MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

Museum Budaya di Nias BAB I, II, III, IV, V, VI. Adrianus Gulo, BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Negara kita terdiri dari bermacam-macam suku bangsa yang terbentang

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MUSEUM BUDAYA DI NIAS

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yaitu proses atau urutan langkah-langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB I. : 1. Masa muda, 2. Kaum muda, 3. Remaja. : Tempat yang dianggap penting/pumpunan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai dengan golongannya 2

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Museum Tapis Lampung di Kota Bandar Lampung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Galeri Seni Lukis Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre adventure

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org)

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

DI PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Taman Pintar Tahun

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB 1 PENDAHULUAN ARENA PAMERAN INDUSTRI DI YOGYAKARTA Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESORT DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN

BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dengan demikian kebudayaan dapat dikatakan sebagai pembentuk identitas suatu masyarakat atau yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Sangat disayangkan bahwa di masa pembangunan bangsa yang semakin berkembang ini terdapat kecenderungan untuk terjadinya degradasi atau penurunan nilai budaya. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya kesadaran terhadap pentingnya pendidikan dan pelestarian budaya. Pada budaya-budaya yang hanya mengandalkan tradisi lisan dalam pewarisannya dari generasi ke generasi berikutnya, permasalahan ini menjadi semakin rumit. Kebudayaan Suku Dayak di Pulau Kalimantan merupakan salah satu kebudayaan yang menggunakan tradisi lisan dalam perkembangannya. Penggunaan model tradisi seperti ini tidak pelak lagi memiliki banyak kelemahan. Kelemahan terbesarnya adalah tradisi seperti ini memiliki kecenderungan mudah untuk dilupakan. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk menjaga kelestariannya. 1

Di Kalimantan Barat sendiri sebenarnya telah dilakukan beberapa usaha untuk tetap menjaga kelestarian tradisi budaya, seperti dengan membentuk Dewan Masyarakat Adat Dayak yang tugasnya menjaga kelangsungan hidup tradisi budaya. Salah satu acara tahunannya adalah dengan mengadakan Pesta Masa Panen (Naik Dango). Namun sesungguhnya usaha ini belum memadai karena aspek pendidikannya dalam kaitannya terhadap usaha untuk meneruskan tradisi adat kepada generasi berikutnya masih sangat minim. Aspek pendidikan menjadi kurang menonjol karena berbagai kendala. Salah satu kendalanya adalah tidak terdapat fasilitas yang memadai sebagai sarana pendidikan dan pelestarian. Kurangnya sarana untuk pendidikan dan pelestarian budaya merupakan kendala yang serius dalam usaha untuk mempertahankan keberadaan nilai-nilai budaya di Kalimantan Barat. Apabila tidak diperhatikan lebih serius maka akibat terburuknya adalah terjadinya kepunahan nilai-nilai budaya dalam lingkup masyarakatnya sendiri, yang berarti hilangnya jati diri masyarakat tersebut. Beberapa ciri-ciri unik yang menjadi jati diri masyarakat tersebut adalah, hasil budaya material seperti tembikar, mandau, sumpit, beliung (kampak Dayak), pandangan terhadap alam, mata pencaharian (sistem perladangan),dan seni tari yang pada masa sekarang ini sudah jarang sekali ditemukan dan lebih sedikit pula dilestarikan, terutama sekali ciri hidup menetap dalam satu komunitas komunal dalam rumah panjang, tempat sebagian besar aktivitas dan produk kebudayaan diciptakan. Bertolak dari pembahasan-pembahasan yang telah disebutkan sebelumnya dapat dilihat bahwa diperlukan usaha-usaha untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan pelestarian budaya yang telah ada, di Kalimantan Barat khususnya, dengan menyediakan sarana yang sesuai dilihat dari kapasitasnya sebagai sarana pendidikan dan 2

