BAB I PENDAHULUAN. mengkaji tentang kemajuan teknologi informasi, maka tidak dapat dipisahkan dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. tidak mengherankan apabila di kota maupun desa banyak ditemukan warungwarung

CYBER LAW & CYBER CRIME

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

Bab 1 PENDAHULUAN. Seringkali masalah keamanan berada di urutan terakhir dalam daftar hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

BAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

CYBERCRIME & CYBERLAW

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

Cyber Crime. Ade Sarah H., M.Kom

JURNAL ILMIAH KENDALA POLDA DIY DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI INTERNET DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

III. METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam kerangka penulisan ini adalah :

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) sebagai

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk. menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

Perkembangan Cybercrime di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan yuridis normatif, yuridis empiris dan pendekatan

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

cybercrime Kriminalitas dunia maya ( cybercrime

CONTOH KASUS CYBER CRIME (KEJAHATAN DI DUNIA MAYA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan

Cyber Crime : Sebuah Evolusi Kejahatan Jenis kejahatan konvensional : Kejahatan kerah biru (blue collar crime) Pencurian, penipuan, pembunuhan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan transaksi online di indonesia memperlihatkan

I. PENDAHULUAN. dan komunikasi ini menunjukan betapa pesat perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULAN. Pesatnya perkembangan teknologi informasi pada akhir-akhir ini. akibatnya banyak pihak-pihak yang merasa dirugikan.

III. METODE PENELITIAN. metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkenaan dengan pembangunan teknologi,dewasa ini seperti

Keywords: Phishing, Legal Confusion, Criminalization, Legal Reform

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efek positif yang paling nampak yakni interaksi antara masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UniversitasMercuBuanaYogyakarta ProgramStudi: TeknikInformatika TUGAS KOMPUTER MASYARAKAT

III METODE PENELITIAN. menelaah hukum serta hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum,

III. METODE PENELITIAN. digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkomunikasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan hanya mengetik alamat ip address

III. METODE PENELITIAN. penelitian atau yang lebih dikenal dengan istilah metode penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

PANANGGULANGAN KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER CRIME) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (STUDI DI DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA)

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pertemuan 11. Pembahasan. 1. Pengertian Cyber law 2. Ruang Lingkup Cyber Law 3. Perangkat hukum Cyber law

METODE PENELITIAN. atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

III. METODE PENELITIAN. Upaya untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

PENERAPAN PASAL-PASAL KUHP ATAU UU ITE DALAM KEJAHATAN CARDING SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh Dunia. Internet sebagai media komunikasi kini sudah biasa. memasarkan dan bertransaksi atas barang dagangannya.

Mimbar Keadilan, Jurnal Ilmu Hukum Juli November 2015, Hal

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

III. METODE PENELITIAN. dalam mengolah dan menyimpulkan serta memecahkan suatu masalah.

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik bidang hukum, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dari

oleh perdagangan secara konvensional. 1

I. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemesanan barang dikomunikasikan melalui internet, hampir semua barang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini sangatlah pesat, berbagai macam alat elektronik bermunculan dari berbagai merk, model dan keunggulan. Bila mengkaji tentang kemajuan teknologi informasi, maka tidak dapat dipisahkan dari teknologi komputer dan internet. Komputer dan internet telah merubah budaya industri berubah menjadi budaya informasi. Budaya ini mengakibatkan laju informasi yang tanpa batas (borderless). Ketiadaan batas informasi ini disebabkan setiap orang dapat berinteraksi tanpa mengenal adanya sekat jarak yang mendasar dan juga pengaksesan informasi secara luas yang tidak lagi mengenal batasan suku, ras, agama, bangsa dan kelompok. Penyebaran informasi ini dapat berupa berita suatu negara yang dapat di ketahui oleh orang berbeda negara. Berbagai kemudahan telah diberikan oleh internet, mulai dari E-Bangking dimana kita tidak perlu lagi harus ke bank hanya untuk melakukan pembelian suatu produk atau melakukan transaksi perbankan. Selain itu, internet juga telah mempermudah komunikasi antara satu orang dengan orang yang lainnya yang tidak terbatas oleh ketiadaan waktu atau pun jauhnya jarak. Tidak adanya batasan yang signifikan pengaksesan suatu informasi, menyebabkan internet menjadi sebuah lahan baru dalam dunia kejahatan yang biasa disebut dengan Cybercrime. Sebab, internet merupakan buatan manusia sehingga memiliki karakteristik untuk dapat dieksploitasi oleh orang lain. 1

