BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam periode beberapa tahun belakangan banyak terjadi masalah-masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan banyak kerugian para stakeholder. Perusahaan energi terbesar di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya operasi usaha menyebabkan semakin banyak pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang diharapkan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai alat untuk refleksi diri tentang kinerja dan kondisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dari waktu ke waktu perkembangan dunia usaha terus semakin meningkat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti investor.

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB II LANDASAN TEORI. principal (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan cara bagaimana harus kembali pada kondisi yang baik. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ini juga untuk menarik pihak konsumen untuk membeli produk mereka dan

BAB I PENDAHULUAN. pertama atau tepatnya pada tahun 1920-an akibat kondisi pasca perang.

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Makin banyaknya jumlah perusahaan yang go public menyebabkan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Para investor memakai laporan keuangan guna menganalisis kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak

BAB I PENDAHULUAN. usaha (going concern). Salah satu cara untuk mempertahankan. kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari laporan keuangan telah dijelaskan dalam Statement of

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelangsungan usaha (going concern) suatu perusahaan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. Dan

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), tanggung

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Kasus bangkrutnya perusahaan pertelevisian

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa globalisasi dan pasar bebas sekarang ini, perusahaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan usaha atau disebut going concern. Dalam menyusun laporan

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

keuangan suatu perusahaan akan meningkat jika diaudit oleh pihak ketiga yang independen dari Kantor Akuntan Publik (KAP). Dengan demikian, para

Judul: Pengaruh Opinion Shopping, Disclosure dan Reputasi KAP pada Opini Audit Going Concern

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, auditor dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kredibilitas yang berguna bagi pihak pihak pemakai laporan. serta kesesuaiannya dengan prinsip prinsip akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat membuat bisnis-bisnis dari. sektor manufaktur banyak diminati oleh para investor,

BAB II TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri (going

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam periode beberapa tahun belakangan banyak terjadi masalah-masalah sosial pada perkembangan industri perusahaan di Indonesia seperti : masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan operasi produksi perusahaan, pengelolaan limbah yang tidak baik, hubungan kerja antara pegawai dengan perusahaan serta konflik sosial dengan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan. Terjadinya masalah-masalah tersebut adalah refleksi dari adanya ketidakpuasan dari stakeholders kepada perusahaan. Mulai dari peristiwa terjadinya banjir lumpur di Sidoarjo yang masih menjadi masalah sampai sekarang, sampai dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan pembuangan limbah hasil tambang akibat penambangan emas di Papua, dan yang terakhir ini adalah masalah kebakaran hutan yang menimbulkan polusi asap di wilayah Sumatra. Masalah sosial tersebut merupakan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa beberapa perusahaan masih mengabaikan lingkungan sosialnya, dan perusahaan yang dalam kegiatan operasinya sering menimbulkan dampak lingkungan sosial adalah perusahaan pada sektor pertambangan. Dalam perkembangannya di dunia isu mengenai tanggung jawab lingkungan dan sosial menjadi perhatian tersendiri, perusahaan pun juga terdorong untuk melakukan kegiatan sosial yang biasa mereka sebut sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Para ahli dan praktisi terus berusaha meningkatkan kriteria 1

2 yang dapat dijadikan standar untuk mengukur efektifitas kegiatan sosial perusahaan, pengungkapan dampak sosial yang timbul, pertanggungjawaban sosial perusahaan, serta dapat menilai kinerja sosial dan ekonomi perusahaan secara menyeluruh. Di Indonesia pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan telah menjadi perhatian penting dari pemerintah, hal ini dibuktikan dengan dikeluarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang dalam pasal 74 ayat 1 mewajibkan perusahaan yang usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk melakukan CSR. Hal ini juga makin diperkuat dengan adanya Peraturan Pemerintah RI nomor 47 Tahun 2012 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas yang menyebutkan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan tahunan perusahaan dan dipertanggungjawabkan pada Rapat Umum Pemegang Saham. Pada bidang akuntansi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2013) menyebutkan bahwa entitas dapat pula menyajikan terpisah dari laporan keuangan : laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Namun meskipun telah diwajibkan dan banyak kita temui pengungkapannya dimuat dalam laporan tahunan perusahaan, namun pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan pada perusahaan pertambangan sampai saat ini hanya dilakukan sukarela (voluntary disclosure) sehingga bentuk pengungkapan disesuaikan dengan

