BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena kurangnya minat dan motivasi belajar bahasa Jawa. lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. wajib untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar. Sekolah Dasar

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu (1) keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kebudayaan masyarakat. Implikasinya, jika tuntutan zaman. harus diarahkan pada pencapaian kompetensi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa dan Sastra Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kata yang sesuai yang terdapat pada KD menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat. mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang sering terjadi dalam dunia pendidikan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah tonggak keberhasilan suatu bangsa. Suatu bangsa yang

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA DENGAN METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH KUTOWINANGUN

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ahmad Nurhamid Guru Mapel Bahasa Jawa pada SMP Negeri 1 Toroh

BAB I PENDAHULUAN. grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia pendidikan, pengajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PACELATHON MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS X AP SMK MUHAMMADIYAH KROYA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menuntut siswa

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

2 pelajaran bahasa Jawa diajarkan secara terpisah sebagai mata pelakaran muatan lokal wajib diseluruh sekolah/madrasah. Pembelajaran bahasa Jawa harus

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. siswa SMA N 1 Sewon Bantul. Hal tersebut disinyalir karena siswa kurang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

BAB IPENDAHULUAN. digunakan oleh setiap orang untuk berkomunikasi, saling berbagi pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan yang. memfasilitasi proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan. komunikator (pembicara atau penulis) maupun sebagai komunikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BERBAHASA JAWA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIIA SEMESTER II SMP NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan berbahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mariah Ulfah, 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan bahasa dalam kehidupan manusia amat penting. Oleh karena itu, wajar jika bahasa menjadi perhatian banyak orang, terutama para ahli bahasa dan mereka yang pekerjaan sehari-harinya banyak melibatkan bahasa. Kajian bahasa juga mengalami perkembangan yang pesat. Para peneliti bahasa sudah banyak menghasilkan temuan baru tentang bahasa yang secara langsung maupun tidak langsung juga memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, (Musaba, 2012:1). Pembelajaran Bahasa Jawa saat ini masih banyak didominasi aspek-aspek pengetahuan. Pembelajaran lebih mementingkan teori daripada praktik. Siswa banyak belajar tentang bahasa bukan belajar berbahasa. Hal ini mengakibatkan kemampuan siswa menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk lisan maupun tulisan belum memadai. Hal ini mengakibatkan kemampuan siswa berkomunikasi menjadi terhambat, dengan demikian tujuan mata pelajaran Bahasa Jawa sulit dicapai. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 salah satu tujuan mata pelajaran Bahasa Jawa adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila siswa mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Salah satu cara yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan berbicara. Berbicara adalah salah satu cara berkomunikasi secara tersirat. Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif aktif. Oleh karena itu, berbicara harus dikuasai siswa disamping keterampilan berbahasa lainnya, yaitu menyimak, menulis, dan membaca. Karena empat keterampilan tersebut saling mengisi dan berkaitan dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Beberapa hal yang menjadi penyebab menurunnya kemampuan berbicara berbahasa Jawa siswa, antara lain; (1) pengaruh arus modernisasi; (2) tuntutan penggunaan bahasa nasional maupun bahasa internasional; (3) lingkungan pergaulan siswa baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat kurang mendukung; (4) pembelajaran Bahasa Jawa di sekolah yang belum maksimal. 1

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, Tarigan (2105:16). Sebagai perluasan dari dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar audible dan yang kelihatan visible yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Salah satu bukti adalah kemampuan berbicara berbahasa Jawa di kalangan siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Kutowinangun di Kabupaten Kebumen. Sebagian besar siswa mendapatkan nilai yang kurang memuaskan dalam aspek kemampuan bercerita tentang pengalaman pribadi. Tujuh puluh lima persen siswa belum mampu bercerita tentang pengalaman pribadi sesuai dengan standar ketuntasan belajar. Siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan unggah-ungguh Bahasa Jawa secara tepat baik. Siswa memiliki motivasi dan keterampilan yang masih rendah. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru pengampu Bahasa Jawa kelas kelas VIII A yaitu Bapak Poniman, kemampuan berbicara terutama bercerita tentang pengalaman pribadi di kelas VIII A SMP Negeri 3 Kutowinangun di Kabupaten Kebumen masih rendah. Hal ini terlihat pada motivasi dan keterampilan bercerita tentang pengalaman pribadi yang masih rendah dan metode pembelajaran yang belum inovatif dan kreatif. Sering dijumpai seorang siswa yang sedang bercerita tentang pengalaman pribadi menggunakan ragam Bahasa Jawa yang salah. Hal ini disebabkan oleh adanya penggunaan ragam bahasa yang kompleks yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari yaitu ragam ngoko dan ragam krama. Dalam pemakaiannya dikenal adanya tingkatantingkatan yang dalam penerapannya bergantung pada situasi dan status sosial seseorang di masyarakat. Hal ini belum sepenuhnya dipahami oleh siswa, sehingga dalam penerapannya mereka cenderung menggunakan ragam bahasa yang dianggap paling mudah. Kecenderungan pemakaian Bahasa Jawa yang tidak sesuai dengan kaidah atau tidak bertaat asas banyak didapatkan di lingkungan keluarga mereka, dalam 2

