III. METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Peta Lokasi Peneliti. Peta Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

II. BAHAN DAN METODE

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

II. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

Gambar 4 Peta lokasi penelitian (Sumber: Hasil olahan 2012)

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Metode Penelitian Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

IV METODE PENELITIAN

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

3. METODOLOGI. Gambar 5 Peta lokasi penelitian di kabupaten Sukabumi.

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

A. Kerangka Pemikiran

IV. METODE PENELITIAN

5 IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH KABUPATEN KUPANG

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN

V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

BAB III METODE PENELITIAN

C E =... 8 FPI =... 9 P

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alasan peneliti memilih desa Sipiongot kecamatan Dolok Kabupaten

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran

BAB IV METODE PENELITIAN. kabupaten, yaitu Kabupaten Badung dan Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali.

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS SPASIAL SUMBERDAYA PESISIR KABUPATEN BANGKA BARAT UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN AMINI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

Transkripsi:

36 36 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Budidaya pembesaran ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) dengan sistem KJA dan budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) dengan sistem Long line menjadi alternatif untuk mengatasi kendala peningkatan produksi perikanan laut. Hal yang penting dalam pengembangan usaha ini adalah harga jual produksi dari tahun ke tahun semakin baik dan sangat prospektif. Pengembangan budidaya perikanan di kawasan Teluk Levun didasarkan pada kondisi sumberdaya ikan menurun yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan ikut menurun, sehingga memicu pembudidaya ikan meningkatkan pendapatan melalui usaha budidaya laut (mariculture) dengan komoditi ikan kerapu dan rumput laut. Pemilihan lokasi, pengukuran parameter pendukung untuk mendapatkan karakteristik kawasan Teluk dan estimasi daya dukung perairan merupakan syarat apabila hendak mengembangkan budidaya kerapu maupun rumput laut. Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan dan juga dampak dari kegiatan lain yang sama-sama memanfaatkan wilayah tersebut. Daya dukung merupakan konsep yang tepat dalam memanfaatkan sumberdaya secara terbatas. Dalam menentukan batas penggunaan sumberdaya dan kontrol pengembangan yang sangat obyektif, digunakan metode analisis daya dukung perairan. Tujuan dari usaha budidaya ikan kerapu dan rumput laut, yaitu memperoleh nilai manfaat berupa keuntungan dari segi finansial maka perlu dilakukan analisis kriteria kelayakan usaha budidaya tersebut. Data dan informasi yang terkumpul dianalisis dan dirumuskan untuk mengetahui prospek pengembangan usaha budidaya di Kabupaten Maluku Tenggara. Analisis alokasi sumberdaya melalui optimasi dilakukan dengan menggunakan LGP (Linear Goal Programming). Kebijakan prioritas pengembangan komoditi budidaya perikanan di Teluk Levun menjadi lebih terarah dilakukan dengan pendekatan Proses Hierarki Analitik/AHP (Analysis Hierarchy Proses). Dengan analisis tersebut dapat ditentukan kebijakan prioritas kegiatan pemanfaatan ruang yang optimal. Secara skematis diagram alur kerangka pikir dalam penelitian, disajikan pada Gambar 8.

37 37 Permasalahan Kondisi dan Potensi Kawasan Perairan Teluk Levun untuk Kegiatan Budidaya Budidaya Ikan Kerapu dan Rumput Laut Kondisi Aktual Karakteristik Perairan Teluk Levun dan Sarana Input Produksi Analisis Optimasi Pemanfaatan (LGP) Analisis Kesesuaian Perairan Teluk Levun untuk Budidaya Perikanan Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kebijakan Prioritas Pengembangan Komoditi Budidaya di Kawasan Perairan Teluk Levun (AHP) Rekomendasi Pemanfaatan Kawasan Teluk Levun yang Optimal dan Berkelanjutan Gambar 8. Diagram Alur Kerangka Pikir Keterangan : = ruang lingkup

