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari mempunyai keperluan yang bermacam-macam untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga harus terjadi interaksi antarsesama manusia untuk memenuhi kebutuhan yang mereka

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STRATEGI PROMOSI SISTEM PERSUADE PADA PEMBELIAN SEPEDA MOTOR SECARA KREDIT DI UD. YAMAHA RAYA MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan alat pemuas untuk memenuhi kebutuhan manusia terbatas adanya,

BAB I PENDAHULUAN. pikir dan pengetahuannya, manusia dapat memenuhi segala kebutuhan yang

PRAKTIK JUAL BELI IKAN DALAM SUNGAI DI DESA HANDIL BARABAI KECAMATAN KERTAK HANYAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang system

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang belum beragama. Dakwah yang dimaksud adalah ajakan kepada

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter. Lebih dari itu, lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu membawa

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan muamalah ialah hubungan yang menyangkut kepentingan seseorang dengan orang lain, dengan memandang kelanjutan hidup seseorang seperti jual beli, tukar-menukar, pinjam-meminjam, utang-piutang, dan lainlainnya. 1 Mengenai kegiatan jual beli, maka untuk mengatur dan menghindari terjadinya kesewenangan yang dapat terjadi, maka dalam agama Islam mengatur sebaik-baiknya dimana manusia haruslah saling-meridhai, jujur, adil bebas penipuan, pemalsuan dan tidak sewenang-wenang terhadap pihak lainnya. 2 Kenyataan dalam hidup sehari-hari manusia, kebutuhan yang diperlukan tidak cukup hanya keperluan rohani saja. manusia juga membutuhkan keperluan jamani, seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya, namun terkadang terkendala masalah keuangan karena tidak memiliki uang kontan untuk membeli suatu barang, seperti sepeda motor. Untuk memenuhi kebutuhan jamaninya, dia harus berhubungan dengan sesamanya, salah satu yang dilakukan dengan dengan cara pembelian sepeda motor secara kredit melalui lembaga pembiayaan yang sengaja menjual sepeda 1 A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlaq, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.11. 2 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h.5.

2 motor secara kredit dengan lama waktu pembayaran cicilan yang disepakati bersama. Islam sendiri menganggap bahwa hukum memberi keringanan dalam jual beli termasuk dengan cara kredit adalah disunahkan karena mangandung suatu kebaikan, yaitu menolong orang yang sedang ditimpa kesusahan dalam memperoleh suatu barang. Menolong orang dalam keadaan demikian adalah sangat dianjurkan oleh Islam. 3 Pentingnya memahami aturan tersebut karena dalam kegiatan jual beli secara kredit sering kali terjadi permasalahan dalam pembayarannya, sebab orang berhutang seringkali tidak mampu membayarnya secara tepat waktu atau yang terhutang malah sengaja melakukan berbagai cara untuk menghindari membayar utangnya. Kenyataan yang terjadi adalah dalam praktiknya sering kali ditemukan dalam pembayaran utang piutang ini terdapat permasalahan karena pihak yang membeli secara kredit (debitur) tidak mampu membayarnya, sehingga sering kali terjadi permasalahan. Seperti, orang yang membeli sepeda motor secara kredit melalui lembaga pembiayaan harus membayar sekian bulan untuk melunasinya, misalnya jangka waktu 12 bulan, 24 bulan, 36 bulan, 48 bulan atau 60 bulan. Dalam kesepakatan yang dibuat saat transaksi si pembeli harus membayarnya secara kredit sesuai dengan jangka waktu pelunasan pembayaran yang telah disepakati dengan lembaga pembiayaan yang telah 3 Ibnu Mas ud dan Zainal Abidin S, Fiqih Madzhab Syafi i : Buku 2, Muamalah, Munakahat, Jinayat, (Bandung : Pustaka Setia, 2000), h. 65.