3 berkomunikasi asal mengerti terutama generasi muda yang tidak memperhatikan undha usuking basa. Padahal dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, Bahasa Jawa berfungsi sebagai lambang kebanggaan, lambang identitas masyarakat Jawa, alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat Jawa. Rahmatullah (2010:68) menjelaskan bahwa motivasi sebagai akumulasi daya dan kekuatan yang ada di dalam diri seseorang untuk mendorong, merangsang, menggerakkan, membangkitkan dan memberi harapan pada tingkah laku. Motivasi menjadi pengarah dan pembimbing tujuan hidup seseorang, sehingga ia mampu mengatasi inferioritas yang benar-benar dirasakan dan mencapai superioritas yang lebih baik. Semakin tinggi motivasi hidup seseorang maka akan semakin tinggi pula intensitas tingkah lakunya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Mengingat demikian penting motivasi bagi siswa dalam belajar. Maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa-siswanya, dalam usaha ini banyaklah cara yang dapat dilakukan. Menciptakan kondisi-kondisi tertentu dapat membangkitkan motivasi-motivasi belajar (Slameto, 2013: 174) Pembelajaran bercerita tentang pengalaman pribadi pada umumnya banyak mengalami kendala di dalam pelaksanaan maupun dalam pembelajarannya. Kendala itu diantaranya jumlah jam mengajar yang kurang, banyaknya jumlah KD (Kompetensi Dasar) yang diajarkan tidak seimbang dengan waktu yang diberikan, siswa yang malas mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa, dan sebagainya. Faktor penyebab kekurangmampuan siswa dalam bercerita tentang pengalaman pribadi antara lain : siswa dalam mengikuti pembelajaran bersikap biasa saja, kurang antusias, kurang aktif, dan rasa ingin tahunya rendah. Siswa kelihatan tenang dan memperhatikan tetapi ketika diberi pertanyaan tidak bisa menjawab. Hal ini berarti motivasi siswa masih rendah. Dalam pekerjaan siswa masih banyak ditemukan kesalahan. Unggah-ungguh basa atau unda usuk basa yang lazim pula disebut sebagai tingkat tutur bahasa merupakan suatu kekayaan budaya yang dimiliki oleh beberapa suku di Indonesia, terutama dimiliki oleh suku Jawa, Sunda dan Bali. Unggah-ungguh yang merupakan khasanah budaya bangsa itu sampai saat ini masih digunakan dan dilestarikan oleh masyarakat pemakainya (Sasangka, 2007:1).

4 Faktor lain yang mempengaruhi ketidakberhasilan pembelajaran bercerita tentang pengalaman pribadi adalah minimnya buku-buku referensi tentang bercerita tentang pengalaman pribadi yang ada di perpustakaan. Kurangnya kreatifitas guru dalam melakukan inovasi pembelajaran Bahasa Jawa, juga memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi yang ingin dicapai. Kelangkaan buku referensi di sekolah juga berpengaruh terhadap motivasi dan keterampilan dalam bercerita tentang pengalaman pribadi. Faktor yang cukup dominan terhadap keberhasilan bercerita tentang pengalaman pribadi adalah guru. Guru sebagai komponen penting dalam pembelajaran dan mempunyai peranan yang besar dalam pembelajaran bercerita tentang pengalaman pribadi. Seorang guru dituntut untuk mampu membuat perencanaan pembelajaran dengan baik, memilih materi pelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar, memilih metode yang sesuai dengan rencana tujuan pembelajaran, menggunakan media pembelajaran dengan tepat, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran, mengetahui hambatan-hambatan yang muncul dalam pembelajaran, dan dapat mengatasi hambatan tersebut serta dapat melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan baik. Hal lainnya adalah faktor sarana prasarana di sekolah, serta kondisi lingkungan yang kondusif merupakan faktor penting terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran berbicara berbahasa Jawa. Penciptaan lingkungan yang kondufsif dalam pembelajaran akan menentukan keberhasilan pembelajaran. Kegiatan pokok yang ditinggalkan oleh guru dalam pembelajaran bercerita tentang pengalaman pribadi adalah penilaian, baik penilaian proses maupun penilaian unjuk kerja. Menurut Suwandi (2008:17) menjelaskan bahwa penilaian merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru sebagai bagian dari sistem pengajaran yang direncanakan dan diimplementasikan di kelas. Adapun alasan diadakan penilaian dalam suatu pembelajaran adalah: pertama, untuk membandingkan siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Kedua, untuk mengetahui apakah para siswa memenuhi standar tertentu. Ketiga, untuk membantu kegiatan pembelajaran siswa. Keempat, untuk mengetahui atau mengontrol apakah program pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya (Baxter dalam Suwandi, 2008: 16). Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama kemampuan bercerita tentang pengalaman pribadi, diperlukan metode pengajaran yang lebih menekankan pada

