BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya hubungan interaktif antara manusia, perilaku serta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengutamakan aspek promotif dan preventif dengan membatasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

Oleh: Aulia Ihsani

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

Kepustakaan : 15 Kata Kunci : Jarak sumur gali, tempat pembuangan tinja, Escherichia Coli

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan bagi setiap orang agar tewujud derajat kesehatan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa adanya (langsung tanpa pengolahan tertentu), dengan begitu


BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

Repository.Unimus.ac.id

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit berbasis lingkungan masih mendominasi masalah kesehatan di negara berkembang. Penyakit berbasis lingkungan dapat terjadi karena adanya hubungan interaktif antara manusia, perilaku serta komponen lingkungan yang memiliki potensi penyakit (Achmadi, 2008). Sampai saat ini Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dalam GBHN disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka perbaikan kualitas hidupnya. Pada Repelita VI tercantum bahwa tujuan pokok dari pembangunan kesehatan antara lain pengurangan angka kesakitan, kecacatan dan kematian serta peningkatan dan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, terjangkau dan dapat diterima masyarakat. Salah satu terget yang ingin dicapai dengan pembangunan kesehatan adalah penurunan angka kesakitan dan kematian kelompok rentan, salah satunya pada kelompok anak-anak dibawah lima tahun. Kesehatan adalah hak asasi manusia sekaligus investasi pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna 1

meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes, 2004). Menurut undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang mungkin setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya penyembuhan penyakit, kemudian secara berangsur-angsur berkembang kearah terpadunya upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikut sertakan masyarakat secara luas yang mencangkup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bersifat menyeluruh terpadu dan berkesinambungan. Dengan demikian, maka lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas polusi, tersedianya sarana air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Lingkungan yang tidak sehat akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan, baik secara individu maupun kesehatan masyarakat. 2

Lingkungan sangat berperan terhadap tersedianya sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat untuk berbagai kebutuhan dalam hidupnya. Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), diare menempati urutan kelima dalam 10 penyakit penyebab kematian di dunia (WHO, 2011). Di Indonesia, penyebaran kasus diare ada di setiap provinsi dan menyebabkan tingginya mortalitas dan mordibitas. Presentase kamatian akibat penyakit diare berdasarkan pola penyebab kematian semua umur 3,5%, sedangkan presentase kematian akibat diare diantara penyakit menukar lainya adalah 13% berada pada urutan ke-empat (Kemenkes RI, 2007). Menurut data Subdit diare Depkes RI, hasil survei menunjukan dari tahun 2000 sampai 2010 tren penyakit diare menunjukan kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2000 angka kejadian diare 301 per 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 per 1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 per 1000 penduduk dan pada tahun 2010 menjadi 411 per 1000 penduduk (Kemenkes RI, 2011). Selain itu, penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut diare akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Kementrian Kesehatan menunjukan bahwa diare menjadi pembunuh nomor satu penyebab 3

kematian bardasarkan umur pada anak balita atau kelompok umur 1-4 tahun (Kemenkes RI, 2011). Di provinsi Banten penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, hal ini tercermin dari masih tingginya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan diare. Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Banten tahun 2009, jumlah kasus diare sebanyak 222.965 orang, jumlah itu meliputi, di Kabupaten Tangerang sebanyak 55.260 orang dengan korban meninggal 7 orang, Kota Tangerang sebanyak 44.792 orang, Kabuaten Pandeglang 39.864 orang dengan korban meninggal 39 orang, Kabupaten Serang 10.340 orang, Kabupaten Lebak 8.047 orang dengan korban meninggal 26 orang, Kota Cilegon sebanyak 6.758 orang dengan korban meninggal 1 orang. Kasus diare pada tahun 2010 mencapai 816.802 orang. Pada tahun 2011 mengalami peningakatan yaitu sebesar 971.269 orang. Jumlah itu meliputi Kabupaten Pandegelang 489.299 orang, Kabupaten Serang 140.323 orang, Kabupaten Tangerang 116.677 orang, Kabupaten Lebak 51.691 orang, Kota Tangerang 75.926 orang, Kota Cilegon 15.344 orang, Kota Serang 24.304 orang, Kota Tangerang Selatan 57,755 orang. (Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, 2011). Berdasarkan data di Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang dari tahun 2013 sampai tahun 2014 dalam dua puluh besar penyakit diare selalu berada pada nomor tiga. Dalam data terbaru dua puluh penyakit terbesar tahun 2014 penyakit diare masih barada pada posisi ke-tiga dengan jumlah 4

