KRISOIDIN ( JINGGA BASA 2 ) CHRYSOIDINE (C.I. BASIC ORANGE 2) 1. N a m a. 1.1. Golongan. Diazo 1.2. Sinonim / Nama Dagang. 1.3. 4-Phenylazo-m-phenylenediamine monohydrochloride, Basic Orange 2, Krisoidin Y 1.4. Nomor Identifikasi. Nomor EC Nomor CAS Nomor C.I. Nomor EU (EINECS) : 208-545-0 : 532-82-1 : 11270 : 208-545-8 2. Sifat Fisika Kimia. 2.1. Nama bahan Krisoidin 2.2. Deskripsi Bentuk kristal merah kecoklatan atau serbuk dengan kilap logam; titik leleh 118-118,5 ºC; rumus molekul C12H13ClN4; berat molekul 248,71; larut dalam air berwarna oranye kekuningan; larut dalam etanol dan glikol eter; sedikit larut dalam aseton dan tidak larut dalam bensen; panjang gelombang maksimum 461nm; range ph 4,0-7,0. 2.3. Frase Risiko, Frase Keamanan dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA ( Skala 0-1 ): Kesehatan 2 = berbahaya Kebakaran 1 = akan nenyala jika dipanaskan Reaktivitas 0 = stabil dan tidak reaktif dengan bahan yang mudah terbakar
Klasifikasi EU : Xn = berbahaya Xi = iritasi N = berbahaya untuk lingkungan 3. Penggunaan. Sebagai antiseptik, zat warna biologi, pewarna sutra dan katun. 4. Identifikasi Bahaya. 8.1. Risiko utama dan sasaran organ. Bahaya utama terhadap kesehatan : berbahaya bila tertelan, iritasi kulit, iritasi mata. 8.1. Rute paparan. 4..1. Paparan jangka pendek. Terhirup. Iritasi saluran pernafasan. Kontak dengan kulit. Iritasi Kontak dengan mata. Iritasi Tertelan. Irritasi saluran pencernaan, sakit kepala, pening, lemah dan mual 4..2. Paparan jangka panjang. Terhirup. Kontak dengan kulit. Kontak dengan mata Tertelan :
5. Stabilitas dan Reaktivitas. Reaktivitas : stabil dan tidak reaktif dengan bahan yang mudah terbakar Kondisi yang harus dihindarkan : Hindari dari bahan-bahan pengoksidasi kuat Taktercampurkan dengan : carbon monoxide, carbon dioxide, nitrogen oxide dan hydrogen chloride. 6. Penyimpanan. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Simpan pada wadah yang tertutup rapat.. Simpan terpisah dengan bahan bahan yang taktercampurkan. 7. Toksikologi. 8.1. Toksisitas Data manusia. Iriritasi pada saluran pernapasan, kulit, mata dan mutagenik Data binatang. Tikus : mutagenik 1,000 mg/kg diet tikus LD50/oral/tikus : diatas 4500 mg/kg Mencit/oral : karsinoma/leukemia 7.2. Status Karsinogenik. OSHA : tidak ada NTP : tidak ada IARC : tidak ada. 7.3 Mutagenik. Kemungkinan menyebabkan kanker kandung kemih dalam jangka waktu 10 tahun paparan 8. Efek Klinis. 8.1. Keracunan akut. Terhirup Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan disertai batuk dan kesulitan bernafas, rasa terbakar pada mulut, tenggorokan atau dada. Kontak dengan kulit
Menyebabkan iritasi. Kontak dengan mata. Paparan dalam jumlah banyak dapat menyebabkan iritasi berat dalam jangka waktu 15 menit dengan gejala : timbul rasa sakit, bengkak, lakrimasi, fotofobia Tertelan : Irritasi saluran pencernaan, sakit kepala, pening, lemah dan mual. 8.2. Keracunan kronis Terhirup. Data belum tersedia Kontak dengan kulit. Terpapar dalam jangka waktu yang lama atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Kontak dengan mata : Sama dengan keracunan acut Tertelan : Data belum tersedia 8. Pertolongan pertama. 8.1. Terhirup. Pindahkan korban segera mungkin ketempat terbuka berudara segar. Jika korban tidak dapat bernapas berikan napas buatan, jika diperlukan gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernapasan buatan (rescue breathing), jika sulit bernapas berikan oksigen. Pertahankan suhu tubuh dan beristirahat. Segera bawa kerumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. 9.2. Kontak dengan kulit. Segera lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau detergen ringan dan air dalam jumlah yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-20 menit). Segera bawa kerumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