38 38 3.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi kasus (case study). Tujuan studi kasus untuk memberikan gambaran tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus, tipe pendekatan dan penelaahannya terhadap satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif (Faisal 2001). Satuan kasusnya adalah budidaya ikan kerapu dan budidaya rumput laut. Penentuan lokasi yang menjadi satuan kasus tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa lokasi yang dipilih merupakan sentra usaha budidaya perikanan dan rencana pengembangan budidaya perikanan di Kabupaten Maluku Tenggara. 3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan Agustus 2010. Lokasi penelitian adalah di kawasan Teluk Levun yang secara administrasi berada pada wilayah Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Pemilihan lokasi didasari atas pertimbangan telah dilakukannya kegiatan budidaya ikan kerapu dan rumput laut di Teluk Levun yang pemanfaatannya belum optimal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.4. Metode Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di sekitar Teluk Levun, baik yang terkait langsung maupun tidak dengan keberadaan budidaya perikanan di Teluk Levun dan instansi-instansi yang terkait dalam pengembangan budidaya perikanan. Adapun metode pengambilan sampel/responden yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan responden tidak secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu atau sengaja. Hal yang menjadi acuan dalam pengambilan responden adalah sebagai berikut; (1) responden yang dipilih adalah pelaku usaha yang terlibat langsung dengan kegiatan memproduksi dan perdagangan ikan kerapu dan rumput laut. (2) responden lain yang terkait dengan penelitian ini sesuai dengan jenis dan tujuan penggunaan data yang diperlukan. Jumlah responden 44 orang, yang dikelompokan sesuai dengan tujuan analisis yaitu : pembudidaya kerapu 7 orang, pembudidaya rumput laut 24 orang,

39 39 Dinas Kelautan dan Perikanan 2 orang, BAPEDA 2 orang, LSM 2 orang, tokoh masyarakat setempat 2 orang, Perguruan Tinggi terkait 2 orang, mitra bisnis 2 orang, BPS 1 orang. Jumlah responden dan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Responden yang Dipilih No Responden Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Pembudidaya Ikan Kerapu 7 15,90 2 Pembudidaya Rumput Laut 24 54,54 3 Key Information 13 29,54 Jumlah 44 100 3.5. Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan penelitian dan metode penelitian yang digunakan, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis data, yaitu: (1) data primer, yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, dengan metode wawancara yang mendalam (depth interview) kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan (questionnaire) yang telah disusun sesuai dengan keperluan analisis dan tujuan penelitian (2) data sekunder, yaitu data penunjang yang dikumpulkan dari Bapedal Kabupaten Maluku Tenggara, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Maluku Tenggara, Kantor Statistik Kabupaten Maluku Tenggara dan lembaga-lembaga yang berhubungan dengan materi penelitian, maupun yang berasal dari publikasi dan hasil penelitian yang pernah dilakukan melalui penelusuran pustaka. Data yang dikumpulkan berupa data teknik budidaya perikanan, produksi perikanan dan harga jual, prasarana dan sarana yang ada, kegiatan ekonomi di lokasi penelitian. Secara rinci pengumpulan data primer dan data sekunder tersaji pada Tabel 4.

40 40 Tabel 4. Pengumpulan Data Penelitian Primer dan Sekunder di Teluk Levun Data Jenis Data Sumber Data -Teknik Budidaya Perikanan - Sosial Ekonomi - Key informatin Potensi sumberdaya perikanan laut Jumlah produksi, biaya budidaya dan harga jual (kerapu dan rumput laut), data perkembangan usaha budidaya Primer Sekunder Primer dan sekunder DKP Kabupaten Maluku Tenggara (data tahun 2010), Akademisi, pengusaha, pemerintah daerah setempat, masyarakat pesisir di Teluk Levun dan Observasi lapangan DKP Kabupaten Maluku Tenggara, Dinas dan Instansi terkait Pembudidaya, DKP Maluku Tenggara, BappedaTual, Statistik, BBL Tual (data tahun 2010) Kondisi oseanografi, fisika, kimia perairan Primer dan sekunder Observasi Lapangan, DKP Maluku Tenggara (data tahun 2010) dan penelitian-penelitian yang terkait. Finansial untuk budidaya Perikanan (kerapu dan rumput laut) Primer dan sekunder Observasi Lapangan, DKP Maluku Tenggara, Peta Kabupaten Maluku Tenggara Sekunder Bakosurtanal Beberapa data parameter lingkungan perairan dibagi menjadi parameter fisika dan kimia perairan dengan standar baku parameter kualitas fisik perairan untuk usaha budidaya laut. Parameter kualitas lingkugan perairan terlihat pada Tabel 5.