Oleh sebab itu, dalam dunia internet dikenal sistem keamanan yang sering disebut Network Security. Network security ini sudah menjadi isu penting mulai tahun 1990 dikarenakan banyak tindak kejahatan yang menggunakan sarana komputer dan internet, mulai dari aksi defacing, carding, hingga Hacking. Cybercrime menurut Techterms dijelaskan : Cybercrime is criminal activity done using computers and the Internet. This includes anything from downloading illegal music files to stealing millions of dollars from online bank accounts. Cybercrime also includes non-monetary offenses, such as creating and distributing viruses on other computers or posting confidential business information on the Internet. 1 Dapat disimpulkan bahwa cybercrime merupakan suatu aktifitas kriminal menggunakan komputer dan internet. Yang termasuk dalam cybercrime mulai dari mengunduh musik bajakan hingga mencuri uang dari akun bank online. Di Indonesia telah banyak terjadi kejahatan di dunia maya atau cybercrime. Salah satu contoh kasus yang sempat menggegerkan Indonesia adalah pada tahun 2004, Dani Firmansyah melakukan defacing (mengubah halaman) terhadap situs tnp.kpu.go.id. Hal itu dilakukannya dengan cara SQL (Structured Query Language) Injection. Dia berhasil menembus IP (Internet Protocol) tnp.kpu.go.id di address 203.130.201.134, serta berhasil meng-update daftar nama partai dengan nama lain. Teknik ini disebut teknik spoofing (penyesatan). 2 Cybercrime juga menyangkut penyerangan dan pengaksesan secara ilegal terhadap suatu data disebuah jaringan komputer lain yang biasa disebut dengan Hacking. Pelaku Hacking sendiri disebut dengan Hacker yang bisa berbentuk 1 2 Cybercrime, http://www.techterms.com/definition/cybercrime, diunduh tanggal 11 Juli 2013. detik.com digital live,http://m.detik.com/read/2004/07/23/143207/180765/110/danifirmansyahtinggal-tunggu-sidang-pengadilan, diunduh tanggal 11 Juli 2013. 2

individual (perorangan) atau komunitas semisal Jasakom Community, Binus Hacker Community, dan beberapa lainnya. Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud mengadakan suatu penelitian mengenai proses penyelidikan dan penyidikan pelaku kejahatan cybercrime. Dengan judul Proses Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Cybercrime (Study Kasus Pengaksesan Data Secara Ilegal (Hacking)). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengindentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak kejahatan Hacking? 2. Bagaimanakah hambatan-hambatan proses penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak kejahatan Hacking? C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan identifikasi masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimanakah proses penyelidikan dan penyidikan mengenai kejahatan Hacking. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan proses penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak kejahatan Hacking. 3

D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Secara Teoritis Secara teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan akan memiliki kegunaan untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan proses penyelidikan dan penyidikan serta proses peradilan terkait kejahatan Hacking. 2. Kegunaan Secara Praktis Kegunaan secara praktis diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan bagi para pihak yang terlibat di dalamnya agar keseimbangan hak dan kewajiban tetap serasi, selaras dan seimbang dalam hal proses peradilan cybecrime terutama Hacking. E. Kerangka Pemikiran Internet didefinisikan sebagai jaringan komputer yang menghubungkan situs akademik, pemerintahan, komersil, organisasi maupun perorangan. Dalam definisi ini tampak bahwa internet mencakup juga jaringan yang biasa disebut dengan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network). 3 Hacker (Peretas) adalah individu yang tertarik untuk mendalami secara khusus cara kerja suatu internal sistem, komputer dan jaringan. 4 Hacker dalam hal ini dapat berupa seorang individu atau sekelompok orang yang menggunakan keahliannya dalam hal melakukan tindakan Hacking. Hacker 3 4 Abdul Wahid, Kejahatan Mayantara (Cybercrime) Cetakan ke-2, Refika Aditama, Bandung, 2010, hlm. 31. Efvy zam, Buku Sakti Hacker, Media Kita, Jakarta, 2011, hlm. 1. 4