3 kebutuhan dan kompleksitas organisasinya, hal tersebut disebabkan belum ada standar akuntansi yang mengatur mengenai hal tersebut. Luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan pada laporan tahunan merupakan salah satu informasi yang biasanya akan direspon oleh investor, reaksi investor terhadap besar atau kecilnya pengungkapan yang dilakukan perusahaan bisa jadi berbeda, hal ini karena adanya perbedaan dari karakteristik investor itu sendiri dan selain itu masih adanya perbedaan pandangan mengenai tanggung jawab sosial. Ada pandangan yang menganggap bahwa biaya tanggung jawab sosial akan mengurangi profit perusahaan padahal tanggung jawab perusahaan adalah untuk menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya bagi pemegang saham, pandangan ini dicetuskan oleh Milton Friedman di tahun 1976. Namun dalam perkembangannya, ada juga pandangan yang menganggap bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan beroperasi (Sayekti & Wondabio, 2007). Pada perusahaan publik peranan investor sangatlah penting, selaku pemilik modal mereka memiliki hak atas transparansi kinerja dari pengelola perusahaan., baik itu berupa informasi keuangan maupun non keuangan. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan para investor menanamkan modalnya yaitu untuk mendapatkan keuntungan dalam bentuk deviden atau capital gain. Pemisahan fungsi pemilik modal (principal) dan pengelola (agent) perusahaan menurut teori keagenan berpotensi mengakibatkan konflik antara pihak-pihak yang terkait yaitu agent dan principal, konflik ini terjadi karena agent dan principal mempunyai kepentingan

4 yang saling bertentangan. Jika agent dan principal berupaya memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka ada alasan untuk percaya bahwa agent tidak selalu bertindak sesuai keinginan principal, (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan adalah salah satu sarana penting untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pembuatan keputusan bisnis dan ekonomi. Agar dapat memberikan informasi yang berguna, maka informasi dalam laporan keuangan harus berkualitas. Menyediakan informasi yang berkualitas adalah penting karena akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan dan juga akan meningkatkan efisiensi pasar secara keseluruhan. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan tujuannya. Perilaku manajemen ini tentu saja dapat mempengaruhi kualitas dari laporan keuangan yang disajikan. Untuk mengurangi kecenderungan tersebut diperlukan peran auditor independen dari Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk memberikan penilaian yang independen dan profesional atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang diberikan dalam bentuk opini audit. Menurut Fitriadi (2011) dalam Diputra dan Anna (2013), opini audit merupakan kesimpulan auditor terhadap proses audit yang telah dilakukan dan pendapat mengenai kewajaran isi laporan keuangan perusahaan tercermin di dalam penyajian laporan keuangan perusahaan. Jika kondisi perusahaan

5 tersebut wajar dalam segala hal yang material maka auditor akan memberikan opini wajar tanpa pengecualian yaitu derajat opini tertinggi yang diberikan oleh KAP. Kasus bangkrutnya perusahaan energi Enron merupakan salah satu contoh terjadinya kegagalan auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya (going concern). Oleh karena itu, selain memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan, laporan auditor independen juga harus melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya (going concern). Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika entitas mengalami kondisi yang sebaliknya entitas tersebut menjadi bermasalah. Menurut Syaifuddin dan Fitriany (2014) laporan audit dengan opini going concern adalah laporan audit yang menyertakan pendapat auditor atas kelangsungan hidup perusahaan. Opini going concern menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Dalam SA Seksi No. 341 (PSA 30) mensyaratkan bahwa auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan yang diaudit akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan (IAI, 2011). Meskipun auditor tidak bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup sebuah perusahaan tetapi dalam melakukan audit kelangsungan hidup perlu menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini. Adanya keraguan auditor atas kemampuan perusahaan

6 untuk dapat melakukan kelangsungan usahanya, membuat auditor dapat memberikan opini going concern dan hal ini merupakan bad news bagi pemakai laporan keuangan. Opini audit yang diberikan oleh auditor memiliki kandungan informasi yang penting, oleh sebab itu informasi yang ada harus mencerminkan keadaan yang sesungguhnya dan berkualitas. Informasi yang berkualitas hanya dapat diberikan oleh auditor yang berkualitas juga. Meskipun kualitas auditor ini masih sulit untuk dilakukan pengukuran, namun beberapa penelitian menyatakan bahwa ada kualitas auditor ini bisa dihubungkan dengan reputasi auditor, karena auditor yang memiliki reputasi yang baik cenderung akan mempertahankan kualitas auditnya agar reputasinya terjaga. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengungkapan tanggung jawab sosial dengan reaksi pasar, namun masih terdapat perbedaan hasil. Dalam penelitian Yuliana et al (2008) yang menyatakan bahwa tingkat keluasan pengungkapan CSR memiliki pengaruh positif terhadap reaksi investor yang diproksikan dengan abnormal return. Hal ini sejalan dengan penelitian Cheng dan Christiawan (2010) yang hasil penelitian juga menemukan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return. Sebaliknya hasil penelitian yang berbeda diungkapkan dalam penelitian Kastutisari dan Dewi (2014) yang menyatakan bahwa pengungkapan CSR tidak menyebabkan reaksi investor, sehingga pengungkapan CSR tidak mempengaruhi abnormal return.