41 41 Tabel 5. Kriteria Lokasi Penelitian untuk Pengembangan Budidaya di Teluk Levun 1). Fisika : Parameter Satuan Jenis Data Analisis dan Perumusan 1. Kecepatan m/det Data sekunder Pembandingan dengan 2. Suhu ⁰C Data sekunder Kondisi Ideal Untuk 3. Kecerahan M Observasi Budidaya Laut 4. Kedalaman M Interpretasi citra dan Observasi 2). Kimia : Parameter Satuan Jenis Data Analisis dan Perumusan 1. Salinitas ppt Data sekunder Pembandingan dengan 2. ph - Data sekunder Kondisi Ideal Untuk 3. Oksigen terlarut mg/l Data sekunder Budidaya Laut 4. Nitrat (NO₃-N) mg/l Data sekunder 5. Fosfat (PO₄-P) mg/l Data sekunder 3). Sosial Ekonomi : Parameter Satuan Jenis Data Analisis dan Perumusan 1. Keterlindungan Observasi 2. Subtrat Observasi Data sekunder 3. Aspek Legal Wawancara Deskripsi 4. Kemudahan Akses Observasi, Wawancara 5. Konflik Pengguna Lahan Observasi, Wawancara 6. Keamanan Wawancara 3.6. Analisis Data Untuk memecahkan permasalahan dan mencapai tujuan penelitian tersebut di atas, maka digunakan beberapa analisis yaitu: 3.6.1. Analisis Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Perikanan Kesesuaian perairan dalam pemanfaatan dianalisis berdasarkan kriteria persyaratan masing-masing pemanfaatannya, dimana tiap-tiap kriteria dan persyaratan tersebut diidentifikasi dengan mempertimbangkan masing-masing parameter pembatasnya. Penyusunan matriks kesesuaian merujuk pada pengkajian kriteria lokasi penelitian untuk pengembangan budidaya. Setiap kriteria diidentifikasi secara terpisah dengan mempertimbangkan masing-masing parameter pembatasnya. Setiap kriteria dan parameter disusun berdasarkan bobot dan skor yang ditentukan berdasarkan studi pustaka atau justifikasi oleh para ahli (expert). Pemberian bobot berdasarkan pertimbangan

42 42 pengaruh variabel dominan, sedangkan nilai skor didasari atas tingkat kesesuaian masing-masing kriteria. Penyusunan matriks kesesuaian lahan didasarkan atas kriteria penilaian kesesuaian perairan yang merupakan tahap penting dalam menyiapkan data yang akan dianalisis. Penentuan kesesuaian lahan budidaya dimodifikasi dari kriteria yang dikembangkan oleh Rachmansyah (2004). Faktor utama kelayakan yang diperlukan untuk budidaya perikanan dibagi dalam 3 kategori. Kategori 1 terkait dengan ekologi; kategori 2 terkait dengan desain tata letak (layout); kategori 3 terkait dengan aspek sosial ekonomi dan kelembagaan. Nilai kelayakan masingmasing bobot parameter dikalikan dengan nilai skor. Nilai akhir kesesuaian dibagi dalam tiga kelas yang didefenisikan sebagai berikut: Kelas S1= Sangat sesuai (Highly Suitable): Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya dan tidak akan menaikan masukan/tingkatan perlakuan yang diberikan; Kelas S2= Sesuai (Moderately Suitable). Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan meningkatkan masukan /tingkatan perlakuan yang diperlukan. Kelas N= Tidak sesuai (Not Suitable): Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut. Penyusunan matriks kesesuaian merujuk pada kriteria (DKP 2002). Secara rinci kriteria penilaian kesesuaian perairan untuk budidaya laut di Teluk Levun disajikan pada Tabel 6.

