PEMERINTAH PROPINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU NOMOR : 9 TAHUN 2002

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH PROPINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU NOMOR : 8 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU

SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 08 TAHUN?? 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK ANGKUTAN DARAT DI KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 3 PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 56 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKKAN PENGGUNAAN TANAH

b. bahwa untuk melaksanakan pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas, perlu diatur dengan Peraturan Daerah.

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN TRAYEK DAN IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN JALAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN BENGKEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 62 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN ANGKUTAN UMUM DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2002 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

RETRIBUSI PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

1 of 5 02/09/09 11:36

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 18 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KEBUPATEN MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 62 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DAN DITEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 4 Tanggal: 25 Juni 1999 Seri: B Nomor : 4

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 2 Tahun 2002 Seri: B

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK DAN PENGAWASAN

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG FASILITAS DAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 19 tahun 1998 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN TRAYEK

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 14 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 30 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DAN ANGKUTAN DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 9 TAHUN 1998 T E N T A N G RETRIBUSI PARKIR DITEPI JALAN UMUM

Transkripsi:

PEMERINTAH PROPINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU NOMOR : 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI DISPENSASI PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN BERMOTOR YANG TIDAK TERDAFTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. bahwa dalam upaya untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pemakai jalan dan ketertiban, keamanan lalu lintas dijalan raya serta keselamatan badan jalan, perlu mengatur penggunaan jalan bagi kendaraan bermotor yang tidak terdaftar tetapi beroperasi di Provinsi Riau b. bahwa dengan benyaknya kendaraan bermotor yang tidak terdaftar tetapi beroperasi di Daerah, mak dalam rangka pengendalian dan penignkatan Pendapatan Asli Daerah, perlu ditetapkan pengaturan dalam suatu Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatra Barat, Jambi dan Riau (Lembaga Negara Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1646); 2. Undang undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49 ) 4. Undang undang Nomor 18 1997 jo Undang undang Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048). 5. Undang undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, tamabahan Lemabran Negara Nomor 4849); 6. Undang undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lemabaran Negara Nomor 3848);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan jalan kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingakt II; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan ( Lembaran Negara tahun 1993 Nomo 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3527); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3528); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi ( Lemabran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5330); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1998 tentang Perubahan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom ( Lembaga Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 14. Keputusan Presiden 44 tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang undangan dan Bentuk Rancangan Undang undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden; 15. Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor 2 Tahun 1998 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Propinsi Riau. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI RIAU M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU TENTANG RETRIBUSI IZIN DISPENSASI PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN BERMOTOR YANG TIDAK TERDAFTAR

B A B I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Propinsi Riau b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah Propinsi beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah c. Kepala Daerah adalah Gubernur Riau d. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Riau e. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang undangan yang berlaku f. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di jalan umum dan digerakkan peralatan tekik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan termasuk alat alat berat dan alat alat besar g. Izin adalah izin yang diberikan atas penggunaan jalan bagi kendaraan bermotor yang tidak terdaftar tetapi beroperasi di Daerah h. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebu Retribusi, adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran ata jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan hukum i. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk Badan Usaha lainnya j. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yuang terhutang k. Surat Keterangan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKB adalah Surat Kepautusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi adminisrasi dan jumlah yang masih harus dibayar l. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau benda m. Kas Daerah, adalah Kas Daerah Propinsi Riau n. Penagihan Retribusi Daerah adalah serangkaian kegiatan pemungutan retribusi Daerah yang diawali dengan penyampaian Surat Peringatan, Surat Teguran agar yang bersangkutan melaksanakan kewajiban untuk membayar retribusi daerah dengan jumlah retribusi yang terutang o. Penyidikan Tindak Pidana adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang selanjutnya disebut Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya

B A B II NAMA, OBYEK, SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2 1. Dengan nama Retribusi Izin Dispensasi Penggunaan Jalan, dipungut Retribusi atau Pemberian Izin Dispensasi penggunaan jalan bagi kendaraan bermotor yang tidak terdaftar tetapi beroperasi di Daerah 2. Obyek Retribusi adalah kendaraan bermotor yang tidak terdaftar tetapi beropersi di Daerah. 3. Subyek Retribusi adalah Orang Pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud ayat ( 2 ) Pasal ini, yang memperoleh izin dispensasi penggunaan jalan B A B III G O L O N G A N Pasal 3 Retribusi Izin Dispensasi penggunaan jalan bagi kendaraan bermotor yang tidak terdaftar tetapi beroperasi di Daerah termasuk golongan Retribusi Perizinan tertentu B A B IV IZIN DISPENSASI PENGGUNAAN JALAN Pasal 4 1. Kendaraan bermotor yang tidak terdaftar tetapi beroperasi di Daerah, dilarang melewati jalan jalan di Daerah kecuali setelah memperoleh izin dispensasi penggunaan jalan dan / atau kendaraan tertentu lainnya. 2. Izin dispensasi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, diberikan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk B A B V PEMBERIAN IZIN DAN MASA BERLAKU Pasal 5 1. Setiap pemilik kendaraan bermotor yang tidak terdaftar tetapi beroperasi di Daerah di wajibkan mengajukan permohonan izin dispensasi penggunaan jalan kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk 2. Setiap pemilik kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud ayat ( 10 Pasal ini yang telah mengajukan permohonan, diberikan izin dispensasi penggunaan jalan dan wajib membayar retribusi

