PERATURAN REPUBLIK INDONESIA (GNPK-RI) NOMOR 01 TAHUN 2015 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN KEPENGURUSAN GERAKAN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 10 Tahun : 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 01/Per/M.KUKM/I/2006 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016

BERITA NEGARA. No.222, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Verifikasi. Akreditasi. Lembaga Bantuan Hukum. Organisasi Kemasyarakatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

KEPALA DESA NGLANGGERAN KECAMATAN PATUK KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

MEKANISME PEMBENTUKAN DPW PEMUDA PERINDO TINGKAT PROVINSI

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN PEMBUKAAN KANTOR CABANG, KANTOR CABANG PEMBANTU DAN KANTOR KAS KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KOTA SURABAYA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 39 TAHUN2016 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG TATAA CARA PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

Perbaikan Persyaratan Pencalonan dan Persyaratan Calon

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI

2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nom

ANGGARAN DASAR GERAKAN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA ( GNPK-RI )

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

2016, No Kartu Tanda Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil perlu diganti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI KELUARGA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG

KODE ETIK GERAKAN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA ( GNPK-RI ) MUKADIMAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI TENAGA PROFESIONAL DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp PERATURAN DESA PADI NOMOR : 06 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM LINGKUNGAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG IZIN KERJA DAN PRAKTIK PERAWAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENCATATAN PENGALIHAN PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2010

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.04/2014 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KOTA MAGELANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA SEWA TANAH SAWAH MILIK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

- 3 - Pasal 4. Pasal 6

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

2015, No IndonesiaTahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5216); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tent

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBINAAN DAN PEDOMAN OPERASIONAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENERBITAN TANDA DAFTAR PERUSAHAAN

Transkripsi:

PERATURAN GERAKAN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA (GNPK-RI) NOMOR 01 TAHUN 2015 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN KEPENGURUSAN GERAKAN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA (GNPK-RI) TINGKAT PROPINSI, KABUPATEN DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN PUSAT GERAKAN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang a. bahwa untuk memberdayakan gerakan pencegahan korupsi secara nasional, maka diperlukan jaringan (networking) yang melibatkankan seluruh potensi anak bangsa tanpa membedakan suku, ras, gender dan agama dan dilakukan secara serentak, terencana dan bertanggungjawab dari pusat, propinsi, kabupaten dan kota diseluruh Indonesia ; b. bahwa untuk mencapai maksud dan tujuan Gerakan Nasional Pencegahan Korupsi Republik Indonesia secara nyata dan terpadu, maka perlu didirikan dan dibentuk organisasi kepengurusan pimpinan wilayah ditingkat propinsi dan pimpinan daerah ditingkat kabupaten dan Kota diseluruh Indonesia ; Mengingat : a. Anggaran Dasar GNPK-RI ; b. Anggaran Rumah Tangga GNPK-RI ; c. Akta Pendirian GNPK-RI Notaris Dewi Kusumaningsih,SH Nomor. 61 Tanggal 9 Desember 2015 ; 71