43 43 Tabel 6. Kriteria Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Perikanan di Teluk Levun Kondisi Kondisi Angka Parameter Bobot Skor Ideal perairan Penilaian 1 2 3 5 6 7 Kategori 1 40 Kecepatan arus (cm/det) Suhu air (⁰C) Kecerahan air (m) Kedalaman pada surut (m) Salinitas (ppt) ph Oksigen terlarut (ppm) Nitrat Fosfat Sub total Kategori 1 = Kategori 2 30 Keterjangkauan Tenaga Kerja Kondisi Masyarakat Kemudahan akses Sub total Kategori 2 = Kategori 3 30 Keterlindungan Keamanan Aspek Legal Konflik kepentingan Subtrat Sub total Kategori 3 = Sumber : Rachmansyah (2004) Total Nilai Kategori 1 2 3 = Klasifikasi kesesuaian : Sangat sesuai : 67-100 Sesuai : 34-66 Tidak sesuai : < 34 Keterangan : 1. Angka Penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002) yaitu: 5 = Baik ; 3 = Sedang ; 1 = Kurang. 2. Bobot berdasarkan pertimbangan pengaruh Variabel Dominan 3.6.2. Analisis Optimasi Pemanfaatan Kawasan Teluk Levun Optimal pemanfaatan sumberdaya ikan kerapu dan rumput laut menggunakan model linear goal programming (LGP). Penetapan target ditentukan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan pengelolaan wilayah pesisir di

44 44 daerah penelitian, sedangkan perumusan model akan memperhitungkan kemampuan ketersediaan perairan di wilayah bersangkutan. Target optimasi dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan informasi rencana strategi pengembangaan wilayah dan rencana tata ruang wilayah kabupaten Maluku Tenggara. Tiga target utama dalam perumusan model, yaitu : peubah keputusan, kendala tujuan dan kendala riil. 1. Peubah keputusan : X 1 X 2 : luas lahan yang sesuai untuk budidaya kerapu : luas lahan yang sesuai untuk budidaya rumput laut 2. Fungsi Tujuan : 3. Kendala tujuan/sasaran : Kendala Produksi Ikan Kerapu (PIK) ki : produksi ikan kerapu per tahun pada penggunaan sumberdaya lahan Xj PIK : Target peningkatan produksi ikan kerapu pada kondisi optimal ki. X 1 d 1 PIK ( kg per tahun) Kendala Produksi Rumput Laut (PRL) li : produksi rumput laut per tahun pada penggunaan sumberdaya lahan Xj PRL : Target peningkatan produksi ikan kerapu pada kondisi optimal li. X 2 d 2 PRL ( kg per tahun) Kendala Tenaga Kerja (TK) ti 1 : waktu yang dibutuhkan tenaga kerja ikan kerapu per tahun pada penggunaan sumberdaya lahan Xj TK : Target jumlah waktu yang dibutuhkan pada kondisi optimal ti 1. X 1 d 3 TK ( jam per tahun) ti 2 : waktu yang dibutuhkan tenaga kerja ikan kerapu per tahun penggunaan sumberdaya lahan Xj TK : Target jumlah waktu yang dibutuhkan pada kondisi optimal ti 2. X 2 d 4 TK ( jam per tahun)

