BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyana (2010:108), salah satu prinsip komunikasi adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. tenaga profesional untuk menanganinya (Mangunsong,2009:3). Adapun pengertian tentang peserta didik berkebutuhan khusus menurut

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Anak tuna rungu

BAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan berbagai kesempurnaan.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan cenderung menutup diri dari lingkungannya. Pandangan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menginterpretasikan makna (Wood, 2007:3). baik, contohnya adalah individu yang menyandang autisme.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Persada,2007), p.1 2 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern, pendekatan praktis (Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2011), p.1.

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran, baik sebagian maupun seluruhnya yang berdampak kompleks

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

BAB I PENDAHULUAN. yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISA PENDEKATAN HUMANISTIK DENGAN TEKNIK CLIENT-CENTERED OLEH GURU KELAS DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TUNARUNGU

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan suatu hal yang penting dalam berbagai strategi tindakan manusia sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Hubungan antar manusia tercipta melalui komunikasi, baik komunikasi verbal (bahasa) maupun komunikasi non verbal (simbol, gambar atau media komunikasi lainnya). Komunikasi juga bergantung pada kemampuan kita untuk memahami satu sama lain, salah satu tujuan utama dari komunikasi itu sendiri adalah pemahaman (West, 2008:5). Komunikasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain bisa dikategorikan sebagai komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal. Menurut DeVito (2008:4), menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan nonverbal di antara dua orang atau lebih. Banyak orang menganggap bahwa berkomunikasi adalah sesuatu yang sangat mudah, namun ketika mereka menemukan hambatan saat mereka berkomunikasi disaat itulah komunikasi menjadi satu hal yang tidak mudah dan perlu dipahami lebih mendalam. Situasi seperti itu menjadi rumit karena seseorang tidak berhasil menyampaikan maksudnya kepada lawan bicaranya (komunikan) sehingga proses komunikasi berjalan tidak efektif. Proses 1

komunikasi yang terhambat seperti demikian seringkali terjadi pada interaksi komunikasi yang melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus atau yang bisa disingkat ABK, panggilan ini diterapkan di berbagai lembaga pendidikan seperti di sekolah, tempat terapi, atau universitas. Bagi masyarakat, terutama di perkotaan, Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang meyandang kelainan ataupun kekurangan secara fisik dan mental. Terlebih kendala dalam berkomunikasi akan sering dijumpai oleh anak yang menyandang tunarungu, mereka yang mengalami masalah dalam hal pendengaran dan bicara akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri mereka dalam bersosialisasi karena mereka merasa sulit dalam berkomunikasi dengan teman sebayanya ataupun dengan orang di sekelilingnya sehingga banyak diantara mereka yang lebih memilih untuk menjadi pendiam dan tidak mau banyak berkomunikasi. Tentu ini menjadi kekhawatiran dari beberapa orang tua yang memiliki anak dengan keterbatasan tersebut, karena kepercayaan diri seorang anak akan mempengaruhi masa depan anak itu sendiri. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2010, ada kenaikan yang cukup signifikan pada jumlah penyandang tunarungu di Indonesia. Pada 2000, jumlah penyandang tunarungu mencapai 205,1 juta jiwa. Sementara pada tahun 2010 naik menjadi 234,2 juta jiwa. Data tersebut merupakan hasil sensus penduduk tahun 2010. Dengan jumlah masyarakat penyandang tunarungu sebanyak itu. pemerintah juga memberikan fasilitas pendidikan bagi mereka. Pratiwi & Murtiningsih (2013:28) 2