pelestarian budaya yaitu museum budaya. Selain dari fungsinya sebagai sarana pendidikan dan pelestarian, museum ini juga dapat berfungsi sebagai sarana rekreasi yang edukatif. Dengan demikian pada generasi penerus selanjutnya memilki sumber untuk mengakses pengetahuan terhadap tradisi. I.1.2. Latar Belakang Permasalahan Mengacu pada fungsinya sebagai sarana pendidikan dan pelestarian, maka tujuan yang ingin dicapai dengan pembangunan gedung museum budaya ini adalah untuk mengakomodasi kegiatankegiatan pendidikan dan pelestarian budaya di Provinsi Kalimantan Barat, sehingga usaha untuk memelihara tradisi budaya dapat berjalan dengan baik. Bangunan Museum Budaya ini merupakan sarana pendukung kebudayaan, oleh karena itu dalam wujud rancangannya diharapkan mampu menunjukkan karakter budaya yang diusungnya dan mampu mengkomunikasikannya dengan baik pula. Dengan kata lain bangunan merupakan ekspresi dari kebudayaan setempat. Dalam mengkomunikasikan ekspresi budaya tersebut agar mampu ditanggapi dengan baik oleh pengamatnya perlu diperhatikan beberapa faktor, terutama yang berhubungan dengan penerima pesan. Faktor-faktor tersebut antara lain, kejelasan pesan, kondisi lingkungan tempat pesan disampaikan, dan kemampuan penerima dalam menangkap pesan. Dari tiga faktor tersebut yang dapat diolah secara arsitektural adalah faktor kejelasan pesan dan kondisi lingkungan. Dengan terwujudnya pesan yang jelas dan kondisi lingkungan yang mendukung pesan tersebut ditangkap dengan baik oleh penerima pesan, maka komunikasi akan berlangsung dengan baik sehingga pesan-pesan tersebut dalam hal ini yaitu ekspresi budaya dapat ditanggapi dengan baik pula oleh penerima pesan. 3

Mengacu pada pernyataan sebelumnya maka penataan ruang dalam dan fasad bangunan merupakan bagian yang paling esensial dari rancangan bangunan Museum Budaya ini. Rancangan tata ruang dalam dan fasad bangunan diharapkan mampu membentuk kondisi lingkungan yang mendukung tersampaikannya suatu pesan, sehingga rancangan dapat dikomunikasikan secara langsung kepada pengamatnya dan maksud-maksud atau ekspresi-ekspresi yang hendak ditampilkan dapat terlihat dan diharapkan dapat ditanggapi dengan baik. Bangunan diharapkan mampu menampilkan ekspresi kebudayaan yang dapat mewakili kebudayaan di Kalimantan Barat dan sesuai dengan esensi bangunan Museum Budaya yang telah disebutkan sebelumnya. Kebudayaan etnis Dayak merupakan contoh yang representatif karena kebudayaan etnis Dayak merupakan kebudayaan yang menggunakan tradisi lisan. Mengacu pada hal tersebut maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk menjaga kelestariannya. Wujud rancangan berupa penerapan prinsip-prinsip arsitektur etnik (Dayak) diharapkan dapat mewakili kebudayaan etnis Dayak sebagai salah satu usaha untuk mempertahankan nilainilai tradisi. Meskipun demikian di satu sisi suatu kebudayaan juga perlu untuk berkembang karena pada hakekatnya kebudayaan merupakan suatu bentuk usaha manusia untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Budaya etnis Dayak di satu sisi perlu mengimbangi perkembangan jaman, dalam hal ini yang berkaitan dengan usaha untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik seperti perkembangan teknologi, arsitektur, dan sebagainya. Untuk menggabungkan prinsip-prinsip tradisional tersebut ke dalam rancangan arsitektur masa kini diperlukan pendekatan yang mampu memadukan keduanya dengan baik. Dengan kata lain 4