45 45 Kendala Pendapatan Asli Daerah (PAD) di : pendapatan asli daerah per tahun pada penggunaan sumberdaya lahan Xj PAD : Target peningkatan pendapatan asli daerah pada kondisi optimal di 1. X 1 Kendala Daya Dukung Kawasan (DDK) bi di 2. X 2 d 5 - d 5 PAD ( Rp per tahun) : daya dukung kawasan pada penggunaan sumberdaya lahan Xj DDK : Target daya dukung kawasan pada kondisi optimal bi 1. X 1 bi 2. X 1 d 6 - d 6 DDL ( ha) Kendala Harga Benih Ikan Kerapu (HBIK) hi : harga benih ikan kerapu pada penggunaan sumberdaya lahan Xj HBIK : Target harga benih ikan kerapu pada kondisi optimal hi. X 1 d 7 HBIK ( Rp per ekor) Kendala Harga Bibit Rumput Laut (HBRL) ji : harga bibit rumput laut pada penggunaan sumberdaya lahan Xj HBRL : Target harga bibit rumput laut pada kondisi optimal ji. X 2 d 8 Kendala Harga Pakan Rucah (HPR) pi HPR HBRL ( Rp per kg) : harga pakan rucah pada penggunaan sumberdaya lahan Xj : Target harga pakan rucah pada kondisi optimal pi. X 1 d 9 HPR ( Rp per kg) Kendala Penggunaan Modal bagi Budidaya Ikan Kerapu (MIK) mi 1 : penggunaan modal budidaya ikan kerapu pada penggunaan sumberdaya lahan Xj MBIK : Target penggunaan modal usaha budidaya ikan kerapu pada kondisi optimal mi 1. X 1 d 10 MBIK ( Rp) Kendala Penggunaan Modal bagi Budidaya Rumput Laut (MRL) mi 2 : penggunaan modal budidaya rumput laut pada penggunaan sumberdaya lahan Xj MRL : Target penggunaan modal usaha budidaya rumput laut pada kondisi optimal

46 46 mi 2. X 2 d 11 MRL ( Rp) Banyaknya tujuan yang ingin dicapai, maka diperlukan penetapan prioritas tujuan. Menurut Budiharsono (2001) tujuan yang paling penting atau paling dahulu yang hendak dicapai ditetapkan sebagai prioritas ke-1, kemudian prioritas ditetapkan berdasarkan kepentingan tujuan tersebut. Pada penelitian ini yang paling diutamakan adalah perluasan area budidaya perikanan yang mempengaruhi peningkatan jumlah produksi, namun tetap mempertahankan daya dukung karena hal tersebut merupakan isu utama dalam menjamin keberlanjutan budidaya laut. 3.6.3. Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha dilakukan dalam 2 (dua) tahapan. Pertama; analisis usaha, merupakan evalusasi keuangan untuk mengetahui keberhasilan usaha yang dicapai. Analisis usaha yang dilakukan terdiri dari Keuntungan (π), Revenue cost ratio (R/C), Return of investment (ROI), Break Event Point (BEP). (1). Keuntungan (π) Keuntungan (π) merupakan analisis untuk mengetahui besarnya keuntungan dari usaha yang dikelola. Suatu usaha dikatakan menguntungkan akan memiliki nilai penerimaan lebih besar dari pada total pengeluaran. Dimana: π = Keuntungan TR = Total penerimaan TC = Total pengeluaran (2). Revenue Cost Ratio (R/C) π = TR TC Revenue cost ratio merupakan analisis untuk mengetahui berapa keuntungan relatif suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatatan layak bila R/C > 1. Semakin tinggi nilai R/C maka tingkat keuntungan usaha semakin baik. (3). Return of investment (ROI) R/C = Return of investment merupakan nilai keuntungan yang diperoleh pembudidaya dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu. Perhitungan ROI menurut Sudradjat (2008) mengikuti rumus berikut.