Dalam buku Panduan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping, disebutkan bahwa anak-anak dengan disabilitas pendengaran memiliki ciriciri atau tanda-tanda seperti: 1. Tidak menunjukkan reaksi terkejut terhadap bunyi-bunyian atau tepukan tangan yang keras pada jarak satu meter. 2. Tidak bisa dibuat tenang dengan suara ibunya atau pengasuh. 3. Tidak bereaksi bila dipanggil namanya atau acuh tak acuh terhadap suara sekitarnya. 4. Tidak mampu menangkap maksud orang saat berbicara bila tidak bertatap muka. 5. Tidak mengetahui arah bunyi. 6. Kemampuan bicara tidak berkembang. 7. Perbendaharaan kata tidak berkembang. 8. Sering mengalami infeksi di telinga. 9. Kalau bicara sukar dimengerti. 10. Tidak bisa memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu tertentu. 11. Kelihatan seperti anak yang kurang menurut atau pembangkang. 12. Kelihatan seperti lamban atau sukar mengerti. 1 Menurut Mangunsong dalam Pandji (2013:2), pengertian anak yang tergolong luar biasa atau memiliki kebutuhan khusus adalah Anak yang secara signifikan berbeda dimensi yang penting dari fungsi kemanusiannya. 1 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. 2013. PANDUAN PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BAGI PENDAMPING (ORANG TUA, KELUARGA, DAN MASYARAKAT). Dalam http://www.menegpp.go.id/v2/index.php/daftar-buku/produk-bidang-perlindungananak?download=725%3apanduan-penanganan-abk-bagi-pendamping-orang-tua-keluarga-danmasyarakat. Pada tanggal 20 Maret 2014. Pukul 21.00 Pm. 3

Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak berbakat dengan intelegensi yang tinggi dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional. Tenaga profesional yang memiliki hati terhadap anak berkebutuhan khusus sangat dibutuhkan, peran pemerintah dalam membangun sekolahsekolah luar biasa di Indonesia juga akan membantu anak-anak yang berkebutuhan khusus terlebih bagi para penyandang tunarungu untuk tetap memiliki rasa percaya diri, karena hal tersebut merupakan kunci keberhasilan mereka ke depannya untuk bersaing dengan anak-anak normal lainnya ketika mereka dewasa. Di dalam sekolah mereka bisa beraktivitas layaknya anakanak normal, mereka bisa berinteraksi satu dengan yang lainnya serta mendapatkan pengajaran-pengajaran untuk bekal mereka ke depannya. Banyak orang yang memandang sebelah mata kepada anak berkebutuhan khusus, seharusnya yang dilakukan adalah orang-orang disekeliling anak berkebutuhan khusus harus mendukung keterbatasan mereka dengan memberikan semangat. Berawal dari sebuah lembaga pendidikan khusus, Hellen Keller, tunaganda yang menjelma menjadi aktivis politik dan dosen, Temple Grandin, Doktor di bidang sains hewan yang autis, Stephen Hawking, ahli fisika dan ahli matematika tundaksa, atau juga Charles Burke aktor televisi, penyanyi yang down syndrome, kata kunci yang menghantarkan mereka 4

menjadi tokoh-tokoh berprestasi skala internasional adalah pendidikan dengan pendekatan khusus yang tepat dan diberikan dengan kesungguhan. Pandji (2013:29) Demikian, anak-anak yang peneliti temui di SLB B Pangudi Luhur yang menjadi objek penelitian ini, mereka membangun kepercayaan diri mereka dan dapat bersosialisasi dengan teman sebaya maupun dengan keluarga besar mereka, sehingga ketika mereka dilepas ke dunia kerjaa mereka bisa berhasil karena telah dibekali pendidikan di bangku sekolah. Tidak jarang dari mereka menjadi seorang pelukis, model, penari, designer dan bahkan seorang photografer. Mungkin bagi seorang yang normal, yang tidak memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi akan mudah untuk bersaing dalam profesi mereka. Tapi bagaimana dengan mereka yang terbatas dengan pendengaran dan cara bicara mereka, tentu ini ada peran penting dari pengajar profesional seperti guru ataupun terapi serta peran orang tua juga dalam membentuk konsep diri yang positif dalam diri anak tunarungu, karena yang mereka buthkan adalah dukungan semangat serta penerimaan dari lingkungan sekitarnya. Peneliti bertemu dengan dua orang anak yang menderita tunarungu namun dilahirkan dan dibesarkan di keadaan yang berbeda. Sebut saja A dan B, A menderita tunarungu namun kedua orangtua yang selalu mendukung A sehingga ketika A menyelesaikan TKLB di SLB B Pangudi Luhur, kedua orangtuanya memutuskan untuk mengirim A ke sekolah umum karena mereka percaya bahwa anaknya akan mampu bersosialisasi dengan baik dan dapat mengikuti setiap pelajaran yang akan dihadapi. Dapat diamati bahwa 5