menekankan pada penggunaan unsur-unsur budaya lokal dalam aspek perancangan. Rancangan arsitektur tersebut diharapkan mampu menggunakan memori atau kenangan, sejarah setempat serta mampu menjadi media penggunaan prinsip-prinsip simbolik dalam usaha untuk menampilkan ekspresi kebudayaan setempat pada bangunan. Gagasan-gagasan seperti yang disebutkan sebelumnya tidak lain merupakan salah satu karakter dan prinsip dalam aliran arsitektur Post-Modern. Menurut Heinrich Klotz ( Th 1984 ), Arsitektur Post-Modern memiliki beberapa karakteristik dan prinsip yang diterapkan pada karyanya, antara lain : Karakteristik arsitektur Post-Modern Regionalisme Representasi fiksional Bangunan sebagai work of the art of building Puisi telah menggantikan utopia teknologi Menggunakan memori atau kenangan,sejarah Melihat bangunan secara relatif Tidak mendasarkan pada suatu langgam dominan Estetika yang tidak terpisah dari kehidupan fisik Prinsip arsitektur Post-Modern : Pluraristik beragam Komunikatif sebagai alat komunikasi Tempat dan sejarah berakar pada tempat dan sejarah Dari berbagai penjelasan dan karakteristik serta prinsipprinsip Post-Modern diatas maka dapat dilihat aliran Post-Modern Regionalisme merupakan aliran yang paling tepat untuk diterapkan pada perancangan Museum Budaya di Pontianak, Kalimantan Barat karena aliran ini mencoba mengangkat kembali karakteristik lokal yang menonjol pada kawasan ini serta menggabungkan beberapa komponen lain didalamnya. 5

Dengan aliran Post-Modern sebagai pendekatan dalam perancangan bangunan Museum Budaya ini, perpaduan antara prinsip-prinsip tradisional dengan rancangan arsitektur masa kini dapat terwujud sehingga rancangan bangunan Museum Budaya ini mampu menghadirkan nuansa budaya yang mengikuti perkembangan jaman. I.2. RUMUSAN PERMASALAHAN Bagaimana wujud rancangan bangunan Museum Budaya di Pontianak yang komunikatif dan mampu mengekspresikan kebudayaan setempat melalui penataan ruang dalam dan fasade bangunan dengan pendekatan Arsitektur Post-Modern Regionalisme yang dipadukan dengan prinsip-prinsip dalam Arsitektur tradisional etnis Dayak? I.3. TUJUAN DAN SASARAN I.3.1. Tujuan Terwujudnya rancangan bangunan yang komunikatif dan mampu mengekspresikan kebudayaan setempat pada Museum Budaya di Pontianak melalui penataan ruang dalam dan fasad bangunan dengan pendekatan Arsitektur Post-Modern yang dipadukan dengan prinsip-prinsip dalam Arsitektur Tradisional Dayak. I.3.2. Sasaran Terwujudnya rancangan tata ruang dalam dan fasad bangunan Museum Budaya yang memadukan Arsitektur Post-Modern dengan prinsip-prinsip dalam Arsitektur Tradisional Dayak. 6

Terwujudnya rancangan tata ruang dalam dan fasad bangunan Museum Budaya yang komunikatif dan mampu mengekspresikan kebudayaan setempat. I.4. LINGKUP STUDI I.4.1. Materi Studi Materi studi dibatasi pada teori perancangan tata ruang dalam dan fasad bangunan yang menggunakan prinsip-prinsip arsitektur tradisional etnis Dayak yang dipadukan dengan aliran Post Modern. Teori perancangan tata ruang meliputi bentuk, material, warna, tekstur, dalam kaitannya terhadap elemen pembentuk ruang. I.4.2. Pendekatan Arsitektur Post Modern digunakan sebagai pendekatan dalam perancangan bangunan Museum Budaya ini, karena salah satu pemikirannya menekankan pada penggunaan unsur-unsur budaya lokal dalam aspek perancangan. I.5. METODE STUDI I.5.1. Pola Prosedural Metode studi yang akan dipakai dalam penyusunan Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Bangunan Museum Budaya di Pontianak adalah dengan cara deduktif, dimulai dengan pengumpulan dan deskripsi data, teori-teori dan studi literatur. Kemudian tahap analisis untuk memperoleh pendekatan ide dan gagasan konsep perencanaan dan perancangan Museum Budaya di Pontianak. 7