47 47 (4). Break Event Point (BEP) Analisis break event point merupakan alat analisis untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai titik impas (tidak untung dan tidak rugi). Usaha dinyatakan layak bila nilai BEP produksi lebih besar dari jumlah unit yang sedang diproduksi saat ini. Sementara BEP harga harus lebih rendah daripada harga yang berlaku saat ini. BEP Produksi = BEP Harga = Kedua; Analisis biaya manfaat merupakan analisis terhadap kegiatan usaha dengan memperhitungkan biaya dan manfaat dalam suatu usaha dengan menggunakan alat ukur Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Rasio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Perhitungan analisis ini dilakukan pada kondisi optimal dan mengikuti Kadariah (2001). (1). Net Present Value (NPV) Tujuan kebijakan pembangunan adalah untuk mendapatkan hasil neto (net benefit) yang maksimal yang dapat dicapai dengan investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Sebagai ukuran dalam hal ini adalah the net present value dari proyek yang merupakan selisih antara Present Value dari benefit dan Present Value dari cost. NPV = t t n Bt Ct t 0 (1 i) (2). Net B/C Net B/C adalah perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif (atau net cost). Net B/C dirumuskan sebagai berikut : Net B/C = t 0 n t n 0 Bt (1 Bt (1 Ct t i) Ct t i) Bt Bt Ct Ct 0 0

48 48 (3). IRR Internal rate of return dimaksudkan untuk menentukan nilai tingkat diskonto atau tingkat hasil usaha yang dapat diharapkan dari suatu yang membuat NPV sama dengan nol. Semakin tinggi nilai IRR akan semakin baik manfaat usaha tersebut, sehingga memungkinkan untuk memperoleh pendanaan dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari tingat IRR tersebut. Semakin rendah nilai IRR menunjukkan semakin kurang layak usaha tersebut. Perhitungan IRR menggunakan rumus berikut. NPV ' IRR = i ' ( i' ' i' ) NPV ' NPV '' Dimana: NPV = Net Present Value B t C t i n IRR = Benefit dari suatu proyek pada tahun ke-t = Biaya dari suatu proyek pada tahun ke-t = tingkat suku bunga yang berlaku = umur teknis = Internal Rate of Return i = tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif i = tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV = NPV pada tingkat suku bunga i NPV = NPV pada tingkat suku bunga i 3.6.4. Analisis Kebijakan Prioritas Pengembangan Budidaya Perikanan Dalam analisis ini menggunakan model keputusan AHP dengan bantuan program Criteriun Decision Plus. Kriteria dan alternatif tidak dinilai melalui matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparisons), tetapi digunakan perbandingan antara dua alternatif untuk setiap kriteria yang tersedia. Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Penyelesaian AHP dengan menggunakan Decision Plus. Analisis AHP yang dilakukan untuk menyelesaikan pemanfaatan kawasan yang terjadi, dengan cara memilih/menentukan prioritas penggunaan lahan yang optimal. Kriteria bobot prioritas alternatif alokasi sumberdaya disajikan pada Tabel 7.

49 49 Tabel 7. Kriteria Bobot Prioritas Alternatif Alokasi Sumberdaya Kriteria Sub Kriteria K 1 Sk 11 Sk 12 Sk 1n K 2 Alternatif A 1 A 2 A m K 3 K m Dimana : K (i = 1,2 m) Sk (i = 1,2, n) A (i = (1, 2, m) Aj : menunjukan pilihan dari kriteria yang dinilai : merujuk pada kriteria dengan bobot Sj : menunjukan pilihan alternatif yang ada berdasarkan bobot dari (K) dan (Sk) : nilai skor akhir analisis prioritas berdasarkan kelompok kriteria. Aj 3.7. Batasan Penelitian (1). Budidaya ikan kerapu dilakukan dengan menggunakan KJA. Benih ikan kerapu diperoreh dari balai (hatchery) dan alam (penangkapan oleh nelayan). Harga ikan kerapu hasil budidaya yang digunakan dalam analisis usaha adalah rata-rata harga rill ikan budidaya semenjak tahun 2007 sampai 2009. (2). Budidaya rumput laut dilakukan dengan menggunakan metode rawai (long line). Harga rumput laut hasil budidaya yang digunakan dalam analisis ini adalah rata-rata harga riil. (3). Penelitian ini hanya terbatas pada manfaat ekonomi yang ditimbulkan dengan adanya usaha budidaya ikan kerapu dan rumput laut di Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara (4). Harga seluruh input selama penelitian diasumsikan tetap. Perubahan yang terjadi diperhitungkan dalam analisis sensitivitas.