BAB IV PENGGUNAAN METODE SEMI-PARAMETRIK PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PULAU JAWA DAN SUMATERA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I BAB I.PENDAHULUAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB I PENDAHULUAN. Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang tidak. asing di kalangan masyarakat Indonesia, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

Universitas Diponegoro Koresponden :

BAB I. Infeksi virus dengue merupakan vector borne disease. Nyamuk Aedes

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

Keberadaan Kontainer sebagai Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Palu, Sulawesi Tengah

Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Sanitasi lingkungan rumah, Faktor risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai n

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang ditemukan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengue adalah penyakit infeksi virus pada manusia yang ditransmisikan

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

Transkripsi:

BAB IV PENGGUNAAN METODE SEMI-PARAMETRIK PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PULAU JAWA DAN SUMATERA Untuk melengkapi pembahasan mengenai metode semi-parametrik, pada bab ini akan membahas contoh kasus yang dapat diselesaikan dengan metode semi-parametrik. 4.1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap memasuki awal dan akhir musim hujan kita selalu disibukkan oleh terjadinya kenaikan kasus atau kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD). Kejadian tersebut selalu berulang dan meresahkan sehingga masyarakat dihantui ketakutan tertular atau terinfeksi virus dengue penyebab DBD. Hal ini dikarenakan DBD dapat secara cepat menimbulkan kematian. Sektor kesehatan dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten atau kota bahkan sampai ke pelayanan terdepan, para pejabat publik selalu kewalahan mengatasi masalah KLB DBD yang sampai saat ini belum mampu dikendalikan dengan baik. DBD merupakan salah satu penyakit menular yang berbasis lingkungan. Artinya, kejadian dan penularannya dipengaruhi berbagai faktor 40

41 lingkungan. Tiga faktor lingkungan yang berpengaruh, antara lain lingkungan biologi, fisik, sosial budaya. Lingkungan biologi, seperti virus dengue sebagai penyebab atau agen penyakit, nyamuk aedes sebagai penular disebut sebagai vektor DBD, manusia sebagai penjamu atau hospes yang menderita sakit dengue dan DBD, faktor-faktor biologi lain, seperti musuh alami nyamuk (bakteri, predator, parasit, parasitoid) dan vegetasi lainnya. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk vektor, masyarakat umum menyebut sebagai nyamuk demam berdarah, yaitu nyamuk aedes, aedes aegypti sebagai vektor utama, dan Ae albopictus sebagai vektor sekunder. Nyamuk aedes berwarna hitam dan belang-belang sehingga sering disebut sebagai nyamuk harimau dan lebih banyak menggigit manusia sehingga disebut bersifat antropofilik. Nyamuk aedes aegypti sebagai vektor DBD sangat efektif, di samping rentan terhadap virus dengue juga bersifat multiple feeding. Artinya, aedes aegypti dalam menghisap darah sampai kenyang sering berpindah hospes dari satu orang ke orang lain. Sifat ini meningkatkan risiko penularan pada masa KLB karena satu nyamuk aedes infektif dalam satu hari akan mampu menularkan virus dengue kepada lebih dari satu orang (calon pasien). Kebiasaan menggigit atau menghisap darah hospes terjadi pada siang hari, puncak aktivitas menggigit antara pukul 06.00 sampai dengan 10.00 dan sore hari antara pukul 16.00 sampai dengan 18.00. Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, vektor DBD sebagai nyamuk pemukiman. Artinya, berada dan ditemukan di daerah pemukiman penduduk. Habitat perkembangbiakan stadium pradewasa, yaitu

