BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia sehingga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kencana, Jakarta, 2006, hlm Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dep. Agama RI., Al-quran dan terjemah, Jakarta: Dep. Agama RI, 2000, Hal.994.

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang saling mempengaruhi, misalnya persoalan administrasi,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Oleh karena, itu bagi sebuah bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual. 1 Sedangkan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta, 2003, Hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 2000), hlm Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media,

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan manfaatnya menurut para pengelola pendidikan membuat suatu

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Rini Dwi Susanti, Strategi Pembelajaran Bahasa, NORA MEDIA ENTERPRISE, Kudus, 2011, hal. 83

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hal ini sesuai dengan rumusan Undang-undang RI.No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. (Agustus, 2005).

Jurnal ANSIRU PAI V o l. 1 N o. 2. Juli - Des

BAB I PENDAHULUAN. berbagai komponen yang antara satu dan lainnya saling berkaitan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang ada berlangsung suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2005 tentang guru dan dosen serta UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. 3. menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi dari seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. proses tranformasi adalah anak didik yang sedang tumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dimana norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber pegangan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. PT. Refika Aditama, Bandung, 2012, hlm Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, PT.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Nusa Media :

BAB I PENDAHULUAN. Overseas Publication Ltd, 1959), hlm 4. 1 Frederick Y. Mc. Donald, Educational psychology, (Tokyo:

PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. DEPDIKNAS, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Butir 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, Bandung, 2011, hlm Diah Harianti, Model dan Contoh Pengembangan Diri Sekolah Menengah Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami pendidikan Islam tidak semudah mengurai kata Islam dan pendidikan, karena selain sebagai predikat, Islam juga merupakan satu substansi dan subjek penting yang cukup kompleks. Karenanya, untuk memahami pendidikan Islam berarti kita harus melihat aspek utama misi agama Islam yang diturunkan kepada umat manusia dari sisi pedagogis. Islam sebagai ajaran yang datang dari Allah sesungguhnya merefleksikan nilai-nilai pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia sehingga menjadi manusia sempurna. Islam sebagai agama universal telah memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan bahagia, yang pencapaiannya bergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan kunci penting untuk membuka jalan kehidupan manusia.1 Firman Tuhan dalam Al-Qur an: Artinya : Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. (QS. Ar-Ra d:29)2 Dengan demikian, Islam sangat berhubungan erat dengan pendidikan. Hubungan antara keduanya bersifat organis-fungsional; pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan Islam, dan Islam menjadi kerangka dasar 1 Musthofa Rahman., Pendidikan Islam dalam Perspektif Al-Qur an. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm. 56. 2 R.H.A. Soenarjo, Al-Qur an dan Terjemahnya. Depag RI, Jakarta, 2000, hlm. 373. 1

2 pengembangan pendidikan Islam, serta memberikan landasan sistem nilai untuk mengembangkan berbagai pemikiran tentang pendidikan Islam.3 Islam menyediakan dasar-dasar untuk membangun sistem pendidikan yang sarat dengan sistem nilai. Dengan dasar-dasar itu diharapkan lahir sistem pendidikan yang mendukung, menjiwai, memberi corak dan bentuk proses pendidikan yang ideal serta bisa diterapkan dalam berbagai lembaga pendidikan.4 Untuk itu, pendidikan pada dasarnya merupakan sarana strategis untuk meningkatkan potensi bangsa agar mampu berkiprah dalam tataran yang lebih global. Selain itu, pendidikan sebagai investment in people, untuk mengembangkan individu dan masyarakat, dan sisi lain pendidikan merupakan sumber untuk pertumbuhan ekonomi.5 Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbarui dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, maka pengelolaan teknis operasional penyelenggaraan pendidikan dasar di Indonesia menjadi tanggung jawab dan kewenangan pemerintah kabupaten/kota, kecuali pengelolaan RA/MI/MTs. Tanggung jawab pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pendidikan adalah menetapkan standar penyelenggaraan pendidikan dasar, antara lain mencakup standar isi kurikulum, standar kompetensi lulusan, standar pengelolaan, srandar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan fasilitas belajar, standar pembiayaan, serta standar penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.6 3 Hery Noer Aly., Ilmu Pendidikan Islam. Logos Wacana Ilmu, 1999, hlm. 2. Tedi Priatna., Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam. Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2011, hlm. 2. 5 Hadiyanto. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia. PT. Rineka Cipta. Jakarta, 2011, hlm. 29. 6 Zainal Arifin, Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam. Diva Press, Yogyakarta, 2009, hlm. 11. 4

