PENGARUH INTRUSI VULKANIK TERHADAP DERAJAT KEMATANGAN BATUBARA KABUPATEN LAHAT, SUMATERA SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

PENYELIDIKAN GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI MASSEPE, KAB. SINDENDRENG RAPPANG (SIDRAP), PROV. SULAWESI SELATAN

FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB I PENDAHULUAN. besar berwarna gelap vesicular batuan vulkanik yang bisanya porfiritik (berisi

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

Adi Hardiyono Laboratorium Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran ABSTRACT

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

EVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA BANKO TENGAH, BLOK NIRU, KABUPATEN MUARA ENIM, PROPINSI SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENGUKURAN GAYA BERAT DI G. BATUR PEBRUARI - MARET 2009

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH MUARA LAKITAN, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK...

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

Unnes Physics Journal

BAB III METODE PENELITIAN

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

Berdasarkan persamaan (2-27) tersebut, pada kajian laporan akhir ini. dilakukan kontinuasi ke atas dengan beberapa ketinggian (level surface) terhadap

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan 2½ Dimensi di Kawasan Gunungapi Kelud Berdasarkan Survei Gravitasi

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu sumber energi nasional yang mempunyai peran besar

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Analisis dan Pemodelan Inversi 3D Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi Sipoholon Berdasarkan Data Gaya Berat

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

BAB III KARAKTERISTIK PELAPUKAN ANDESIT

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas subduksi antara lempeng Indo-Australia dengan bagian selatan dari

MINERALOGI DAN GEOKIMIA INTRUSI DI TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM, SUMATRA SELATAN, INDONESIA

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH BAYUNG LINCIR, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROPINSI SUMATERA SELATAN

Transkripsi:

PENGARUH INTRUSI VULKANIK TERHADAP DERAJAT KEMATANGAN BATUBARA KABUPATEN LAHAT, SUMATERA SELATAN Oleh : Sjafra Dwipa, Irianto, Arif Munandar, Edi Suhanto (Dit. Vulkanologi) SARI Intrusi andesit di bukit Jempol dan bukit Pematang Bayi mampu menaikkan derajat kematangan batubara di daerah Air Serelo dan Kungkilan. Penyelidikan geofisika (gravity dan geomagnet) mendapatkan tubuh intrusi berbentuk dyke dan sill. Metoda geofisika juga mendapatkan bukit Pematang Bayi merupakan tubuh intrusi yang tidak muncul ke permukaan/tidak terpetakan. Ada penambahan/pencampuran magma (magma mixing) dalam kantong magma, dari magma yang berkomposisi lebih basa terhadap magma awal yang sudah ada sebelumnya berkomposisi lebih asam. Akibat dari pencampuran magma tersebut menghasilkan batuan beku andesit hornblende yang menempati bukit-bukit : Jempol, Besar, Napal, Pungkur dan Ladang, dan andesit piroksen yang menempati bukit Pematang Bayi. Kelimpahan kandungan mineral opak berakibat mempengaruhi harga kemagnetan batuan. Intrusi andesit hornblende bukit Jempol berpengaruh langsung terhadap kualitas batubara seam Kladi di daerah Air Serelo, sedangkan intrusi andesit piroksen bukit Pematang Bayi berpengaruh langsung terhadap kualitas batubara seam Mangus/ A, seam Suban/ B dan seam Petai/ C di daerah Kungkilan. Parameter kualitas batubara yang terpengaruh antara lain : nilai kalori, fixed carbon, volatil matter dan inherent moisture. PENDAHULUAN Penyelidikan dimaksudkan untuk mengenali kondisi geologi batubara di daeah Air Serelo & Kungkilan dan intrusi batuan beku di bukit Jempol. Sedang tujuannya adalah mendapatkan gambaran pengaruh panas intrusi terhadap derajat kematangan batubara di daerah penyelidikan. Lokasi penyelidikan terletak di daerah Air Serelo dan Kungkilan, Kecamatan Marapi, Kabupaten Lahat- Sumatra Selatan, dengan posisi koordinat 103 o 37 103 o 45 BT dan 3 o 42 3 o 52 LS (lihat peta indeks). Waktu penyelidikan tahap pertama berlangsung tanggal 21 September 27 Oktober 1998, dan tahap kedua berlangsung tanggal 23 Nopember 27 Desember 1998. METODA PENYELIDIKAN Penyelidikan ini menggunakan metode geologi dan geofisika (gravity dan geomagnet). Prinsip dasar metoda gravity adalah menghitung kontras densitas batuan, alat yang digunakan Gravitymeter Lacoste & Romberg Type D 117. Prinsip dasar metoda geomagnet adalah menghitung kontras kemagnetan batuan, alat yang digunakan Magnetometer Type Scintrex MP. 5. Data-data hasil pengukuran diolah menggunakan program Model 2D Talwani, penggambaran kontur menggunakan program Surfer. PETROLOGI INTRUSI ANDESIT Singkapan batuan intrusi andesit secara umum dalam kondisi segar, berwarna abu-abu, tekstur porfiritik halus, fenokris terdiri dari mineral plagioklas, hornblende dan piroksen, tertanam dalam masa dasar afanitik. Didapatkan senolit di setiap singkapan batuan. Senolit umumnya berwarna abuabu terang, tekstur porfiritik, fenokris terdiri dari plagioklas dan hornblende, ukuran kristal maksimum 2,5 mm. Dari warna dan kandungan mineralnya kemungkinan senolit-senolit tersebut bersifat lebih asam dari pada batuan intrusi (lihat peta geologi). Contoh dari bukit Jempol, bukit Besar, bukit Napal, bukit Pungkur dan bukit Ladang didapatkan bahwa batuan intrusi tersebut berjenis andesit hornblende, sedang contoh dari bukit Pematang Bayi adalah andesit piroksen. Hasil analisis petrografi menunjukkan adanya reaksi rim pada tepi kristal mineral hornblende, dan sebagian mineral hornblende tersebut terubah menjadi piroksen, plagiokolas dan kwarsa. Keadaan tersebut mencirikan adanya penambahan/ percampuran magma (magma mixing) dalam kantong magma yang sudah ada sebelumnya. 15-1

