BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : SARI DEWI MINTARDJA J

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi,

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. keemasan sekaligus dikatakan periode kritis pada anak. Dikatakan periode keemasan

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 2, Nomor 2, September 2016 ISSN X


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. kesehatan ibu, yang akhirnya akan memengaruhi perilaku hidup sehat (Rossen et

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh masukan nutrisi, kekebalan tubuh, sinar matahari, lingkungan yang bersih, latihan jasmani dan keadaan kesehatan. Bagi pertumbuhan bayi yang penting adalah pemberian makanan yang berkualitas maupun kuantitasnya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru lahir sampai usia 6 bulan adalah ASI, tetapi pada kenyataanya pemberian ASI eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000). Tubuh anak membutuhkan zat gizi yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan dengan memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan (Roesli, 2000). Setelah itu, periode pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan pada bayi sampai usia 24 bulan, sehingga MP-ASI diberikan tepat waktunya, karena pada usia tersebut merupakan waktu yang sangat rawan terjadi malnutrisi (Muchtadi, 2002). Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi,terutama pada bulan-bulan pertama hidupnya. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi yang diperlukan (Pudjiadi, 2000). ASI juga mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan 1

2 makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan, seperti susu sapi, susu kerbau, dan lain-lainnya. Air Susu Ibu sangat menguntungkan ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gizi, kesehatan, ekonomi, maupun sosiopsikologis. Bayi yang tidak dapat cukup ASI akan terganggu pertumbuhan dan kesehatannya (Muchtadi, 2002). Bayi yang mendapatkan ASI paling sedikit 4 bulan, lebih sedikit mengalami kematian semasa bayi dan lebih sedikit mengalami sakit seperti infeksi, diare serta alergi pernafasan, karena ASI tersebut mengandung immunoglobulin yang resisten terhadap kuman patogen. Selain itu, ASI juga meningkatkan kesehatan bayi sepanjang hidupnya. Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Bayi tidak memerlukan air tambahan atau susu formula, selama ibu mengikuti prisnsip demand feeding yaitu menyusui sesering dan selama yang bayi inginkan (Wilda, 2006). Pemberian minuman tambahan (susu formula, air glukosa, dll) hanya akan mengurangi nafsu minum si bayi, dan juga dapat berakibat berkurangnya suplai ASI kecuali ada justifikasi medis dari dokter untuk pemberian minuman tambahan. Bayi-bayi yang mendapat tambahan makanan pada umur yang dini, mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi daripada bayi-bayi yang 100% mendapat air susu ibu dan karena itu mudah mendapat hiperosmolitas dehidrasi. Negara maju di Eropa ataupun Amerika, dianjurkan pemberian makanan tambahan mulai umur 4-6 bulan. Makanan padat telah dianggap

3 sebagai penyebab kegemukan pada bayi-bayi jika diberikan terlalu dini (Widodo, 2006). Kecenderungan ibu-ibu lebih pendek periode memberikan ASI-nya sering di jumpai di negara sedang berkembang, dan selanjutnya menggunakan makanan tambahan pengganti ASI. Penghentian menyusui di Indonesia didasarkan pada alasan-alasan antara lain hamil lagi, anak cukup umur mendapat makanan biasa, payudara sakit, air susu tidak keluar, lingkungan sosial budaya, ibu bekerja, pengaruh iklan makanan pengganti ASI, dan sebagainya. Kurangnya pemberian ASI oleh ibu dipengaruhi oleh perilaku dalam memberikan ASI secara eksklusif, dimana perilaku seseorang terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan masyarakat, informasi yang didapat serta situasi yang memungkinkan ibu mengambil keputusan untuk memberikan MP-ASI secepatnya atau tidak yang berdampak pada perilaku pemberian MPASI (Notoatmodjo, 2003). Selain itu dipengaruhi oleh faktor sosial budaya (ibu bekerja, meniru teman, ketinggalan zaman bila tidak menyusui, faktor psikologi (takut kehilangan daya tarik, tekanan batin), fisik ibu, kurangnya petugas kesehatan memberikan penyuluhan serta gencarnya promosi susu formula. Selain itu kecenderungan ibu tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan masih kurangnya pengetahuan ibu terhadap manfaat ASI pada anaknya, dimana sering dijumpai kebiasaan yang bertentangan dalam pemberian ASI (Arifin, 2008). Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, menyebutkan bahwa kurang lebih 40% bayi usia kurang dari dua bulan sudah