merupakan seseorang yang mampu dan dapat memprogram jaringan serta mempelajari sistem jaringan namun tidak merusak/mencuri data. 5 Istilah Hacker sendiri sering di salah artikan dan dianggap sama dengan cracker. Padahal, secara prinsip berbeda, karena cracker merusak dan mencuri data. Hacking adalah Kegiatan yang dilakukan oleh seorang Hacker untuk mencari informasi melalui program yang ada dengan menggunakan komputer dan internet. Banyak cara yang dilakukan oleh hacker dalam melakukan kegiatan Hacking nya, mulai dari melakukan social-enginering, backdoor, hingga fake-login. Maka dalam hal pembuktian tidak lagi dapat menggunakan KUHP dikarenakan telah diadakan sebuah Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang kejahatan cybercrime tersebut. Pembuktian terhadap KUHP secara formil tidak lagi dapat menjangkau dan sebagai landasan hukum pembuktian terhadap perkara cybercrime sebab modus operandi di bidang cybercrime tidak saja dilakukan dengan alat-alat canggih tetapi kejahatan ini benar-benar sulit menentukan secara cepat dan sederhana siapa pelaku tindak pidananya. Oleh karena itu di butuhkan optimalisasi UU No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 6 Dari penjelasan di atas maka pembahasan dalam skripsi ini sangat berbeda dengan skripsi-skripsi sebelumnya karena dalam penelitian ini akan membahas secara lebih khusus dan mendetail mengenai tindak pidana pengaksesan sistem elektronik milik orang lain tanpa izin, pencurian dokumen elektronik, dan 5 6 Rusbagio Ishak (Kombes Pol/49120373), Kadit Serse Polda Jateng (Makalah penanganan tindak pidana di Indonesia, dibacakan pada seminar tentang Hacking yang diadakan Neo Tek Agustus 2002 di Semarang). Dwi Eka Wiratama, Tinjauan Yuridis Pembuktian Cyber Crime dalam Perspektif Hukum Indonesia, Skripsi Hukum, Surabaya, 2009, hlm.68-69. 5

perusakan sistem elektronik yang berkaitan dengan undang-undang tentang Informasi dan Transaksi elektronik khususnya pasal 30, 32 ayat (2), dan 33. F. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum normatif, juga disebut penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu dengan jalan melakukan penelitian terhadap sumber-sumber tertulis, maka penelitian ini bersifat kualitatif. Sedangkan Library Research menurut Bambang Waluyo, adalah metode tunggal yang dipergunakan dalam penelitian hukum normatif. Dalam penelitan ini dilakukan dengan mengkaji dokumen atau sumber tertulis seperti buku, majalah, jurnal dan lain-lain. a. Metode Pendekatan Untuk meneliti penyelesaian kasus pidana cybercrime ini metode yang digunakan adalah Metode Pendekatan Yuridis Normatif dan Sosiologis/Empiris, yaitu suatu metode yang bersifat mendapatkan data dari buku-buku atau literatur ataupun peraturan perundang-undangan mengenai apa yang diteliti hasil studi literatur maupun wawancara ke tempat penelitian untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kejahatan dan modus operandi tindak kejahatan cybercrime dalam hal ini Hacking. Serta menggunakan deskriptif analisis yaitu untuk menggambarkan permasalahan Cybercrime khususnya Hacking yang terjadi dengan sistematis, faktual, akurat serta hubungan antara fenomena untuk memperoleh kebenaran di lapangan. 6