3 Bila sebelumnya manajemen pendidikan merupakan wewenang pusat (sentralisasi), maka dengan berlakunya undang-undang tersebut, kewenangan itu dialihkan ke pemerintah kota dan kabupaten atau yang dikenal dengan istilah desentralisasi.7 pemerintah kepada Desentralisasi daerah, sehingga merupakan wewenang penyerahan dan tanggung urusan jawab sepenuhnya menjadi tanggung jawab daerah, termasuk di dalamnya penentuan kebijakan perencanaan, pelaksanaan, maupun yang menyangkut segi-segi pembiayaan aparatnya. Ranis menyebut sistem seperti ini sebagai devolusi (devolution), yaitu penyerahan kekuasaan (power) oleh pemerintah pusat kepada pengambil keputusan di tingkat daerah.8 Kemudian sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada suatu pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kreteria minimal proses pembelajaran pada suatu pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. 9 7 E Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolahlm. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm. 6. 8 Faisal Jalal dan Supriyadi, Dedi (editor). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerahlm. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta, 2011, hlm. 122. 9 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. PT. Rajawali Pers. Jakarta, 2010, hlm. 3.

4 Salah satu imbas dari adanya kebijakan otonomi daerah adalah munculnya otonomi pendidikan. Menurut Djohar, otonomi daerah memberikan konsekuensi upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi tanggung jawab daerah. Namun demikian, tidak berarti daerah harus terlalu banyak terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan. Daerah dapat memikirkan hal-hal, seperti mencarikan model yang cocok daerahnya; memfasilitasi dana, menyiapkan Sedangkan pedoman prasarana, pendidikan penyelenggaraan bagi pendidikan dengan pendidikan di dan sarara pendidikan; serta sekolah sepenuhnya yang membutuhkan. diserahkan kepada sekolah masing-masing, dengan membentuk Dewan Pertimbangan Sekolah (DPS) yang bertugas memikirkan kemajuan sekolah. DPS sendiri dapat terdiri atas kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua peserta didik, dan masyarakat yang memiliki kewajiban untuk menentukan segala sesuatu yang diperlukan sekolah. Dan, kepala sekolah bertugas melaksanakan kebijakan yang telah dirumuskan oleh DPS. Disini, garis struktural kepala sekolah lebih dominan terkait dengan kegiatan administrasi. demikian dimaksudkan untuk Struktur organisasi yang menghindari terjadinya kekuasaan kepala sekolah dan pimpinan di atasnya dalam menentukan kebijakan pendidikan di setiap sekolah.10 Otonomi pendidikan memberikan peluang bagi sekolah, khususnya guru untuk melakukan manajemen pengembangan pembelajaran dan kurikulum sesuai dengan konteks sekolah masing-masing. Hal ini dilakukan agar sekolah 10 Djohar, Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan. Grafika Indah, Yogyakarta, 2010, hlm. 230.

5 dapat mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan peserta didik sesuai dengan lingkungannya.11 Sebagaimana saat ini dunia pendidikan kita telah menjalankan kurikulum 2013. Konsep kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi tersebut Kompetensi Inti (KI) yang selanjutnya dinyatakan dalam bentuk dirinci lebih lanjut ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi inti terdapat empat kompetensi, salah satunya adalah sikap spiritual yang harus termuat dalam setiap mata pelajaran di setiap jenjang pendidikan. Sikap spiritual bertujuan untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa.12 Pelaksanaan kurikulum 2013 dibutuhkan profesionalisme guru, dimana guru merupakan sosok yang memiliki peranan sangat menentukan dalam proses pengembangan pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kesuksesan dalam proses pengembangan melengkapi dirinya dengan berbagai aspek pembelajaran, guru harus yang mendukung ke arah keberhasilan. Seorang guru yang melaksanakan tugasnya hanya berdasarkan tradisi atau kebiasaan yang telah dijalani selama bertahun-tahun, tanpa mempertimbangkan berbagai ketrampilan teoretis maupun teknis yang mendukung profesionalitasnya, tentu akan memberikan hasil pembelajaran yang kurang sesuai dengan harapan. Sebaliknya, guru yang terus-menerus berusaha meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya, tentu akan menghasilkan proses pembelajaran yang jauh lebih baik.13 11 Zainal Arifin, Op.Cit. hlm. 13. E Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2013, hlm. 174-175. 13 Ngainun Naim,dan Patoni, Achmad, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, hlm. 1. 12

6 Kehadiran manajemen dalam organisasi adalah untuk melaksanakan kegiatan agar suatu tujuan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Kegiatan proses pencapaian tujuan tersebut yaitu berupa tindakan-indakan yang mengacu kepada fungsi manajemen. Manajemen pengembangan program pembelajaran ini sama halnya proses manajemen sebagaimana menurut teori G.R. Terry, sebagai suatu proses yang terdiri dari tindakan perencanaan (planning), pengawasan pengorganisasiam (organizing), pelaksanaan (actuating), dan (controlling) yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya. 14 Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa dalam proses pencapaian tujuan dimulai dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dikerjakan dengan mengerahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada. Berkaitan dengan posisi dan peranan guru dalam proses pengembangan program pembelajaran, aspek substansial yang penting untuk direnungkan adalah; bagaimana guru memberi kemungkinan bagi peserta didik agar terjadi proses pembelajaran secara efektif, atau dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan. Dengan demikian, sebuah proses pembelajaran akan dapat berlangsung secara maksimal sebagaimana diharapkan, atau justru berlangsung tanpa hasil, dipengaruhi oleh sosok guru. Pada diri guru kunci utama berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran.15 14 Ali Imron, Ali, Manajemen Pendidikan. Universitas Negeri Malang, Malang, 2013, hlm. 6. 15 Ngainun Naim, dan Patoni. Op.Cit., hlm. 2.

7 Menurut Ali, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan jika seorang guru ingin melaksanakan pengembangan proses pembelajaran sebagaimana diharapkan. Pertama, guru harus mempunyai pegangan asasi tentang mengajar dan dasar-dasar teori belajar. Kedua, guru harus dapat mengembangkan sistem pengajaran. Ketiga, guru harus mampu melakukan proses pembelajaran yang efektif. Keempat, guru harus mampu melakukan penilaian hasil belajar sebagai dasar umpan balik seluruh proses pembelajaran yang ditempuh.16 Dengan demikian seorang guru yang memegang peranan pokok dalam manajemen pengembangan program pembelajaran memiliki tiga macam tugas utama. Pertama, membuat perencanaan pembelajaran. Walaupun kegiatan pembelajaran telah menjadi tugas rutin yang dijalani dari waktu ke waktu, tetapi perencanaan tetap harus dibuat. Adanya perencanaan membuat guru memiliki kerangka dasar dan orientasi yang lebih konkret dalam pencapaian tujuan. Perencanaan pembelajaran ini setidak-tidaknya mencakup; (1) tujuan yang hendak dicapai; (2) bahan pelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik mencapai tujuan; (3) bagaimana proses pembelajaran yang akan diciptakan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien; dan (4) bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui atau mengukur apakah tuiuan tercapai atau tidak. Kedua, melaksanakan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran seharusnya mengacu kepada perencanaan. Namun demikian seringkali apa yang direncanakan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. 16 Mohammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Cet. 12. Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2003, hlm. 1.

8 Ketiga, memberikan feedback (umpan balik). Sebuah proses pembelajaran akan senantiasa berada dalam situasi yang ideal jika terus-menerus terjadi umpan balik. Adanya umpan balik berfungsi sebagai sarana untuk membantu memelihara minat dan antusiasme peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui evaluasi. 17 Dalam proses pembelajaran, dikenal berbagai pola pembelajaran. Pola pembelajaran adalah model yang menggambarkan kedudukan serta peran guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.18 Pola pembelajaran pendidikan agama Islam dan Budi pekerti yang dikembangkan dan dilaksanakan di SMP Negeri 2 dapat diamati pada diagram berikut: Sistem Guru Tujuan Penetapan Isi dan Metode Pembelajaran Guru dengan media Peserta Didik Guru Media Gambar 1.1. Arus Balik dan Evaluasi Dari diagram tersebut tampak sekali bahwa pola pembelajaran dapat dijalani melalui interaksi antara guru, guru media (media berfungsi guru), dan guru dengan media dengan peserta didik. Sumber belajar bagi peserta didik 17 Ngainun Naim, dan Patoni, Achmad. Op.Cit., hlm. 2-3. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolahlm. Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 158. 18

9 bisa berupa guru, media yang dirancang oleh guru dan guru dengan media yang merupakan suatu sistem dalam proses pembelajaran. Pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, sebagaimana tujuan utamanya yaitu akan mengantarkan generasi Islam yang beriman bertaqwa berahlaqul karimah. Manajemen pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 2 Kudus yang dilaksanakan, diharapkan akan mempengaruhi kepribadian, perilaku, dan pengetahuan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran pembelajaran. akan sangat Artinya, ditentukan oleh berhasil tidaknya manajemen proses pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 2 Kudus. Disamping hal tersebut ada sinyalemen di masyarakat bahwa SMP 2 Kudus dikenal sebagai SMP Negeri yang dikenal Islami. Berdasarkan gambaran tersebut, bahwa kurikulum 2013 merupakan upaya mewujudkan pendidikan bermutu dalam menghadapi tantangan saat ini yang berdampak pada moral peserta didik. Kurikulum 2013 sejalan dengan pendidikan spiritual, dengan mengintegrasikan sikap spiritual dalam komponen pembelajaran. Hal ini menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul Manajemen Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 2 Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas muncul permasalahan pokok yang akan dicari jawabannya lebih lanjut. Permasalahan-permasalahan itu adalah sebagai berikut:

10 1. Bagaimana perencanaan pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 2 Kudus? 2. Bagaimana pelaksanaan pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 2 Kudus? 3. Bagaimana proses evaluasi dalam pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 2 Kudus? 4. Bagaimana proses tindak lanjut dalam pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 2 Kudus? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang diangkat, maka tujuan penulisan tesis ini yaitu : a. Untuk mendeskripsikan perencanaan pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 2 Kudus. b. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 2 Kudus. c. Untuk mendeskripsikan proses evaluasi dalam pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 2 Kudus.

11 d. Untuk mendeskripsikan proses tindak lanjut dalam pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 2 Kudus. 2. Manfaat Penelitian Temuan-temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak sebagai berikut : a. Secara praktis akademik, berguna menambah khasanah ilmu pengetahuan serta memberi masukan dalam rangka penyusunan teori atau konsep-konsep baru terutama untuk pengembangan pemikiran dalam memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan manajemen pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. b. Secara filosofis akademik, berguna dalam memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pendidikan, terutama yang berkaitan dengan manajemen pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 2 Kudus. c. Secara sosial akademik, berguna sebagai masukan bagi para guru di SMP Negeri 2 Kudus bahwa keberhasilan dalam proses belajar mengajar ditentukan oleh manajemen pembelajaran yang berkualitas. d. Secara konseptual, berguna bagi penemuan konsep baru tentang manajemen pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 2 Kudus.

12 D. Kerangka Pemikiran Merumuskan kerangka pemikiran penelitian ini ditempuh melalui telaah berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian. Manajemen pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah bagaimana menyampaikan pesan-pesan dalam proses pembelajaran kepada peserta didik untuk membentuk kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing- masing. Otonomi dalam mengelola pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Oleh karena itu, guru juga berperan sebagai seorang manajer yang mengelola pembelajaran dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses manajemen (pengelolaan), guru Pendidikan Agama Islam terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer, (organizing), yaitu perencanaan pelaksanaan (actuating), pembelajaran.19 Oleh merencanakan, mengorganisasi, karena itu, (planning), pengorganisasian dan evaluasi (controling) dalam manajemen diartikan sebagai proses memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Kemampuan pembelajaran yang guru dalam dimaksud menerapkan adalah keterampilan manajemen/pengelolaan menyusun rencana pengajaran, keterampilan melaksanakan prosedur mengajar dan keterampilan melaksanakan hubungan antar pribadi. Lebih spesifik lagi adalah kemampuan 19 Martinis Yamin dan Maisahlm., Manajemen Pembelajaran Kelas (Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran), Gaung Persada Press, Jakarta, 2009, hlm. 2.

13 guru yang terkait dengan tugas pokok guru, yaitu menyusun program pengajaran, menyajikan program pengajaran, melaksanakan evaluasi belajar, menganalisis hasil evaluasi belajar serta menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Adapun kerangka pikiran dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Pembelajaran PAI dan BP Perencanaan Manajemen Pengembangan Pembelajaran PAI dan BP Pelaksanaan Pengorganisasian Tujuan Pembelajaran PAI dan BP Evaluasi Proses Pembelajaran PAI dan BP Gambar 1.2 Pola Pikir Penelitian Gambar di atas menunjukkan arah adanya siklus (perputaran) dari satu item pemikiran ke item pemikiran berikutnya yang mempunyai kedudukan dan hubungan erat yang tidak dapat dipisahkan. Item program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam rangka meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam. Sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Untuk membuat inovasi pembelajaran

14 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang menarik dan sesuai dengan psikologis anak dibutuhkan analisis dan pemikiran tentang materi, metode, alat dan sarana prasarana, evaluasi dan sebagainya. Untuk itu pula dibutuhkan adanya suatu manajemen pengembangan pembelajaran yakni yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi guna tercapainya tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti secara efektif dan efisien.