M E M U T U S K A N : Menetapkan : Peraturan Gerakan Nasional Pencegahan Korupsi Republik Indonesia tentang Tata Cara Pengangkatan Kepengurusan Gerakan Nasional Pencegahan Korupsi Republik Indonesia (GNPK-RI) Tingkat Propinsi, Kabupaten dan Kota di Seluruh Indonesia ; Pasal 1 Ketentuan Umum Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : (1) Pimpinan pusat adalah kepengurusan ditingkat pusat Gerakan Nasional Pencegahan Korupsi Republik Indonesia atau disingkat Pimpinan Pusat GNPK-RI ; (2) Pimpinan wilayah adalah kepengurusan ditingkat propinsi Gerakan Nasional Pencegahan Korupsi Republik Indonesia atau disingkat Pimpinan Wilayah GNPK-RI Propinsi ; (3) Pimpinan daerah adalah kepengurusan tingkat kabupaten / kota Gerakan Nasional Pencegahan Korupsi Republik Indonesia atau disingkat Pimpinan Daerag GNPK-RI Kabupaten / Kota ; (4) Pengurus adalah seseorang yang memiliki kepedulian sehinga secara sukarela menjadi anggota dan bersedia menduduki jabatan untuk berperan mengurus dan mengelola organisasi GNPK-RI ; (5) Pengajuan mandat adalah surat permohonan pengajuan mandat pembentukan kepengurusan GNPK-RI ditingkat propinsi / kabupaten / kota; (6) Surat mandat adalah penugasan pimpinan pusat GNPK-RI terhadap seseorang da/atau lebih untuk membentuk kepengurusan pimpinan wilayah ditingkat propinsi dan/atau pimpinan daerah ditingkat kabupaten / kota ; (7) Masa berlaku adalah jangka waktu maksimal penugasan dalam surat mandat yang ditetapkan untuk menyampaikan laporan hasil penugasan ; (8) Laporan adalah menyampaikan laporan terbentuknya kepengurusan pimpinan wilayah ditingkat propinsi dan/atau pimpinan daerah ditingkat kabupaten / kota kepada pimpinan pusat ; (9) Rekomendasi surat keputusan adalah surat pengantar pengajuan permohonan surat keputusan pimpinan daerah dari pimpinan wilayah ; (10) Surat keputusan adalah surat yang berisi keputusan yang dibuat oleh pimpinan pusat tentang pengangkatan kepengurusan pimpinan wilayah ditingkat propinsi dan/atau pimpinan daerah ditingkat kabupaten kota : (11) Sertifikasi keanggotaan adalah standarisasi bagi aktifis berkompeten di bidang pencegahan dan pemberantasan korupsi yang bergabung dalam organisasi ini untuk dibina agar lebih berkwalitas dan memenuhi syarat sebagai anggota dan/atau pengurus ; 72

(12) Pelantikan adalah acara yang diadakan khusus untuk mengesahkan dan/atau meresmikan kepengurusan disemua tingkatan ; (13) Berita acara adalah catatan laporan yang dibuat dan ditandatangani bersama mengenai waktu terjadi, tempat, keterangan atau petunjuk lain tentang suatu perkara atau peristiwa ; Pasal 2 Keanggotaan dan Pengurus (1) Setiap warga Negara Indonesia yang peduli dan bersedia menjadi sukarelawan dalam melakukan revolusi mental pencegahan dan pemberantasan korupsi secara nasional, berhak menjadi anggota Gerakan Nasional Pencegahan Korupsi Republik Indonesia ; (2) Setiap anggota berhak menjadi pengurus Gerakan Nasional Pencegahan Korupsi Republik Indonesia ditingkat pusat / propinsi / kabupaten / kota ; Pasal 3 Proses Pengajuan Surat Mandat Pembentukan Kepengurusan (1) Pengajuan surat mandat dapat dilakukan secara perseorangan dan/atau kelompok / lembaga ; (2) Surat mandat pembentukan kepengurusan pimpinan wilayah ditingkat propinsi, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Mengajukan surat permohonan pembentukan kepengurusan ditingkat propinsi untuk pertama kalinya dengan melampirkan foto copy KTP, dan ditujukan kepada pimpinan pusat ; b. Pengajuan surat mandat dalam satu wilayah propinsi lebih dari satu orang dan/atau lebih dari satu kelompok pemohon, maka nama-nama tersebut akan diakomodir dan dituangkan secara kolektif dalam satu surat mandat pembentukan kepengurusan di propinsi bersangkutan; c. Surat mandat pembentukan kepengurusan ditingkat propinsi menjadi wewenang dan diterbitkan pimpinan pusat ; (3) Surat mandat pembentukan kepengurusan pimpinan daerah ditingkat kabupaten / kota, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Mengajukan surat permohonan pembentukan kepengurusan ditingkat kabupaten / kota untuk pertama kalinya dengan melampirkan foto copy KTP, dan ditujukan kepada pimpinan wilayah, kecuali di propinsi tersebut belum terbentuk kepengurusan, maka surat permohonan pembentukan kepengurusan dapat dikirimkan langsung ke pimpinan pusat ; 73