3 menjual kepadanya secara kredit, jelas jumlah pembayarannya, lama waktu angsuran (cicilan) pembayarannya, dan ada tanda serah terimanya. Berarti dalam urusan jual beli kredit itu harus bebas dari segala bentuk manipulasi, baik dari pihak penjual sebagai krediturnya maupun dari pihak pembeli sebagai debitur. Aturan ini sesuai dengan sabda Nabi saw. : عن عبداهلل ابن عمررضى اهلل عنهما: ان رجال ذكر للنىب صلى اهلل عليو وسلم 4 انو خيدع ىف البيوع فقال إذا بايعت فقل ال خالبة. )رواه مسلم(. Artinya: "Dari Abdullah bin Umar ra. bahwasanya seseorang laki-laki menceritakan kepada Nabi saw. bahwa ia ditipu dalam jual beli, maka beliau menjawab:"apabila kamu telah mengadakan persetujuan dalam jual beli, maka katakanlah tidak boleh ada tipuan. (HR. Muslim). Sebagai sarana transportasi, keberadaan sepeda motor saat ini sangat diperlukan untuk berbagai keperluan sosial masyarakat yang mendesak. Misalnya, untuk mengantar keluarga yang sedang sakit ke rumah sakit, untuk mengantar anak ke sekolah, untuk alat transportasi ke tempat kerja yang tidak ada jalur taksi, atau untuk mengojek demi menghidupi anak dan istri, mengejar setoran untuk membayar kredit sepeda motor, atau untuk menghadiri undangan acara keluarga, dan lainnya. Permasalahan yang terjadi dalam pembelian sepeda motor secara kredit tersebut adalah karena alasan karena ketidakmampuan pihak pembeli untuk membayar angsuran kredit setiap bulannya. Kalau pembeli (debitur) tidak membayar atau meninggal dunia sehingga sampai 3 bulan lamanya, 4 Muslim bin Hallaj al-qusyari an-naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Darul Fikri, 1993), Juz II, h. 6.

4 pihak penjual (kreditur) melalui kolektornya akan menyita sepeda motor tersebut. Padahal pihak pembeli tersebut sudah membayar sekian bulan lamanya bahkan mungkin hampir lunas pembayarannya. Sebagai antisipasi agar sepeda motor kredit tersebut tidak ditarik oleh pihak penjual (kreditur), maka pihak pembeli (debitur)melakukan penjualan sebagian dari sparepart sepeda motor kredit tersebut sehingga uang yang diperolehnya digunakan untuk membayar kredit sepeda motor tersebut, dan sebagianya lagi digunakan untuk membeli sparepart yang kualitasnya lebih rendah atau tidak asli. Ada juga alasan pihak pembeli yang menjual sparepart tersebut karena memang tidak punya uang lagi atau tidak mampu bekerja misalnya karena sakit, sehingga sudah tidak ada harapan untuk membayar kredit sepeda motornya pada bulan-bulan berikutnya. Hasil penjualan tersebut dianggapnya sebagai ganti uang muka yang telah dibayarkan ketika pertama kali melakukan pembelian sepeda motor kredit tersebut. Akibatnya, terhadap lembaga pembiayaan selaku krediturnya seperti FIF Finance, BAF Finance, dan Suzuki Finance jelas merasa dirugikan, sebab barang yang mereka tarik dari para debitur tersebut sudah tidak asli lagi kualitasnya, bahkan ada yang hanya tinggal kerangkanya saja. Padahal lembaga pembiayaan tersebut membeli sepeda motor tersebut dari pihak dealer dengan harga kontan, dan ketika barang tersebut mereka jual kembali maka harganya sangat jauh di bawah standar sebenarnya.