Adanya perbedaan jumlah kandungan mineral opak dalam beberapa sayatan, dan mineral opak lebih melimpah pada contoh dari bukit Besar. Keadaan tersebut menyebabkan harga kemagnetan yang berbeda dari tubuh-tubuh andesit yang sama. Hasil mineral-mineral ubahan seperti kalsit, serisit dan klorit menandakan batuan sudah mengalami pelapukan. PEMBAHASAN Kontras densitas batuan dan kontras kemagnetan batuan yang dihasilkan dari penyelidikan geofisika digambarakan kedalam peta, dan dibuat penampangnya. Harga densitas batuan tinggi diasumsikan sebagai tubuh batuan beku(intrusi), sedang harga densitas rendah diasumsikan sebagai batuan sedimen (Formasi Muara Enim). Harga densitas tinggi umumnya didapatkan di bukit-bukit intrusi seperti bukit Jempokl, bukit Besar, bukit Napal dan bukit Lanap. Namun harga densitas tinggi juga didapatkan di bukit Pematang Bayi, dan diduga bukit ini merupakan tubuh intrusi yang tidak muncul ke permukaan/ tidak terpetakan. Hasil pemodelan geofisika mendapatkan tubuh intrusi berbentuk dyke dan sill (lihat peta anomali gaya berat, penampang gaya berat dan peta anomali magnetik). Intrusi andesit hornblende di bukit Jempol mampu menaikkan kwalitas batubara seam Kladi di daerah Air Serelo. Sedangkan intrusi andesit piroksen di bukit Pematang Bayi mampu menaikkan kwalitas batubara seam Mangus/ A, seam Suban/ B dan seam Petai/ C di daerah Kungkilan (lihat peta iso kalori) KESIMPULAN Hasil pengolahan gaya berat dan geomagnet didapat bahwa bentuk intrusi di daerah penyelidikan berupa dyke dan sill, yang diwakili oleh Bt. Jempol, Bt. Besar, Bt. Jambu, Bt. Lanap, dan Bt. Napal. Dengan metoda geofisika dapat menditeksi adanya batuan intrusi yang tidak muncul ke permukaan/ tidak terpetakan yaitu batuan intrusi di bukit Pematang Bayi. Batuan intrusi di bukit Pematang Bayi adalah andesit piroksen, sedang batuan intrusi yang muncul ke permukaan menjadi bukit-bukit : Jempol, Besar, Jambu,Lanap dan Napal dari jenis andesit hornblende. Batuan intrusi adalah batuan beku berjenis andesit hornblende dan andesit piroksen, yang dalam proses intrusinya terjadi penambahan magma baru, yang berkomposisi lebih basa terhadap magma yang telah ada sebelum naik ke permukaan. Batubara di Daerah Air Serelo mempunyai kualitas yang semakin baik di bagian timur, hal ini disebabkan oleh efek panas dari intrusi andesit hornblende di Bt. Jempol, yang berada di sebelah timur lapangan batubara Air Serelo. Panas intrusi andesit piroksen di bukit Pematang Bayi lebih berpengaruh terhadap kwalitas batubara Kungkilan, dari pada intrusi andesit hornblende di bukit Jempol. Pengaruh intrusi andesit terhadap batubara mampu menaikkan kualitas batubara di Air Serelo dan Kungkilan, keadaan tersebut dilihat berdasarkan hasil analisis kualitas batubara, yang menyangkut nilai kalori, kandungan fixed carbon, kandungan volatil matter dan kandungan inherent moisture, yang disarikan dalam Tabel.15-1, 15-2 dan 15-3. Tabel 15-1. Parameter Seam Kladi Seam A Seam B Seam C Anggota M1- M2 N K kal/g (daf) 7418-7583 7010 7487 7211-7515 7289 7714 6430 6670 F C % (daf) 50,69 52,06 48,46 51,72 49,26 52,27 49,45 52,02 V M % (daf) 47,94 49,01 48,28 51,70 47,73 50,74 47,99 51,12 53 58 I M % (adb) 12,0-14,3 10,6-15,6 11,2-15,4 10,7-16,1 15-2