penderita 2 721 orang. Selain itu untuk wilayah kerja Puskesmas Sepatan khusunya Kelurahan Sepatan memiliki jumlah penderita diare sebanyak 250 orang (Puskesmas Sepatan, 2014). Menurut Depkes RI (2003), diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi feces melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari biasanya (lazimnya 3 kali atau lebih dalam sehari) (Sardjana, 2007). Penyakit diare merupakan penyakit kompleks karena barbagai faktor ikut berperan aktif. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan insiden penyakit diare diantaranya adalah faktor agent, faktor sosiodemografi, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2008), diare dapat didefisinikan sebagai perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi dari buang air besar. Dikatakan diare bila feses lebih berair dari biasanya. Diare juga dapat didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Indonesia tahun 2004 angka kematian akibat diare 23 per 1000 penduduk dan pada balita 75 per 1000 balita. Jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat. 5

Reskesdas tahun 2007 menunjukan penyebab kematian bayi umur 29 hari sampai 11 bulan dikarenakan diare sebanyak (31,4%), umur 4 sampai 11 tahun sebanyak (25,4%). Kondisi sanitasi Indonesia masih sangat kurang memadai, hal ini dapat dilihat dari layanan air limbah domestik baru mencangkup 51,9% penduduk tahun 2010. Lebih dari 70 juta penduduk masih buang air sembarangan. Artinya setiap hari ada 14.000 ton tinja dan 176.000 meter kubik air seni yang mencemari lingkungan. Bakteri E.coli dijumpai di 75% air sumur dangkal di perkotaan. Tidak heran jika kasus diare ini masih mencapai 411 per 1000 penduduk (Depkes RI, 2011). Kondisi fisik sarana air bersih adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapanya yang menyediakan dan mendistribusikan air tersebut kepada masyarakat. Berdasarkan Riskesdas 2010, penggunaan sarana air bersih yang paling banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga adalah sumur gali terlindung sebesar 27,9% dan sumur bor atau pompa sebesar 22,3%. Sedangkan, untuk keperluan air minum yang paling banyak digunakan adalah sumur gali terlindung sebesar 24,7% dan sumur bor atau pompa sebesar 14%. Di Indonesia penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih baru mencapai 67,3%. dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%) yang memenuhi syarat biakteriologis. Itulah sebabnya penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan angka kesakitan 374 per 1000 penduduk. 6

Pada penelitian Suhardiman (2007) tentang kondisi sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita. Hasil uji statistik menunjukan kejadian diare beresiko 1,8 kali terjadi pada balita yang tinggal di rumah dengan kondisi sarana air bersih buruk dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan kondisi sarana air bersihnya baik. Pada penelitian Nurholis (2006) di Garut juga menunjukan bahwa kondisi sarana sanitasi air bersih yang kurang baik dapat menyebabkan diare pada balita sebesar 2,1 kali. Pada penelitian sebelumnya pula, yang dilakukan Fauziah (2013) menyatakan ada hubungan antara ketersediaan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang kota Bekasi. Masalah air di Kabupaten Tangerang semakin menghawatirkan. Penduduk semakin sulit memperoleh air bersih dan sehat. Sumber air bersih di Kabupaten Tangerang telah dicemari oleh berbagai zat kimia dan bakteri E.coli yang kadarnya diatas nilai ambang batas yang berasal dari industri dan limbah rumah tangga. Tim Penyehatan Lingkungan Dinas Kabupaten Tangerang memeriksa 800 sumur gali dan sumur bersih di enam kecamatan, yakini Cikupa, Suradita, Teluk Naga, Pakuhaji, Rajeg, Neglasari pada pertengahaan 2007. Dari hasil pemeriksaan ditemukan, 120 sumur beresiko pencemaran sangat tinggi, 272 sumur beresiko sedang, dan 138 sumur beresiko rendah. Zat kimia yang terkandung disumur itu antara lain, zat besi, klorida, dan mangan. Air yang keluar dari sumur pompa 7