b. Spesifikasi Penelitian Guna memperjelas konsep operasional diperlukan keterangan mengenai spesifikasi penelitian yang dipilih, agar sasaran dan metode pendekatan penelitian yang digunakan menjadi jelas. Penulisan ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode pendekatan kualitatif yang umumnya berbentuk studi dokumen atau kepustakaan. Penelitian deskriptif, adalah jika penelitian bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dan fakta-fakta (individu kelompok atau keadaan), dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi. Lebih lanjut dikatakan, bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan deskripsi yang seteliti mungkin tentang sesuatu keadaan. 7 Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian deskriptif analisis, yaitu dengan maksud memberikan data seteliti mungkin dan menggambarkan sesuatu hal upaya lebih jelas dan mantap melalui peraturan-peraturan atau perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan hukum positif yang ada kaitannya dengan masalah penelitian ini. 7 Adi Rianto, Metodologi Penelitian Sosial Dan Hukum, Edisi Pertama, Granit, Jakarta, 2004, hlm. 58 7

c. Jenis dan Sumber Data Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan jenis data primer dan data sekunder, yaitu : 1. Data Primer Data yang didapat dari perundang-undangan yang berlaku, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang RI Nomor 8 tahun Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 2. Data Sekunder Merupakan bahan-bahan hukum yang diambil dari buku-buku mengenai tindak pidana cybercrime maupun hacking, artikel-artikel dari majalah dan internet, serta pendapat atau tulisan para ahli dalam bidang cybercrime untuk digunakan dalam membuat konsep-konsep hukum yang berkaitan dengan penelitian ini dan dianggap sangat penting. d. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan oleh penulis dalam hal ini diperoleh dari dua cara, yaitu: 1. Studi Literatur yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan studi kepustakaan (library research) yakni mengumpulkan peraturan perundang-undangan, buku-buku, artikel-artikel ilmiah, 8

jurnal-jurnal hukum, jurisprudensi, hasil-hasil penelitian sebelumnya, yang kesemuanya erat hubungannya dengan permasalahan dalam penelitian ini. 2. Penelitian lapangan wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan Tanya awab langsung kepada responden dengan menggunakan wawancara terstruktur yang disiapkan oleh penulis. e. Analisis Data Konsep-konsep analisis yang yang disebutkan di atas, dilakukan dalam tahapan-tahapan analisis yang meliputi tahap pengumpulan data, tahap identifikasi data dan pengelompokan data, tahapan analisis data dan tahapan penyimpulan atas data yang dianalisis. 9

G. Sistematika Penulisan Agar Skripsi ini dapat tersusun secara teratur dan berurutan sesuai apa yang hendak dituju dan dimaksud dengan judul skripsi, maka skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam Bab ini Penulis akan mengemukakan latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab ini, penulis menguraikan gambaran umum mengenai Sejarah Jaringan Komputer dan Internet, Pengertian Jaringan Komputer, Pengertian Cybercrime, Sejarah dan Perkembangan Cybercrime, Pengertian Hacking, Sejarah Singkat Hacking. BAB III : DESKRIPSI HACKING DALAM PERSPEKTIF HUKUM Dalam bab ini, penulis menguraikan mengenai deskripsi Hacking dalam perspektif hukum, yaitu hukum pidana internasional dan hukum pidana Indonesia. Dalam perspektif hukum pidana Internasional akan dijelaskan beberapa contoh aturan yang di gunakan oleh Negara-negara maju dalam penindakan Hacking. Untuk perspektif hukum pidana Indonesia, dijelaskan aturan hukum yang mengatur tentang Hacking yang berasal dari KUHP, Undang-undang Telekomunikasi, dan Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 10

BAB IV : PROSES PIDANA TINDAK KEJAHATAN HACKING Dalam bab ini, akan tata cara Pemidanaan Hacking dan cara pengusutannya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, serta hambatanhambatan yang dialami. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran. DAFTAR PUSTAKA 11