I.5.2. Tata Langkah BAB I. PENDAHULUAN Terdapat kecenderungan terjadinya penurunan nilai budaya akibat kurangnya kesadaran terhadap pentingnya pendidikan dan pelestarian budaya, khususnya di Kota Pontianak. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Pengadaan Museum Budaya di Pontianak Sebagai sarana pendukung kebudayaan, Museum Budaya diharap mampu menunjukkan dan mengkomunikasikan karakter budaya yang diusungnya, yaitu budaya etnis Dayak, dengan baik. Dalam mengkomunikasikan ekspresi budaya tersebut pada rancangan bangunan, penataan ruang dalam dan fasad bangunan merupakan bagian yang paling esensial. Kebudayaan, sebagai suatu bentuk usaha manusia untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, juga perlu untuk berkembang mengikuti perkembangan jaman. Museum Budaya di Pontianak yang komunikatif dan mampu mengekspresikan kebudayaan setempat melalui penataan ruang dalam dan fasad bangunan dengan pendekatan Arsitektur Post-Modern yang dipadukan dengan prinsip-prinsip dalam Arsitektur tradisional Dayak LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Bagaimana wujud rancangan bangunan Museum Budaya di Pontianak yang komunikatif dan mampu mengekspresikan kebudayaan setempat melalui penataan ruang dalam dan fasad bangunan dengan pendekatan Arsitektur Post-Modern Regionalisme yang dipadukan dengan prinsip-prinsip dalam Arsitektur tradisional etnis Dayak? RUMUSAN PERMASALAHAN BAB IV. TINJAUAN PUSTAKA LANDASAN TEORITIKAL Teori Tata Ruang dan Fasade Teori Arsitektur Trad. Dayak Teori Arsitektur Post-Modern Tinjauan Tentang Kota Pontianak BAB III MUSEUM BUDAYA PTK Tinjauan Museum Budaya BAB II TINJ. RANC. MUSEUM Perwujudan Rancangan Bangunan yang Komunikatif ANALISIS PENEKANAN STUDI Perwujudan Rancangan Bangunan Yang Komunikatif dan Mampu Mengekspresikan Kebudayaan Setempat BAB V. ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ANALISIS PROGRAMATIK - Analisis Perencanaan - Analisis Perancangan BAB VI. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KONSEP PERANCANGAN MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK Konsep Programatik Konsep Penekanan Desain KONSEP PERENCANAN MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK 8

I.6. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN Membahas latar belakang eksistensi proyek, latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup studi, metode studi, tata langkah, dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PERANCANGAN MUSEUM Berisi tinjauan teori tentang museum, antara lain esensi museum yang meliputi pengertian museum dan klasifikasi museum, kemudian standar kebutuhan dan besaran ruang museum. BAB III MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK Berisi tentang tinjauan umum kota Pontianak sebagai lokasi perancangan bangunan Museum Budaya, tinjauan kebudayaan suku Dayak, serta tipologi bangunan Museum Budaya. BAB IV TINJAUAN PUSTAKA LANDASAN TEORITIKAL Berisi tinjauan aspek komunikatif, tinjauan teori tata ruang dan fasad, tinjauan teori kebudayaan, tinjauan Arsitektur Tradisional Dayak, dan tinjauan Arsitektur Post Modern. BAB V ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi analisis programatik dan analisis penekanan studi yang meliputi analisis wujud rancangan bangunan yang komunikatif, analisis prinsip rancangan perpaduan arsitektur tradisional etnis Dayak dengan Post Modernisme, dan temuan wujud rancangan bangunan yang komunikatif dan mampu mengekspresikan kebudayaan setempat 9

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi kesimpulan berupa gagasan konsep perencanaan dan perancangan Museum Budaya di Pontianak yang ditarik berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumya. 10