5 aktivitas belajar aktif dan kreativitas para siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini diperkuat oleh Andayani (2015:89) metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Dapat dikatakan metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional. Tetapi tidak semua metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menerapkan metode pembelajaran sosiodrama dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Adapun alasan pemilihan metode tersebut adalah dengan pertimbangan bahwa metode ini dirasa lebih efektif dan lebih efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran kemampuan bercerita tentang pengalaman pribadi. Dikatakan efektif karena penerapan metode pembelajaran sosiodrama lebih menghemat untuk alokasi waktu yang telah ditentukan, hal ini disebabkan karena siswa tampil bercerita tentang pengalaman pribadi secara berkelompok. Selain itu siswa dapat dapat menghilangkan perasaan takut dan malu karena mereka dapat tampil dan bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Widyahening (2012:254) menjelaskan bahwa metode sosiodrama dan bermain peran merupakan dua buah metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan sama sehingga dalam pelaksanaannya sering disilihgantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata socio (sosial) dan drama. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, dan clash atau benturan antara dua orang atau lebih. Sementara itu, bermain peran berarti memegang fungsi sebagai orang yang dimainkannya, misalnya berperan sebagai lurah, nenek tua renta, dan sebagainya. Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode sosiodrama yang merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada mahasiswa tentang masalah-masalah yang memiliki hubungan sosial untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah yang memiliki hubungan sosial tersebut didramasasikan oleh mahasiswa di bawah pimpinan dosen atau instruktur. Melalui metode ini dosen ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antar sesama manusia. Metode sosiodrama mempunyai tujuan: (1) dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa (2) sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan

6 kelas menjadi dinamis dan penuh antusias (3) membangkitkan gairah dan semangat optomisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi (4) dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung didalamnya dengan penghayatan siswa sendiri. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran bercerita tentang pengalaman pribadi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Kutowinangun di Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2015/2016? 2. Apakah penerapan metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan bercerita tentang pengalaman pribadi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Kutowianagun di Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Meningkatkan motivasi siswa pembelajaran bercerita tentang pengalaman pribadi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Kutowinangun di Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan metode sosiodrama. 2. Meningkatkan keterampilan bercerita tentang pengalaman pribadi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Kutowianagun di Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan metode sosiodrama. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan mendatangkan hasil yang dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah semoga dapat menambah khasanah penelitian di bidang pendidikan dan memberikan sumbangan teori untuk mengembangkan teori dalam meningkatkan motivasi dan keterampilan bercerita

7 tentang pengalaman pribadi pada khususnya dan untuk mengembangkan teori pembelajaran Bahasa Jawa pada umumnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis untuk kepentingan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membuat perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta memberikan alternatif metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan bercerita tentang pengalaman pribadi khususnya Bahasa Jawa. Selain memberikan manfaat bagi guru, penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat bagi siswa. Dalam penelitian ini siswalah yang mengalami proses, jadi diharapkan motivasi dan keterampilan bercerita tentang pengalaman pribadi pada siswa mengalami peningkatan. Manfaat kedua bagi siswa diharapkan dengan metode pembelajaran sosiodrama, maka dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan bercerita tentang pengalaman pribadi. Manfaat ketiga bagi Kepala Sekolah diharapkan dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa khususnya aspek bercerita tentang pengalaman pribadi dengan inovasi dan kreativitas baru demi peningkatan keterampilan bercerita tentang pengalaman pribadi siswa.