7 Begitu juga untuk penelitian atas hubungan antara penerimaan opini audit going concern dengan reaksi pasar. Dalam penelitian penelitian dari Menon dan Williams (2010) menyatakan adanya reaksi negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini berbeda dengan Parasetya dan Purwanto (2011) yang menyatakan bahwa penerimaan opini audit going concern tidak berpengaruh terhadap return saham. Kemudian penelitian dari Fernandes dan Susanto (2012) juga mencoba meneliti mengenai hubungan antara reputasi KAP, opini audit terhadap reaksi pasar. Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa reputasi KAP berpengaruh terhadap reaksi pasar, sedangkan opini audit tidak memiliki pengaruh terhadap reaksi pasar. Masih adanya perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan seperti yang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP ABNORMAL RETURN. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini tidak hanya melihat dampak pengungkapan CSR terhadap abnormal return saja, namun juga melihat dampak dari sisi penerimaan opini audit going concern dan kualitas audit terhadap abnormal return. Selain itu juga penelitian ini juga dilakukan pada perusahaan pertambangan, yang pada penelitian sebelumnya lebih banyak menggunakan sampel perusahaan manufaktur.

8 B. Rumusan Masalah Suatu informasi merupakan bukti yang berpotensi untuk mempengaruhi keputusan. Informasi keuangan sangat sering digunakan oleh para investor dalam pengambilan keputusan, namun selain itu informasi non keuangan juga menjadi pertimbangan tersendiri. Dalam hal pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan terjadi fenomena adanya peralihan fokus perusahaan dari yang hanya mengejar laba perusahaaan semata, sekarang ini semakin tinggi kesadaran perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai bentuk peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan untuk keberlanjutan usaha. Juga bergesernya perspektif bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan bukan lagi sebagai suatu cost namun merupakan suatu investasi jangka panjang yang akan meningkatkan brand image dan nilai perusahaan. Selain itu adanya fenomena perusahaan-perusahaan yang bangkrut padahal sudah dilakukan audit dan diberikan opini oleh auditor independen, bahkan merupakan auditor independen papan atas yang seharusnya memiliki kualitas dan reputasi yang bagus. Menurut standar audit yang berlaku auditor independen diharuskan menilai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, berdasarkan penilaian tersebut barulah dikeluarkan opini audit. Audit yang berkualitas seharusnya bisa menghasilkan opini audit yang berkualitas juga, sehingga penerimaan opini audit going concern dan kualitas auditor yang biasanya dinilai dari reputasi KAP juga merupakan suatu informasi yang seharusnya dapat mempengaruhi keputusan investor.

9 Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1) Apakah ada pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return? 2) Apakah ada pengaruh Penerimaan Opini Audit Going Concern terhadap Abnormal Return? 3) Apakah ada pengaruh Kualitas Audit terhadap Abnormal Return? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk menganalisis pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return. 2) Untuk menganalisis pengaruh Penerimaan Opini Audit Going Concern terhadap Abnormal Return. 3) Untuk menganalisis pengaruh Kualitas Audit terhadap Abnormal Return. 2. Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi : 1) Bidang akademik Untuk memberikan berkontribusi bagi penelitian dengan menambah literatur mengenai informasi non keuangan luas pengungkapan CSR, penerimaan opini audit going concern, kualitas audit dan pengaruhnya

10 terhadap abnormal return yang nantinya dapat digunakan pada penelitian-penelitian selanjutnya. 2) Perusahaan Untuk memberikan masukan kepada perusahaan agar dapat memberikan gambaran mengenai dampak informasi non keuangan luas pengungkapan CSR, penerimaan opini audit going concern, kualitas audit terhadap reaksi pasar. Semua informasi yang tersebut diharapkan dapat meningkatkan kredibilitas informasi perusahaan dan memberikan signal positif dan akan memberikan timbal balik dari semua stakeholder. 3) Investor Untuk memberikan kontribusi kepada para investor apakah informasi non keuangan luas pengungkapan CSR, penerimaan opini audit going concern, kualitas audit dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasinya.