BAB I PENDAHULUAN. commit to user

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan. Di era

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang menakutkan dan susah untuk dipahami. Kebanyakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Lukluk Ibana 1, Pujiastuti 2, Iis Nur Asyiah 3 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan salah satu Tujuan

PENERAPAN PEMBELAJARAN TSTS DENGAN AKTIFITAS WINDOW SHOPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG SISI DATAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikatnya, manusia adalah makhluk individu dan sosial. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DENGAN MENGGUNAKAN LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LUBUK SIKAPING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMPN 6 X Koto Singkarak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FIND SOMEONE WHO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan yang berperan sebagai ratu dan pelayan ilmu. James dan James

Key Words : cooperative learning two stay two stray, interactive cd, student learning achievement, cylinder and cone.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL NUMBERRED HEAD TOGETHER SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK TAMTAMA KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPN 3 PADANG

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. ajaran_matematika/kegiatanbelajar1) menyatakan bahwa Matematika itu bukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. juga belajar diluar kelas supaya siswa itu tidak merasa bosan, misalnya saja siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih, bidang pendidikan sebagai upaya yang bernilai sangat models bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi sesuai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terwujud apabila strategi-strategi belajar yang digunakan mampu menimbulkan

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Suharyanto NIM S

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini guru dituntut bekerja cepat untuk bersaing di tataran internasional dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Dampak dari kemajuan IPTEKS mengakibatkan perubahan di berbagai bidang kehidupan. Semua perkembangan tidak lepas dari pendidikan. Oleh karena itu, yayasan dan lembaga penyelenggara pendidikan Indonesia dituntut untuk berperan aktif dalam meningkatkan sumber daya saing tinggi. Untuk itu, kualitas pendidikan harus segera diperbaiki sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Untuk mengoptimalkan keberhasilan dalam bidang pendidikan perlu adanya kerjasama antara pemerintah dalam hal ini adalah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan beserta Dinas Pendidikan dan warga sekolah dalam hal ini kepala sekolah beserta guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, diantaranya memilih model pembelajaran, memberi motivasi, dan menanamkan konsep secara tepat dalam setiap pelajaran. Kurikulum yang diterapkan di Indonesia saat ini adalah Kurikulum 2013. Kurikulum yang terbaru ini tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan kompetensi siswa yang berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik, tetapi juga membentuk karakter siswa. Karakter siswa tersebut, yaitu jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, peduli lingkungan, serta tanggung jawab. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Selain itu juga, dalam proses pembelajarannya siswa dituntut untuk dapat menyelidiki fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, dan memadukan dengan pengetahuan sebelumnya. Sehingga diharapkan melalui pendekatan ini siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan jauh lebih baik.

2 Proses pembelajaran dan prestasi belajar matematika di Indonesia sampai saat ini belum mengalami perubahan yang baik secara signifikan. Hal ini terbukti dari data hasil UN tahun ajaran 2013/2014, nilai rata-rata UN matematika SMP Negeri tingkat nasional masih tergolong rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya yaitu 6,10. Tidak jauh berbeda juga terlihat dari nilai rata-rata UN matematika SMP Negeri tingkat Provinsi Jawa Tengah khususnya Kabupaten Karanganyar yang mendapat nilai rata-rata rendah. Hal ini terlihat dalam Tabel 1.1 di bawah ini. Table 1.1 Hasil Rata-rata Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2013/2014 Daerah Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah Bahasa Indonesia Rata-rata Nilai Ujian Bahasa Matematika Inggris IPA 7.93 6.90 6.74 7.03 7.84 6.96 6.64 7.00 Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa nilai rata-rata Ujian Nasional matematika di Kabupaten Karanganyar mendapat peringkat terbawah setelah mata pelajaran Bahasa Inggris. Hal ini menandakan bahwa kurang optimalnya pelaksanaan pembelajaran matematika di SMP negeri Kabupaten Karanganyar yang mengakibatkan belum tercapainya tujuan dalam proses pembelajaran matematika. Materi pokok yang dianggap sulit oleh siswa SMP salah satunya adalah himpunan pada kelas VII semester ganjil. Hal ini dapat ditunjukan dengan rata-rata hasil ujian nasional mata pelajaran matematika tahun 2013/2014 mengenai daya serap terhadap pokok bahasan himpunan hanya mencapai 44,13% data tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan tingkat provinsi yang sudah mencapai 47,53%. Menurut Erman Suherman, dkk (2003 : 58-59) ada beberapa tujuan pembelajaran matematika SMP, diantaranya adalah siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika adalah dasar dari ilmu pengetahuan, karena matematika commit mempunyai to user daya abstraksi yang mampu

3 mengabstraksikan permasalahan-permasalahan yang sering muncul baik dalam matematika itu sendiri maupun dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan dengan tepat dan cepat. Selain itu, matematika merupakan ilmu yang bersifat hirarkis, yaitu konsep satu dengan konsep lainnya ada kaitannya. Dalam matematika terdapat konsep atau topik prasyarat sebagai dasar untuk memahami konsep atau topik selanjutnya. Oleh karena itu, siswa sering mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika, bahkan ada beberapa siswa yang takut akan matematika. Siswa menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, karena matematika bersifat abstrak. Perasaan ini sering disebut dengan kecemasan belajar matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Yuksel-Sahim (2008) bahwa : Despite its importance, in daily life, mathematics is often viewed as a difficult topic. Such perpection is in part, due to the nature of math. However, it also has to do with preconceived notions about mathematics (Umay, 1996) and the anxiety individuals have for mathematics Hal tersebut dapat diartikan bahwa meskipun penting, dalam kehidupan sehari-hari, matematika sering dipandang topik yang sulit. Pandangan seperti itu adalah sebagian dikarenakan sifat dari matematika. Namun, juga harus dilakukan dengan praduga tentang matematika dan kecemasan seseorang yang dimiliki untuk matematika. Kecemasan belajar matematika terjadi karena pengalaman siswa terdahulu, sehingga sulit untuk dihilangkan. Kecemasan siswa yang berlebihan akan mengakibatkan seorang siswa mengalami kegagalan-kegagalan yang menyebabkan siswa menjadi pesimis, mempunyai harga diri kurang, putus asa, frustasi, tak dapat bertindak efektif dan tidak dapat mencapai prestasi optimal. Kecemasan belajar matematika siswa harus menjadi perhatian bagi guru, karena dengan kecemasan belajar matematika tinggi, siswa akan terhambat dalam mengikuti pembelajaran matematika. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pourmeslemi., et al (2013 : 4) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan matematika yang tinggi dan prestasi belajar. Hal ini juga senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadeem., et al (2012 : 526) menunjukkan bahwa tingkat

4 kecemasan meningkat maka prestasi belajar menurun pada siswa laki-laki maupun perempuan. Oleh karenanya diperlukan strategi atau alternatif penanganan yang tepat untuk mengurangi kecemasan siswa tersebut sehingga tidak memberikan dampak yang lebih luas lagi terhadap prestasi belajar siswa. Berbagai upaya untuk tercapainya proses pembelajaran yang baik dan meningkatkan prestasi belajar matematika adalah pembaharuan kurikulum, pengembangan model pembelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran, dan sebagainya. Pengembangan model pembelajaran merupakan unsur yang paling penting dalam mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru matematika, kegiatan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas cenderung teacher centered, guru masih menjadi sumber utama dalam penyampaian informasi dan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru. Di sini siswa cenderung pasif. Proses pembelajaran masih kurang diperhatikan. Hal ini dapat menghambat aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika, bahkan terkadang siswa merasa tidak yakin atau tidak mampu dalam menyelesaikan masalah yang muncul. Padahal, untuk tercapainya tujuan pembelajaran matematika di SMP, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil maksimal. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi belajar matematika. Model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran matematika bukan hanya bertujuan untuk menghabiskan materi tertera dalam silabus, tetapi juga bertujuan menciptakan pembelajaran matematika yang bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Matematika merupakan ilmu terstruktur, sehingga siswa harus mampu mengaitkan pengetahuan yang mereka miliki dengan pengetahuan yang baru. Dalam hal ini, siswa sering mengalami kesulitan yang akhirnya mempengaruhi prestasi belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, selain faktor internal ada juga faktor eksternal. commit Salah to satu user faktor eksternal adalah dari pihak

5 guru sendiri. Guru masih mendominasi di dalam kelas, sehingga menyebabkan siswa kurang ikut aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran klasikal merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru dan komunikasi terjadi satu arah. Padahal, seharusnya guru menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran sehingga dapat melibatkan siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif, dapat mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran dibandingkan dengan model pembelajaran klasikal. Hal ini senada dengan artikel dari Ozsoy dan Yildiz (2004) bahwa : Cooperative learning method is a strong base for learning. In cooperative learning method, the students learn driving logic mathematically, sharing their opinions with the others, and using math for solving the problems. During the research most of the students wanted to use cooperative learning method at the other lessons too. In the math teaching, cooperative learning method is a good choice for learning effectively. Model pembelajaran kooperatif adalah dasar yang kuat untuk belajar. Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa belajar menggerakkan logika secara matematis, berbagi pendapat mereka dengan yang lainnya, dan menggunakan matematika untuk memecahkan masalah. Dalam penelitian ini, sebagian besar siswa ingin menggunakan model pembelajaran kooperatif di pelajaran lain juga. Dalam pembelajaran matematika, model pembelajaran kooperatif adalah pilihan yang baik untuk belajar secara efektif. Namun, guru masih belum menerapkan model pembelajaran tersebut di dalam kelas. Selain mengajak siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran, model kooperatif juga dapat menurunkan kecemasan siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rustam., et al (2013 : 516) Alternative in overcoming anxiety in mathematics learning yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat menurunkan kecemasan siswa karena siswa nyaman bekerja sama dalam kelompok, sehingga dapat memberikan prestasi yang lebih baik. Hal senada juga diungkapkan Anita Lie (2004 : 43) mendefinisikan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Aktivitas belajar dalam pembelajaran kooperatif dirancang sedemikian sehingga memungkinkan peserta commit didik dapat to user belajar lebih santai, tidak tegang,

6 bertanggung jawab, saling bekerjasama, adanya persaingan hebat, dan keterlibatan siswa. Terdapat berbagai tipe dalam model pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan tipe Teams Assisted Individulization (TAI). Pada model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif, model ini menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok (Trianto, 2007 : 52). Model kooperatif ini memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan dengan cara siswa mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi, yaitu siswa yang tinggal bertugas memberikan informasi mereka ke kelompok lain tentang hasil diskusi kelompoknya, sedangkan siswa yang bertamu bertugas untuk mencatat penjelasan hasil diskusi kelompok yang dikunjungi serta bertanggungjawab menjelaskan hasil informasi yang diperoleh dari bertamu kepada kelompoknya. Hal ini sesuai dengan Hammiddy (2010 : 12) bahwa : One strategy that can be applied in teaching poetry is cooperative learning strategy because besides cooperative learning is as an effective instructional method, it is also a successful way to enhance social and academic development among students. TS-TS will work well if students have a product or information to share. TS-TS strategy essentially is a group discussion model. Each member of group has its own responsibilities (two students become strayers and other two students become stayers ). Berdasarkan kutipan di atas, diperoleh bahwa strategi yang efektif untuk meningkatkan kemampuan akademik adalah dengan pembelajaran kooperatif. Hal ini juga memberikan pengalaman siswa dalam mengumpulkan informasi dan melaporkan kembali ke rekan satu tim mereka. TS-TS dasarnya adalah model diskusi kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab sendiri (dua anggota menjadi strayers dan dua anggota menjadi stayers ).

7 Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran dan membangun keterampilan sosial, siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu kekelompok lain, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah, sehingga siswa dilatih untuk berbagi dan tidak hanya mampu bekerja secara individu. Dengan adanya aktifitas siswa di dalam kelas diharapkan menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatkan minat dan motivasi siswa sehingga prestasi belajarnya meningkat. Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individulization merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dengan menempatkan pembelajaran kelompok-kelompok kecil, untuk setiap kelompok beranggotakan 4 sampai 5 siswa yang heterogen, baik dalam hal jenis kelamin, ras, tingkat kemampuan untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan guru. Siswa yang pandai dapat membantu temannya sehingga akan semakin terasah kemampuannya dan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami materi oleh siswa yang pandai. Ciri khas dalam model pembelajaran kooperatif tipe TAI adanya tes formatif dan tes unit. Siswa diminta untuk mengerjakan tes formatif sampai siswa tersebut layak mengikuti tes unit. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan Teams Assisted Individulization (TAI) adalah model pembelajaran yang sama-sama membentuk kelompok kecil yang mengutamakan aktivitas siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan. Kedua model ini melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan melakukan diskusi dalam kelompok. Perbedaan kedua model ini adalah terletak pada proses setiap tahap pelaksanaannya. Kedua model pembelajaran tersebut dianggap dapat mengatasi kesulitan siswa pada pembelajaran matematika khususnya pada materi himpunan yang tidak hanya disajikan pada soal prosedural saja tetapi disajikan dalam bentuk soal cerita. Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan tipe Teams Assisted Individulization (TAI) mempunyai kesamaan yaitu kerjasama kelompok commit dan to diskusi. user Selain itu kedua tipe ini dapat

8 menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan sehingga dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan mengurangi kecemasan belajar matematika siswa. Telah banyak dilakukan penelitian mengenai tipe model pembelajaran tersebut, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kristianingsih (2013) menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS memberikan prestasi lebih baik bila dibandingkan dengan pembelajaran Make a Match dan pembelajaran konvensional. Selanjutnya penelitian oleh Siti Rahayu (2014) menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe tipe TAI lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan tipe Teams Assisted Individulization (TAI) yang ditinjau dari tingkat kecemasan pada matematika terhadap prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini akan dilihat apakah penerapan model pembelajaran ini cocok untuk menurunkan tingkat kecemasan belajar matematika siswa sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Dapat juga dilihat prestasi belajar siswa manakah yang lebih baik, apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) atau menggunakan model pembelajaran tipe Teams Assisted Individulization (TAI). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan pendekatan saintifik (TSTS-PS), model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individulization dengan pendekatan saintifik (TAI-PS) atau model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik? 2. Manakah yang memiliki prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang memiliki tingkat kecemasan belajar matematika rendah, sedang atau tinggi?

9 3. Pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang memiliki prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang memiliki tingkat kecemasan belajar matematika rendah, sedang atau tinggi? 4. Pada masing-masing tingkat kecemasan belajar matematika, manakah yang memiliki prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan pendekatan saintifik (TSTS-PS), model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individulization dengan pendekatan saintifik (TAI-PS) atau model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan pendekatan saintifik (TSTS-PS), model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individulization dengan pendekatan saintifik (TAI-PS) atau model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. 2. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang memiliki tingkat kecemasan belajar matematika rendah, sedang atau tinggi. 3. Untuk mengetahui pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang tingkat kecemasan belajar matematika rendah, sedang atau tinggi. 4. Untuk mengetahui pada masing-masing tingkat kecemasan belajar matematika siswa, manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan pendekatan saintifik (TSTS-PS), model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individulization dengan pendekatan saintifik (TAI-PS) atau model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik.

10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan pendekatan saintifik (TSTS-PS) dan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individulization dengan pendekatan saintifik (TAI-PS) dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. b. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran matematika agar prestasi belajar peserta didik semakin meningkat. c. Sebagai bahan pemikiran bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan sumber daya pendidik dalam menggunakan model pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru untuk: 1) Memperbaiki kinerja guru 2) Melaksanakan struktur pembelajaran matematika yang baik 3) Meningkatkan komunikasi dan kedekatan dengan peserta didik b. Bagi Siswa untuk: 1) Mendapat pengalaman yang baru dalam belajar matematika yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan pendekatan saintifik (TSTS-PS) dan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individulization dengan pendekatan saintifik (TAI-PS). 2) Siswa berani mengemukakan pendapat di dalam kelompok belajarnya dan belajar bersosialisasi dengan sesama teman belajarnya. 3) Menurunkan kecemasan belajar matematika siswa dalam belajar matematika.

11 c. Bagi sekolah Memberikan masukan kepada kepala sekolah dalam usaha untuk perbaikan proses belajar mengajar para guru dalam menambah sarana dan prasarana sehingga kualitas pembelajaran di sekolah lebih baik. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pemikiran bahwa perlu adanya perubahan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. d. Bagi pembaca Memberi masukan kepada pembaca apabila ingin melakukan penelitian dalam bidang pendidikan matematika khususnya untuk model pembelajaran kooperatif.