sudah berminyak berbau dan berwarna. Warga Kabupaten Tangerang tidak berani mengkonsumsi air dari sumur tersebut. Tidak hanya berminyak, berbau dan berwarna tetapi air dari pompa tersebut berasa asin. Air sumur di wilayah Teluk Naga, Pakuaji, Sepatan, dan Neglasari sudah tercemar E.coli atau bakteri yang terkandung dalam tinja. Dari 281 sumber air bersih yang diperiksa, 27% positif tercemar bakteri E- coli. Bakteri E.coli merupakan penyebab wabah diare terjadi berulang kali di wilayah tersebut. Selain itu jarak Septic Tank 10 meter dari sumur. (Joniansyah, 2012 dalam Tieka, 2008) Hasil pemantauan pendahuluan, di wilayah kerja Puskesmas Sepatan memiliki luas 17,32 km², yang terdiri dari 1 kelurahan Sepatan, 7 desa (Desa Pondok Jaya, Desa Mekar Jaya, Desa Pisang Jaya, Desa Kayu bongkok, Desa Kayu Agung, Desa Sarakan, dan Desa Karet). 43 dusun, 42 Rw, dan 220 Rt. Kelurahan Sepatan, dipilih menjadi tempat penelitian dikarenakan menurut catatan di Puskesmas Sepatan masih ada masyarakat yang memiliki sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat. Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti, beberapa pemukiman warga yang berada didaerah tersebut memiliki kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat. Diantaranya jarak sumber pencemar dengan konstruksinya, yaitu kurang dari 10 m dari sumber pencemaran (septi tank), kran air yang tidak bersih dan terawat, lantai sumur yang tidak 8

kedap air dan retak. Hal ini menunjukan resiko pencemaran sarana air bersih. Sebagian masyarakat juga berada pada sosial ekonomi menengah kebawah yang memiliki resiko pencemaran pada sarana air bersihnya. mengingat dari hasil pemantauan pemerintah Kabupaten Tangerang yang menyatakan bahwa kualitas air menunjukan adanya indikasi pencemaran. Dengan demikian memungkinkan terjadianya dampak buruk bagi kesehatan masyarakat yang menggunakan air tersebut sebagai sumber air bersih secara langsung. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2015. 1.2. Identifikasi Masalah Masyarakat di sekitar wilayah Sepatan bertempat tinggal disekitar perumahan, persawahan, perdagangan, perindustrian dan sungai yang sebagian dari masyarakat masih berada pada sosial ekonomi menengah ke bawah dan beberapa pemukiman warga yang berada didaerah tersebut memiliki kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat. Diantaranya jarak sumber pencemar dengan konstruksinya, yaitu kurang dari 10 m dari sumber pencemaran (septi tank), kran air yang tidak bersih 9

dan terawat, lantai sumur yang tidak kedap air dan retak Hal ini menunjukan resiko pencemaran sarana air bersihnya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare diantaranya yaitu faktor agen seperti bakteri, virus, parasit, faktor sosiodemografi seperti umur, pendidikan, pekerjaan, faktor prilaku seperti pemberian Air Susu Ibu (ASI), pengolahan air minum, kebiasaan mencuci tangan dan faktor lingkungan. salah satu faktor utama penyebab diare adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang berperan penting salah satunya adalah sarana air bersih. Sarana air bersih salah satu media penularan diare, dimana jika sarana air bersih kurang baik maka berpotensi menularkan penyakit diare. Adapun masalah yang dalam penelitian ini adalah bagaimana Hubungan Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan kejadian Diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2015. 1.3. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas terlihat bahwa ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan diare pada balita sehingga Penelitian ini dibatasi hanya mengambil faktor lingkungan pada permasalahan hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskemas Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2015. 10

1.4. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah penelitian adalah Apakah ada hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskemas Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2015?. 1.5. Tujuan penelitian 1.5.1. Tujuan umum Mengetahui hubungan kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2015. 1.5.2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2015. b. Mengidentifikasi kondisi fisik sarana air bersih pada wilayah kerja Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2015. c. Menganalisis hubungan kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2015. 11

1.6. Manfaat penelitian 1.6.1. Bagi Peneliti a. Memperoleh pengetahuan dan menambah wawasan tentang kondisi fisik sarana air bersih. b. Meningkatkan input yang memiliki kegunaan untuk mengembangkan hasil penelitian dimasa sekarang dan yang akan datang. 1.6.2. Bagi Institusi Terkait a. Terbinanya suatu jaringan institusi dengan lahan pendidikan dalam upaya meningkatkan keterkaitan antara substansi akademik dengan pengetahuan dan keteramplan SDM dalam pembangunan kesehatan. b. Menambah referensi kepustakaan Universitas Esa Unggul, sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. 1.6.3. Bagi Masyarakat Menambah pengetahuan dan informasi mengenai pentingnya pengetahuan kondisi fisik sarana air bersih dalam mencegah berbagai penyakit sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 12

1.6.4. Bagi Peneliti lain Menjadi sumber reverensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti pada bidang kajian sejenis sehingga hasilnya nanti diharapkan dapat memperbaharui dan menyempurnakan penelitian ini. 13