42 telur, larva, dan pupa, terdapat di segala jenis tempat penampungan air, seperti bak mandi, penampungan air minum, pot bunga, kaleng bekas, drum, ban bekas, aksila pohon, talang air, tempat minum unggas. Wadah ini yang berisi air bersih, relatif jernih dan tidak langsung kontak dengan tanah. 4.2 PERMASALAHAN Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang meresahkan masyarakat di Indonesia jika musim penghujan tiba dan jika musim penghujan berakhir, terutama di pulau Jawa dan Sumatera sebagai pulau yang paling banyak ditemukan kasus DBD. Oleh karena itu, ingin dicari suatu zona (cluster) DBD di pulau Jawa dan Sumatera. Dengan mengetahui cluster DBD di pulau Jawa dan Sumatera, pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah dapat melakukan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan. 4.3 SUMBER DATA Data yang digunakan sebagai berikut: 1. Data mengenai kasus DBD di pulau Jawa dan Sumatera pada tahun 2006 yang bersumber dari Profil Kesehatan Indonesia 2006, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

43 2. Data pusat koordinat propinsi di Jawa dan Sumatra yang bersumber dari Departemen Geografi, Universitas Indonesia. 3. Data populasi penduduk Jawa dan Sumatra pada tahun 2005 (dikarenakan data populasi tahun 2006 belum dipublikasikan) yang bersumber dari Data Statistik Indonesia, Biro Pusat Statistik. 4.4 HIPOTESIS berikut: Hipotesis nol yang digunakan untuk permasalahan di atas sebagai Hipotesis nol: H : β 0 1 0 Hipotesis nol tersebut menyatakan bahwa densitas di dalam scanning window sama dengan densitas di luar scanning window. Hal ini berarti scanning window tersebut bukan merupakan cluster DBD. Hipotesis alternatif yang digunakan untuk permasalahan di atas adalah: Hipotesis alternatif: H : β 0 1 0 Hipotesis alternatif tersebut menyatakan bahwa densitas di dalam scanning window tidak sama dengan densitas di luar scanning window. Hal ini berarti scanning window tersebut merupakan cluster DBD.

44 4.5 ANALISIS DATA 4.5.1 PLOT HISTOGRAM Dengan menggunakan software SPSS 13, plot histogram dari data kasus DBD tahun 2006 di Pulau Jawa dan Sumatera sebagai berikut: Gambar 4.1 Histogram Kasus DBD tahun 2006 di Pulau Jawa dan Sumatera 4.5.2 PEMILIHAN TILT FUNCTION Berdasarkan pada plot histogram di atas maka tilt function yang dipilih untuk kasus DBD di Pulau Jawa dan Sumatera yaitu h(x) = (x,ln x).

45 4.5.3 PEMBENTUKKAN SCANNING WINDOW Dengan menggunakan algoritma pembentukkan scanning window pada subbab 3.2 dan dengan pembesaran scanning window sampai dengan 30% dari total populasi di Pulau Jawa dan Sumatera maka diperoleh 71 scanning window. 4.5.4 TINGKAT SIGNIFIKANSI Dengan memilih tingkat signifikansi keseluruhan pengujian 0.05 maka tingkat signifikansi untuk setiap pengujian yaitu 0.05/71 = 0.00070423. 4.5.5 ATURAN KEPUTUSAN Dikarenakan terdapat 71 pengujian dan dengan memilih tingkat signifikansi 0.05 maka aturan keputusan sebagai berikut: 1. H 0 akan ditolak, jika p-value < 0.00070423. 2. H 0 tidak ditolak, jika p-value > 0.00070423.

46 4.5.6 KESIMPULAN Dengan menggunakan program pada software SPLUS 2000, yang dapat dilihat pada Lampiran 5, diperoleh dua scanning window dengan nilai dari p-value lebih kecil dari 0.00070423. Kedua scanning window yang merupakan cluster DBD yaitu: 1. Scanning window ke 10 yang meliputi NAD, Sumut, Riau, Sumbar, Kepri, Jambi, Bengkulu, Sumsel, Babel, Lampung dengan p-value = 0.0003245093 < 0.00070423. 2. Scanning window ke 24 yang meliputi Riau, Sumbar, Kepri dengan p-value = 0.0004433101 < 0.00070423.