Tabel 15-2. Hasil Analisis Proksimat dan Ultimat Batubara Seam Kladi, daerah Air Serelo (Sumber : PT. Tambang Batubara Bukit Asam) 15-3

Tabel 15-3. Hasil Analisis Proksimat dan Ultimat Batubara, daerah Kungkilan (Sumber : PT. Tambang Batubara Bukit Asam) 15-4

Gambar 15-1. Peta Indeks dan Lokasi Daerah Penyelidikan, Kab. Lahat, Propinsi Sumatera Selatan 15-5

Gambar 15-2. Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan, Kab. Lahat, Propinsi Sumatera Selatan 15-6

Gambar 15-3. Peta Anomali Gayaberat Bouguer dengan Interval 2 mgal, Densitas 2,5 gr/m 3 15-7

Gambar 15-4. Peta Anomali Gayaberat Sisa Orde-3 dengan Interval 2 mgal, Densitas 2,5 gr/m 3 15-8

Gambar 15-5. Peta Anomali Gayaberat Regional Orde-3 dengan Interval 2 mgal, Densitas 2,5 gr/m 3 15-9

Gambar 15-6. Peta 3D Anomali Gayaberat Orde-3, Densitas 2,5 gr/m 3 (Interval 1 mgal 15-10

15-11 Gambar 15-7. Model Gayaberat 2D Penampang AB

15-12 Gambar 15-8. Model Gayaberat 2D Penampang CD

Gambar 15-9. Peta Anomali Magnetik Total, Interval Kontur 100nTesla 15-13

Gambar 15-10. Peta Anomali Magnetik Sisa, Interval Kontur 100nTesla 15-14

15-15 Gambar 15-11. Peta Iso Kalori Seam Kladi, Daerah Air Serelo

15-16 Gambar 15-12. Peta Iso Kalori Seam A2, Daerah Kungkilan

15-17 Gambar 15-13. Peta Iso Kalori Seam B, Daerah Kungkilan

15-18 Gambar 15-14. Peta Iso Kalori Seam C, Daerah Kungkilan