5 Memperhatikan fenomena yang terjadi di masyarakat terkait penjualan sparepart sepeda motor kredit tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam lagi dari segi gambaran praktiknya, alasannya, akibat yang ditimbulkannya terhadap lembaga pembiayaan selaku krediturnya, dan ditinjaun aspek hukumnya, sehingga akan dapat diketahui berdasarkan analisis apakah praktik penjualan sparepart sepeda motor kredit itu sebuah bentuk pelanggaran hukum ataukah tidak? Dari penelitian lapangan yang telah dilakukan tersebut, hasilnya kemudian dituangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah dalam bentuk sebuah skripsi yang mengangkan judul: Praktik Penjualan Sparepart Sepeda Motor Kredit di Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. B. Rumsun Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dirumuskanlah permasalahan penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimanakah gambaran praktik penjualan sparepart sepeda motor kredit di Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah? 2. Apakah alasan yang menyebabkan terjadinya praktik penjualan sparepart sepeda motor kredit di Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah? 3. Bagaimanakah akibat yang ditimbulkan dari praktik penjualan sparepart sepeda motor kredit di Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah?

6 C. Tujuan Penelitian Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, ditetapkanlah tujuan penelitian ini, yaitu : 1. Mengetahui gambaran praktik penjualan sparepart sepeda motor kredit di Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 2. Mengetahui alasan yang menyebabkan terjadinya praktik penjualan sparepart sepeda motor kredit di Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 3. Mengetahui akibat yang ditimbulkan dari praktik penjualan sparepart sepeda motor kredit di Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. D. Signifikansi Penelitian Dari hasil penelitian yang di lakukan ini, maka diharapkan berguna sebagai : 1. Bahan informasi ilmiah dalam ilmu kesyari ahan, khususnya dalam bidang muamalah yang salah satunya adalah dalam bidang jual beli secara kredit. 2. Bahan kajian ilmiah untuk menambah khazanah pengembangan keilmuan pada kepustakaan IAIN Antasari Banjarmasin dan Fakultas Syari'ah. 3. Bahan informasi bagi peneliti yang lain yang berkeinginan meneliti masalah ini dari aspek yang berbeda.

7 E. Defenisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam memahami maksud dari penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan sebagai berikut : 1. Praktik, ialah melakukan kegiatan atau melakukan suatu perbuatan. 5 Maksudnya ialah melakukan penjualan sparepart sepeda motor kredit. 2. Penjualan, ialah perbuatan (cara, hal) menjual terhadap suatu barang tertentu. 6 Maksudnya ialah pihak pembeli (debitur) sengaja menjual sparepart sepeda motor yang dibelinya secara kredit. 3. Sparepart, ialah onderdil, atau perabotan sepeda motor, mobil. 7 Maksudnya peralatan atau alat yang merupakan bagian dari sebuah sepeda motor, seperti spion dan pelang. 4. Sepeda motor kredit Sepeda motor kredit, ialah sepeda motor yang dibeli secara tidak kontan melalui lembaga pembiayaan seperti FIF Finance, BAF Finance, dan Suzuki Finance dengan pembayaran secara kredit dan jelas jumlah pembayarannya, lama waktu angsuran (cicilan) pembayarannya, dan ada tanda serah terimanya. Dapat disimpulkan bahwa maksud penelitian ini adalah mengangkat permasalahan melakukan penjualan sparepart sepeda motor kredit yang dilakukan oleh pihak pembeli (debitur) sengaja menjual onderdil sepeda motor yang dibelinya secara kredit melalui lembaga pembiayaan seperti FIF Finance, 5 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Diolah kembali oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 767. 6 Ibid, h. 495. 7 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gremedia Pustaka Utama, 1996), Cet. XXIII, h. 12.