b. Pengajuan surat mandat dalam satu daerah kabupaten / kota lebih dari satu orang dan/atau lebih dari satu kelompok pemohon, maka namanama tersebut akan diakomodir dan dituangkan secara kolektif dalam satu surat mandat pembentukan kepengurusan di kabupaten / kota bersangkutan; c. Surat mandat pembentukan kepengurusan ditingkat kabupaten / kota menjadi wewenang dan diterbitkan pimpinan wilayah, kecuali dipropinsi tersebut belum terbentuk kepengurusan, maka surat mandat menjadi wewenang dan diterbitkan pimpinan pusat ; Pasal 4 Masa Berlakunya Surat Mandat (1) Masa berlaku surat mandat 45 (empat puluh lima) hari kalender ; (2) Masa berlaku surat mandat dapat diperpanjang hanya untuk satu kali dengan alasan yang jelas dan permohonan perpanjangan dapat diajukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum habis masa berlakunya surat mandat ; Pasal 5 Laporan Pembentukan Susunan Kepengurusan (1) Laporan terbentuknya susunan kepengurusan wajib disampaikan sebelum habis masa berlakunya surat mandat ; (2) Dokumen susunan kepengurusan yang sudah terbentuk disampaikan, dengan ketentuan : a. Dokumen terbentuknya susunan kepengurusan pimpinan wilayah disampaikan kepada pimpinan pusat ; b. Dokumen terbentuknya susunan kepengurusan pimpinan daerah disampaikan kepada pimpinan wilayah, selanjutnya pimpinan wilayah merekomendasi permohonan surat keputusan pengangkatan kepengurusan pimpinan daerah kepada pimpinan pusat ; c. Dokumen terbentuknya susunan kepengurusan pimpinan daerah yang belum terbentuk kepengurusan ditingkat propinsi, maka dokumen tersebut dapat disampaikan langsung kepada pimpinan pusat ; (3) Penyampaian dokumen susunan kepengurusan disemua tingkatan wajib melampirkan : a. Pengisian pendaftaran keanggotaan (Form A1) ; b. Daftar Riwayat Hidup (Form A2) ; c. Foto Copy Ijazah terakhir ; 74

d. Foto Copy KTP yang masih berlaku ; e. Pas Foto berwarna ukuran 4 X 6 cm ( 3 lembar ), dengan ketentuan foto baju warna putih berdasi dengan background warna putih ; (4) Laporan terbentuknya susunan kepengurusan yang disampaikan lebih dari batas masa berlakunya surat mandat tidak akan diproses ; Pasal 6 Penerbitan Surat Keputusan Pengangkatan Kepengurusan (1) Penetapan dan pengesahan kepengurusan akan dituangkan dalam surat keputusan pimpinan pusat selambatnya 7 (Tujuh) hari setelah dokumen laporan susunan kepengurusan sebagaimana ketentuan Pasal 5 ayat (2) dan (3) diterima pimpinan pusat ; (2) Apabila terdapat usulan perubahan susunan kepengurusan setelah surat keputusan diterbitkan, maka perubahan dapat diajukan sebelum dilaksanakan pelantikan, dengan persyaratan pengajuan perubahan susunan kepengurusan tersebut hasil rapat pleno pengurus yang diselenggarakan khusus untuk perihal tersebut ; Pasal 7 Sertifikasi Keanggotaan Pengurus yang akan dilantik wajib mengikuti sertifikasi keanggotaan, dengan ketentuan penyelenggaraan sebagai berikut ; (1) Sertifikasi keangggotaan diselenggarakan di propinsi / kabupaten / kota bersangkutan ; (2) Seluruh pengurus yang namanya tercantum dalam surat keputusan pengangkatan kepengurusan wajib mengikuti sertifikasi keanggotaan ; (3) Materi sertifikasi keanggotaan meliputi materi keorganisasian, kepemimpinan dan strategi pencegahan korupsi ; (4) Durasi materi sertifikasi 6 jam sampai dengan 8 jam ; (5) Tutor sertifikasi keanggotaan dari pimpinan pusat ; (6) Peserta sertifikasi keanggotaan yang dinyatakan lulus mendapatkan sertifikat dan kartu tanda anggota (KTA) ; Pasal 8 Pelantikan Pengurus Pelantikan pengurus wajib diselenggarakan selambat-lambatnya 45 (Empat puluh lima) hari sejak tanggal surat keputusan diterbitkan, dengan ketentuan sebagai berikut : 75