3. Tata cara pengajuan dan pemberian permohonan izin dispensasi penggunaan jalan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Pasal 6 Izin Dispensasi diberikan untuk jangka waktu 3 ( tiga ) bulan B A B VI RETRIBUSI Pasal 7 1. Setiap Pemberian Izin Dispensasi Penggunaan Jalan dipungut retribusi sesuai dengan jenis kendaraan yang bersangkutan 2. Tarif retribusi sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ) pasal ini ditetapkan berdasarkan besarnya Pajak Kendaraan Bermotor ( PKB ) yang berlaku 3. Besarnya retribusi terutang dihitung berdasarkan besarnya Pajak Kendaraan Bermotor ( PKB ) pertahun, dibagi 12 ( dua belas ), di kali 3 B A B VII TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 8 1. Pembayaran Retribusi dilakukan pada saat pemebrian izin dispensasi penggunaan jalan 2. Retribusi dipungut oleh petugas dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang disamakan 3. Pembayaran Retribusi dilakukan Bendaharawan Khusus Penerima (BKP) yang diangkat oleh Kepala Daerah 4. Seluruh penerimaan Retribusi harus disetorkan sacara bruto ke Kas Daerah B A B VIII PEMBAGIAN HASIL RETRIBUSI Pasal 9 Pembagian hasil pungutan retribusi sebagaimana dimaksud pasal 8 ditetapkan sebagai berikut : a. 50% ( lima puluh perseratus ) untuk Propinsi b. 50% ( lima puluh perseratus ) untuk kabuapten Kota

B A B IX PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN Pasal 10 1. Untuk ketertiban pelaksanaan izin dispensasi peggunaan jalan dilakukan pengawasan oleh pejabat yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah 2. Untuk kelancaran pelaksanaan pengawasan Peraturan Daerah ini kepada Instansi yang ditunjuk bersama Instansi terkait sewaktu waktu dapat melakukan pemeriksaan di lapangan B A B X UANG PERANGSANG Pasal 11 Kepala Instansi pemungut retribusi diberikan uang perangsang sebesar 5% (lima persen) dari realisasi penerimaan retribusi yang disetorkan ke Kas Daerah, yang pembagiannya ditetapkan dengan oleh Gubernur Kepala Daerah B A B XI KETENTUAN PIDANA Pasal 12 1. Barang siapa yang melanggar ketentuan padal 5 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan selama lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak banyaknya Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) 2. Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran B A B XII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 13 Selain ketentuan pidna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat ( 1 ) terhadp pelanggaran Pasal 5 ayat ( 1 ) dn ayat ( 2 ), dapat juga dikenakan denda sebanyak banyaknya 3 ( tiga ) kali, yang dihitung dari Retribusi terhutang dan disetorkan ke KAs Daerah, melalui Bendaharawan Khsusu Penerima ( BKP )

B A B XIII P E N Y I D I K A N Pasal 14 1. Selain Penyidik POLRI, Penyidik Pegawai Negri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah 2. Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ) Pasal ini adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yuang dilakukan sehubungan dengan tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak Pidana dibidang Retribusi daerah d. Memeriksa pembukuan, catatan catatan dan dokumen dokumen lain berkenaan dengan tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut f. Meminta bantuan tenaga ahli dsalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ayat ( 2 ) Pasal ini h. Memotret seseorang yang berkaitan dnegan tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka saksi j. Menghentikan penyidikan k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan 3. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) Pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepad Penuntut Umum melalui penyidik POLRI, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana B A B XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Hal hal yang belum diatus dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Gubernur Kepala Daerah.

Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Riau Ditetapkan di Pekanbaru Pada tanggal 13 Desember 2000 GUBERNUR RIAU TTD SALEH DJASIT, SH Diundang di Pekanbaru Pada tanggal 23 01 2001 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI RIAU TTD T. LUKMAN JAAFAR Pembina Utama Madya, NIP. 010050655 LEMBARAN DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN 2001 NOMOR 5

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU NOMOR : 9 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN DISPENSASI PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN BERMOTOR YANG TIDAK TERDAFTAR PENJELASAN UMUM Dalam rangka upaya meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana publik, termasuk transportasi, maka perlu dilakukan penertiban terhadap kendaraan bermotor yang beroperasi di Propinsi Riau. Selanjutnya dalam usaha meningkatkan ketertiban dan kelancaran arus lalu lintas serta upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat, mak kendaraan bermotor yang beroperasi dan belum terdaftar di Propinsi Riau ( belum menggunakan Nomor Polisi BM ) perlu pengaturan secara khusus. Berdasarkan kondisi yang ada, di Propinsi Riau banyak kendaraan bermotor yang tidak terdaftar beroperasi sebagai alat angkutan kayu, pasir dan sebagainya yang mengakibatkan banyakny jalan Negara maupun jalan Propinsi menjadi rusak sehingga menimbulkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, dalam upaya pengendalian guna mencegah kerusakan jalan yang lebih parah dan untuk meningkatkan penerimaan Daerah serta menjaga ketertiban atas penggunaan jalan tersebut, perlu adanya pengaturan terhadap kendaraan kendaraan yang tidak terdaftar yang beroperasi di Propinsi Riau, untuk terlebih dahulu memperoleh izin dispensasi penggunaan jalan yang diatur dalam suatu Peraturan Daerah Propinsi Riau tentang Izin dispensai Penggunaan Jalan bagi Kendaraan Bermotor yang tidak terdaftar. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat ( 1 ) Ayat ( 2 ) Ayat ( 3 ) Pasal 3 Pasal 4 Ayat ( 1 ) : Pasal ini membuat pengertian beberapa istilah dengan maksud terdapat penafsiran yang sama terhadap istilah yang digunakan. : Cukup Jelas : Kendaraan bermotor yang tidak terdaftar adalah kendaraan bermotor yang tidak memiliki Surat tanda Nomor Kendaraan (STNK) Wilayah Riau (Nomor Polisi Non BM) dan beroperasi di Daerah Riau : Selain orang pribadi atau badan yang memiliki Kendaraan Bermotor yang tidak terdaftar, orang pribadi atau badan yang menguasai dan memperoleh izin dispensasi penggunaan jalan yang bertanggung jawab atas pembayaran retribusi. : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Kendaraan bermotor yang tidak terdaftar yang melewati jalan jalan adalah kendaraan Non BM milik pribadi/ badan hukum yang beroperasi di Provinsi Riau, dan yang dimaksud dengan kendaraan tertentu yaitu : Bis Umum (AKAP) dan kendaraan wisata.

Ayat ( 2 ) : Cukup jelas Pasal 5 Ayat (1) s/d (3) : Cukup jelas Pasal 6 : Batas waktu pemberian izin dispensasi diberikan untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan, selanjutnya tidak dapat diperpanjang lagi. Pasal 7 Ayat (1) : Cukup jelas, Ayat (2) : Tarif retribusi disamakan dengan tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang berlaku untuk 12 (dua belas) bulan. Ayat (3) : Contoh penetapan besarnya Retribusi : - Kendaraan bermotor jenis Tronton Nopol BK 212 WS Merk Mitsubishi Fuso FN 517 Tahun Pembuatan 1997 isi silinder 7545 cc besarnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 1.498.662,- Izin Dispensasi yang harus dibayar : Rp. 1.498.662 dibagi 12 dikali 3 bulan - Maka besarnya retribusi yang harus dibayar : Rp. 1.498.662 dibagi 12 dikali 3 bulan = Rp. 374.665,50 Pasal 8 : Ayat (1) : Cukup Jelas Ayat (2) : Selain SKRD, pungutan dapat dilakukan dengan Bend. 26, stiker atau benda berharga lainnya Petugas adalah pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Daerah untuk melaksanakan pemungutan. Ayat (3)dan (4) : Cukup jelas Pasal 9 : Hasil pemungutan retribusi diberikan kepada Kabupaten/Kota dalam bentuk bagi hasil sebesar 50% (lima puluh perseratus) dan dibagi keseluruh Kabupaten/Kota secara proporsional, dengan maksud disamping membantu Otonomi Daerah, diharapkan Kabupaten/Kota membantu kelancaran pemungutan Retribusi. Pasal 10 : Ayat (1) : Cukup jelas Ayat (2) : Dinas/Instansi terkait sewaktu-waktu dapat melakukan razia bersama. Pasal 11 : Untuk memberikan motivasi agar Instansi pelaksana lebih giat dalam melaksanakan tugas pemungutan retibusi. Pasal 12 : Ayat (1) : Dengan adanya sanksi pidana diharapkan timbulnya kesadaran bagi wajib retribusi untuk memenuhi kewajibannya. Ayat (2) : Cukup jelas. Pasal 13 : Cukup jelas. Pasal 14 : Cukup jelas. Pasal 15 : Cukup jelas. Pasal 16 : Cukup jelas.