8 dengan pembayaran secara kredit dan jelas jumlah pembayarannya, lama waktu angsuran (cicilan) pembayarannya, dan ada tanda serah terimanya, yang permasalahannya terjadinya di wilayah Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. F. Kajian Pustaka Skripsi yang diangkat ini pada dasarnya adalah penelitian empiris, yaitu berupa penelitian lapangan yang mencari datanya dengan langsung terjun ke lapangan mengenai praktik penjualan sparepart sepeda motor kredit di Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Dari hasil penelusuran di perpustakaan terhadap skripsi-skripsi sebelumnya ternyata belum pernah ada yang mengangkatkatnya, jadi permasalahan ini masih baru. Namun kalau kaitannya dengan jual beli secara umum mamang telah banyak yang mengangkatnya, tetapi isi dan permasalahannya berbeda dengan apa yang penulis angkat. Misalnya yang berjudul: "Pengambilan hak pembeli terhadap hadiah barang dalam jual beli di Kota Banjarmasin", oleh Masliannor, dan "Praktik penjualan hadiah dari pembelian barang di Kertak Hanyar", oleh Alpiadi. Kedua skripsi tersebut mengangkat masalah jual beli dan memang ada hubungannya dengan hadiah barang, namun terjadi permasalahan dalam transaksinya, karena pihak penjual mengambil barang yang semestinya menjadi hak pembeli. Jadi pembeli yang merasa dirugikan. Adapun skripsi lainnya tentang jual beli dan tidak terkait dengan permasalahan yang penulis teliti ini adalah: "Pengembalian uang kembalian dalam bentuk barang oleh pedagang di Kab. Tabalong", oleh Nispuani,

9 Persepsi ulama tentang aturan pecah berarti membeli", oleh Jurniah, Praktik jual beli botol bekas miras di Kota Banjarmasin", oleh Jurniah, Persepsi ulama Kota Banjarmasin terhadap ATM Kondom, oleh Sri Masrinawati. Kesemuanya membahas tentang jual beli secara umum dan terjadinya pelanggaran dalam kegiatannya dan menyinggung permasalahan tentang undian berhadiah. Kesemua skripsi tersebut baik dari segi judulnya, dan isinya masalahnya pada ketentuan jual beli yang harus ditegakkan, dan cara untuk menghindari perbuatan zalim dalam berjual-beli, sehingga fokus kepada cara jual-beli yang baik dan benar menurut Islam. Berbeda sekali dengan skripsi yang penulis angkat ini dimana mengangkat penyimpangan yang terjadi dalam penjualan sparepart sepeda motor kredit oleh pihak debitut di wilayah di Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang ternyata merugikan pihak lembaga pembiayaan selaku kreditur yang menjual secara kredit sepeda motor tersebut. G. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan, terdiri atas, latar belakang masalah diangkatnya penelitian ini terkait praktik penjualan sparepart sepeda motor kredit di Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah, namun kemudian dapat dibayar dengan hasil penjualan tersebut, atau melakukan penjualan karena ingin uang muka yang telah dibayarkannya kembali karena

10 memang tidak ada harapan lagi melunasinya. Kemudian dirumuskanlah permasalahan dalam penelitian ini dan ditetapkan tujuan penelitiannya. Lalu disusunlah signifikansi penelitian, defenisi operasional, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan landasan teoritis yang merupakan bahan untuk melakukan analisis, berisikan mengenai jual-beli secara kredit dalam hukum Islam, terdiri dari: pengertian jual-beli, dasar hukum jual-beli, rukun dan syarat jual beli, bentuk-bentuk jual beli yang dilarang, jual beli secara kredit, hak kepemilikan dalam jual beli secara kredit, dan hukum kontrak dalam transaksi jual beli secara kredit.. Bab III merupakan metode penelitian yang merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengolah data yang telah diteliti dari penelitian lapangan yang telah dilakukan, terdiri atas: jenis dan sifat penelitian, lokasi dilakukannya penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, tenik pengolahan dan analisis data, dan tahapan penelitian. Bab IV merupakan penyajian data berdasarkan hasil penelitian lapangan yang telah dilakukan dan analisis, terdiri dari: Pertama; penyajian data, meliputi: laporan hasil penelitian dari penelitian lapangan yang telah dilakukan yang dideskripsikan dalam bentuk kasus perkasus, dan rekapitulasi dalam bentuk matrik, dan Kedua; analisis terhadap hasil penelitian berupa tinjauan hukum Islam terhadap terjadinya permasalahan praktik penjualan

11 sparepart sepeda motor kredit di Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Bab V merupakan penutup dari penelitian ini, terdiri atas: simpulan dan saran.