(1) Acara pelantikan dapat diselenggarakan di wilayah propinsi / kabupaten / kota yang bersangkutan ; (2) Pelantikan pimpinan wilayah dipimpin dan dilantik oleh ketua umum pimpinan pusat dan/atau yang diberi mandat untuk mewakilinya ; (3) Pelantikan pimpinan daerah dipimpin dan dilantik oleh ketua pimpinan wilayah dan/atau yang diberi mandat untuk mewakilinya ; (4) Pelantikan kepengurusan ditingkat kabupaten / kota yang belum terbentuk kepengurusan di tingkat propinsi, akan dipimpin dan dilantik oleh ketua umum pimpinan pusat dan/atau yang diberi mandat untuk mewakilinya ; (5) Penyerahan PIN dan ID Card pelaksana tugas akan disampaikan pada saat pelantikan pengurus disemua tingkatan ; (6) Prosesi pelantikan berpedoman pada standarisasi protokoler yang diatur tersendiri dalam peraturan GNPK-RI ; (7) Segala biaya yang timbul dalam penyelenggaraan sertifikasi keanggotaa dan pelantikan pengurus menjadi beban kepengurusan bersangkutan ; Pasal 9 Laporan Organisasi Untuk menjamin bergeraknya roda organisasi dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi secara nasional, maka terhitung sejak dilantik, kepengurusan disemua tingkatan wajib menyampaikan laporan secara tertulis dalam setiap bulannya, dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Laporan yang disampaikan berisi : a. Kegiatan internal meliputi pelaksanaan atas penjabaran program kerja organisasi internal antara lain kegiatan rapat-rapat internal dll ; b. Kegiatan eksternal meliputi pelaksanaan atas penjabaran program kerja organisasi eksternal antara lain kegiatan pengawasan, penyuluhan dll ; (2) Laporan pimpinan wilayah disampaikan kepada pimpinan pusat ; (3) Laporan pimpinan daerah disampaikan kepada pimpinan wilayah dengan tembusan disampaikan kepada pimpinan pusat ; (4) Laporan pimpinan daerah yang belum terbentuk kepengurusan ditingkat propinsi, maka laporannya disampaikan langsung ke pimpinan pusat ; Pasal 10 Teguran dan Sanksi Organisasi (1) Pengurus yang tidak menyampaikan laporan kegiatannya secara berturutturut selama 3 X 1 (satu) bulan, maka akan ditegur dengan surat peringatan pertama (I), namun dalam jangka waktu 14 X 24 jam surat peringatan pertama (I) tidak ditindaklanjuti, maka akan ditegur dengan peringatan kedua (II), namun dalam jangka waktu 14 X 24 jam surat peringatan kedua (II) tetap 76

tidak ditindaklanjuti, maka akan dilakukan teguran terakhir dengan surat peringatan ketiga (III) terakhir, namun apabila dalam jangka waktu 14 X 24 jam surat peringatan ketiga (III) terakhir tetap diabaikan dan tidak ditindaklanjuti, maka kepengurusan tersebut dianggap sudah tidak mampu lagi melaksanakan tugas organisasi secara benar sebagaimana amanat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ; (2) Kepengurusan yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana Pasal 9 dan Pasal 10 ayat (1), maka kepengurusan tersebut diberi sanksi organisasi dengan sanksi pembekuan kepengurusan, yang selanjutnya pembentukan kepengurusan baru akan dilakukan melalui mekanisme dari awal sebagaimana Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 peraturan ini ; Pasal 11 Ketentuan Penutup (1) Peraturan ini dapat ditinjau kembali sebagaimana mestinya jika di kemudian hari terdapat kekeliruan dan diperlukan perbaikan sebagaimana mestinya ; (2) Peraturan ini mulai berlaku dan diumumkan sejak tanggal ditandatangani. Ditetapkan : Di Jakarta.- Pada tanggal : 17 Desember 2014.- PIMPINAN PUSAT GERAKAN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA (GNPK-RI) Ketua Umum, TTD, H.M.Basri Budi Utomo As,SIP NIK. A.100.001-2014 SALINAN SAH SESUAI ASLINYA Sekretaris Jenderal ; TTD AFRIZON AROES, SH NIK. A.100.002-2014 77