9.3. Kontak dengan mata. Segera cuci/bilas dengan air yang banyak atau larutan garam normal, dengan sekali-kali mengedipkan mata sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa kerumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. 9.4. Tertelan. Jika korban muntah, letakkan posisi kepala lebih rendah dari panggul untuk mencegah aspirasi, jika korban tidak muntah jangan dirangsang muntah Segera bawa kerumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat, jika korban sadar bilas mulut dan berikan minum 2-4 cangkir susu atau air. 10. Penatalaksanaan. 10.1. Stabilisasi a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara. b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan, yaitu memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. c. Penatalaksanaan sirkulasi, mengembalikan fungsi sirkulasi darah. d. Resusitasi jantung paru, yaitu untuk mengatasi henti jantung dan henti nafas. 10.2. Dekontaminasi a. Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit : - Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. - Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit. - Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. - Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. - Jangan biarkan pasien menggosok matanya. - Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera kirim/konsul ke dokter mata. b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku) - Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat. - Cuci segera bagian kulit yamg terkena dengan air mengalir air dingin atau hangat dan sabun minimal 10 menit. - Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
- Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup. - Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung dan apron. Hatihati untuk tidak menghirupnya. - Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut. c. Dekontaminasi gastro intestinal. Catatan untuk dokter : bila tertelan, pertimbangkan kumbah lambung dan pemberian arang aktif. 11. Batas paparan dan alat pelindung diri. Batas paparan. Tidak tersedia data Ventilasi : Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat sehingga aliran udara yang segar dan cukup dapat terjaga. Proteksi mata :. Sediakan keran pencuci mata keadaan darurat ( emergency eye wash fountain) dan semprotan air deras ( quick drench shower ) di area kerja, gunakan kaca mata sebagai alat pelindung mata Pakaian : kenakan pakaian yang sesuai yang dapat melindungi kontat langsung dengan kulit. Sarung tangan : Pakailah sarung tangan yang sesuai dan tahan bahan kimia. Respirator : Gunakan masker 12. Manajemen pemadam kebakaran. Bahaya ledakan dan kebakaran : Bahaya kebakaran diabaikan Media pemadaman : busa tahan alcohol, karbondioksida, bahan kimia kering, air, busa tahan alcohol. Untuk api besar : aliri dengan semprotan air halus atau busa tahan alcohol. Pemadaman api : Pindahkan wadah dari area kebakaran jika mungkin tanpa resiko. Jangan menyebarkan tumpahan bahan dengan aliran air bertekanan tinggi. Bendung/ sekat, kemudian buang. Gunakan bahan pemadam kebakaran yang tepat di sekitar api. Hindari terhisapnya bahan atau pembakaran yang terbentuk. Bertahan di tempat arah angin dan menghindar dari tempat yang lebih rendah
13. Manajemen tumpahan. Pelepasan di tempat kerja : Kumpulkan bahan tumpahan dalam wadah yang tepat untuk selanjutnya dibuang. Jauhkan dari saluran atau persediaan air. Orang-orang yang tidak berkepentingan agar menjauh, daerah bahaya diisolasi dan yang tidak berkepentingan dilarang masuk. 14. Daftar Pustaka., OHS, MDL Information Systems, Inc, (1994)., (2001), Pedoman Penatalaksanaan Keracunan Untuk Rumah Sakit, Jakarta, hal. 21-22. Richard J. Lewis, Sr, 1993, Condensed Chemical Dictionary, 12 th Edition, Van Nostrand Reinhold, New York, page.831. Susan Budavari, 1989, The Merck Index, 12 th Edition, Merck & Co, Inc, New York, page.6660.