dengan dukungan orangtua dan juga guru di SLB B Pangudi Luhur A tahun ini akan menjadi mahasiswi sebuah Universitas Swasta yang cukup ternama di kota Tangerang. A banyak bercerita bahwa kedua orangtuanya serta temanteman sewaktu sekolah selalu membantu dia dalam berkomunikasi, sehingga saat ini komunikasi bukan sesuatu yang sulit bagi A. A mengatakan juga bahwa peran keluarga, guru serta komunitas akan sangat membantu anak berkebutuhan khusus dalam menjalani hari-harinya. Berbeda dengan si A, B dilahirkan sebagai anak yang sulit dalam berkomunikasi saat ini usianya sudah menginjak 22 tahun, berbicara pun masih sulit untuk dimengerti. Ia bercerita bahwa selepas SMP kedua orangtuanya menarik dia dari bangku sekolah SLB B Pangudi Luhur dan selalu mengatakan bahwa B tidak akan bisa menjadi normal, kata-kata negatif terus diperdengarkan sampai akhirnya ia tumbuh menjadi anak yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak pandai bersosialisasi karena tidak ada komunitas yang dapat membentuk konsep diri dari B. apapun yang menjadi hobinya tidak didukung oleh kedua orangtuanya sehingga B hanya bisa berpasrah, ia tidak bisa menggali setiap potensi yang ada dalam dirinya karena tudingan orang di sekitarnya. Dari kedua kasus di atas, dapat dinyatakan bahwa keberadaan serta dukungan orang-orang sekitar anak berkebutuhan khusus memberi kontribusi positif yang besar dalam pembentukan konsep diri anak berkebutuhan khusus, apakah ia menjadi anak yang pemalu atau percaya diri dengan keterbatasan yang ia miliki. Hal tersebut yang akan membentuk konsep diri anak-anak berkebutuhan khusus tersebut, apakah ia memilki konsep diri yang positif 6

atau cenderung negatif. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti memilih untuk meneliti mengenai komunikasi interaksional guru dan murid berkebutuhan khusus dalam membentuk konsep diri (studi pada guru dan siswa SMALB B Pangudi Luhur). Peneliti memilih topik tersebut karena melihat bahwa komunikasi menjadi satu dasar manusia untuk bertahan dalam menjalani kehidupannya, termasuk untuk mereka yang memang membutuhkan penanganan khusus karena ketidak sempurnaannya dalam mendengar dan berbicara. Dalam hal ini, peneliti mengambil komunikasi interaksional yang dilakukan oleh guru SMALB Pangudi Luhur karena di bidang studi tertentu pasti ada sebuah komunikasi yang terjadi untuk membangun sebuah hubungan yang lebih dekat antara pengajar dan murid. Peneliti tertarik untuk meneliti siswa tunarungu karena melihat banyak dari alumni siswa SMALB Pangudi Luhur yang berhasil dalam pekerjaannya setelah mereka lulus tingkat SMA mereka yang berprofesi sebagai seorang model, penari, designer bahkan fotografer. Tentunya akan ada pengajaran serta komunikasi yang baik yang dilakukan oleh Guru SLB B Pangdi Luhur dalam membentuk konsep diri yang dimiliki oleh anak-anak berkebutuhan khusus tersebut, karena konsep diri tidak muncul dengan sendirinya, tapi akan ada peran dari lembaga pendidikan yaitu guru yang senantiasa membimbing, peran orang tua, dari diri anak berkebutuhan khusus itu sendiri serta peran lingkungan. 7

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana komunikasi interaksional guru dan murid berkebutuhan khusus dalam membentuk konsep diri (studi pada guru dan siswa tunarungu SMALB B Pangudi Luhur)? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi interaksional guru dan murid berkebutuhan khusus dalam membentuk konsep diri (studi pada guru dan siswa tunarungu SMALB B Pangudi Luhur) 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis Melihat topik penelitian mengenai komunikasi interaksional guru dan murid berkebutuhan khusus dalam membentuk konsep diri terbilang langka, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam bidang akademis dan juga dapat merangsang peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan dari topik penelitian ini. 1.4.2 Kegunaan Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapar memberikan masukanmasukan kepada orang tua dan pihak pengajar yang lain dalam membimbing, mendampingi serta memberikan motivasi kepada anak-anak tunarungu. 8