4 diberi MP-ASI. Disebutkan juga bahwa bayi usia 0-2 bulan mulai diberikan makanan pendamping cair (21,25%), makanan lunak/lembek (20,1%), dan makanan padat (13,7%). Pada bayi 3-5 bulan yang mulai diberi makanan pendamping cair (60,2%), lumat atau lembek (66,25%), dan padat (45,5%). Dari beberapa penelitian dinyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian MP-ASI yang benar sehingga berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI (Depkes RI, 2006). Hasil penelitian Nuraeni (2002) di desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, ditemukan masih rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI yang terlalu dini pada bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik umur ibu sebagian besar > 25-35 (50%), berpendidikan rendah (58,62%), responden berpendapatan rendah (68,10%). Secara umum pengetahuan responden tentang ASI cukup baik (52,59%) begitu juga pengetahuan responden tentang MP-ASI cukup baik (60,34%). Sikap responden negatif terhadap pemberian ASI (50,86%) dan sikap negatif terhadap pemberian MP-ASI (66,38%). Secara umum dukungan keluarga adalah negatif terhadap pemberian ASI dan MP-ASI (55,17%). Kadangkadang petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan atau di posyandu tentang ASI (66,38%) dan MP ASI sebesar 56,90%. Perilaku responden secara umum kurang baik dalam memberikan ASI (53,45%) dan perilaku kurang baik dalam memberikan MP-ASI sebesar 54,31%.

5 Berdasarkan hasil observasi tanggal 13 April 2010 diketahui jumlah ibu yang mempunyai bayi 0-4 bulan pada bulan Maret sebanyak 27 orang di Puskesmas Gubug Kabupaten Grobogan, dimana hasil wawancara dengan 10 orang ibu yang memiliki bayi usia 0-4 bulan, sebanyak 7 orang (70%) telah memberikan MPASI secara dini sebelum usia 4 bulan dan 3 orang (30%) tidak memberikan MPASI secara dini. Pemberian MPASI sebelum usia 4 bulan dapat terjadi karena masih adanya anggapan ibu tentang makanan ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi sehingga susu formula dan makanan padat menjadi alternatif dalam pemberian makanan, selain itu pengetahuan ibu yang kurang tentang manfaat ASI. Pekerjaan ibu yang harus kembali bekerja sehingga bayi terpaksa secepatnya diberi MPASI, anak yang sering rewel, membuat ibu-ibu yang memiliki bayi beranggapan bahwa anaknya tidak merasa cukup hanya dengan diberi ASI saja, sehingga MPASI menjadi pengantinya. Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Ibu Dalam Memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Pada Bayi Usia 0-4 Bulan Di Desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang diteliti adalah faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan praktik ibu dalam memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Pada Bayi Usia 0-4 Bulan Di Desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik ibu dalam pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) pada anak usia 0-4 bulan di desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI b. Mendeskripsikan dukungan keluarga dalam memberikan makanan pendamping ASI c. Mendeskripsikan praktik ibu dalam memberikan MPASI pada bayi usia 0-4 bulan di desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. d. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan praktik memberikan MPASI pada bayi usia 0-4 bulan di desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. e. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan praktik memberikan MPASI pada bayi usia 0-4 bulan di desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pendidikan Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi institusi pendidikan dalam pengembangan kurikulum terutama terkait

7 dengan mata ajar Kebidanan komunitas dalam hal ini tentang praktik ibu memberikan MPASI pada bayi usia 0-4 bulan di desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. 2. Bagi Ibu Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi pada ibu tentang manfaat ASI serta sebagai bahan masukan bagi ibu yang mempunyai bayi usia 0-4 bulan khususnya dalam memberikan MPASI pada bayi usia 0-4 bulan. E. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini dilakukan dalam bidang Kebidanan komunitas yang menitikberatkan pada praktik dalam memberikan MPASI pada anak usia 0-4 bulan. F. Keaslian Penelitian Penelitian tentang makanan pendamping ASI telah banyak dilakukan, sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian yang khusus membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan makanan pendaping ASI (MPASI).

8 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti 1. Murni ningsih (2007) Judul Desain Variabel Hasil Hubungan tingkat kunjungan ke pelayanan kesehatan masyarakat dengan pemberian makanan tambahan pada usia dini di Desa Kemuningsari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Deskriptif analitik Variabel independent : tingkat kunjungan ke pelayanan kesehatan masyarakat Variabel dependent: Pemberian makanan tambahan pada usia dini p value 0,001 (< 0,05). 2. Rohma wati, D (2007) 3 Leni Indrawa ti (2007) Hubungan tingkat pengetahuan tentang MPASI dengan Pertumbuhan Balita di Desa Bugel Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara Hubungan Pemberian MPASI dengan pertumbuhan balita di Desa Sragi Kecanatan ragi Kabupaten Pekalongan Korelasi Survey analitik Variabel Independent: Tingkat pengetahuan tentang MPASI Variabel Dependent : pertumbuhan balita Variabel Independent: Pemberian MPASI Variabel Dependent : pertumbuhan balita p value 0,024. (< 0,05). p value 0,004. (< 0,05).