BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

1

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Lata

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB V PEMBAHASAN. kesehatan ibu, yang akhirnya akan memengaruhi perilaku hidup sehat (Rossen et

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai Deklarasi World Food Summit 1996

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

1

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- penyusuan dan apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1).

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

I. PENDAHULUAN. makanan tunggal bagi bayi normal sampai usia 6 bulan. Selain itu, ASI

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat, cerdas dan produktif. Salah satu prioritas pembangunan kesehatan ditujukan pada upaya penurunan angka kematian bayi dan balita (Anwar, 2002) Menurut profil kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,17 per 1.000 kelahiran hidup, meskipun jumlah menurun bila dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 10,48 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Kabupaten Batang tahun 2009 sebesar 16,72 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini menurun jika dibanding dengan tahun 2008 sebesar 21,30 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini sesuai dengan cakupan yang diharapkan dalam MDGs (Millenium Development Goals) ke 4 tahun 2015 yaitu 17 per 1000 kelahiran hidup. Meskipun demikian masih diperlukan berbagai usaha untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). Salah satu cara untuk menurunkan AKB diantaranya adalah melalui upaya pengembangan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir yang diharapkan akan meningkatkan cakupan eksklusif. merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang

optimal, sedangkan menyusui menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupanya dengan cara yang paling sehat. Cakupan Eksklusif di Indonesia cenderung masih kurang dan lebih banyak yang memberikan makanan pendamping. Angka cakupan eksklusif 6 bulan di Indonesia turun 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan naik lagi menjadi 34,3% pada tahun 2009. Berdasarkan data yang diperoleh dari Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Batang tahun 2009 menunjukkan cakupan pemberian eksklusif di Kabupaten Batang yaitu sebesar 21,52 % meningkat jika dibanding dengan tahun 2008 sebesar 4,70 %. Angka ini masih di bawah Jawa Tengah tahun 2009 sebesar 40,21 % dan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 sebesar 80%. Berdasarkan data dari profil Kesehatan Kabupaten Batang tahun 2009 dari 15 kecamatan yang terdiri dari 21 puskesmas terdapat 5 puskesmas yang mempunyai cakupan eksklusif paling rendah, salah satunya adalah Puskesmas Blado I (22,62%). Masih rendahnya pemberian eksklusif ini menunjukkan masih perlu upaya untuk peningkatan cakupan eksklusif. Salah satu upaya yang dilaksanakan yaitu dengan cara tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain kepada bayi sebelum usia 6 bulan. Makanan Pendamping (MP ) adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi yang diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Pemberian

makanan padat atau tambahan yang terlalu awal dapat mengganggu pemberian eksklusif serta dapat meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Menurut World Health Organization (WHO) bayi yang diberikan makanan pendamping/susu selain akan mempunyai risiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dibandingkan bayi yang mendapat. Dalam hal ini diare mempunyai risiko lebih besar dibanding yang lain. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005, p.224). Diare pada bayi dapat disebabkan oleh berbagai sebab baik kelainan susu maupun makanan yang kurang cocok komposisinya. Angka kejadian diare sebagian besar wilayah kerja Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 3 bagi bayi. Dalam Profil Kesehatan Jawa Tengah didapatkan rata-rata kejadian diare pada bayi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 1,39%. Angka kejadian diare pada bayi di Kabupaten Batang pada tahun 2009 sebesar 15%. Angka ini meningkat dari tahun 2008 yaitu sebesar 6,06 %. Di Puskesmas Blado I Kecamatan Blado Kabupaten Batang angka kejadian diare sebesar 22,3 %, dengan prevalensi terbanyak yaitu di Desa Kalipancur (15

%). Mengingat diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, faktor risiko diare harus diidentifikasi. Desa Kalipancur merupakan bagian dari wilayah kerja Puskesmas Blado I yang berada di Kecamatan Blado, dimana angka cakupan eksklusif di Desa Kalipancur masih rendah yaitu sebesar 30,43 % jika dibanding dengan target SPM sebesar 80 %. Masih banyak ibu yang memberikan makanan pendamping sebelum bayi berusia 6 bulan sebesar 69,57 %. Menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2009 bayi yang diberikan MP sebelum berusia 6 bulan adalah 59,79 %. Di Kabupaten Batang sendiri yaitu 78,48 % dan di Puskesmas Blado I pada tahun 2009 sebesar 77,38 %. Berbagai faktor yang menghambat pemberian eksklusif yaitu sangat rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, faktor sosial budaya, selain itu sekarang ini masih gencarnya pemasaran susu formula. Hal ini didukung dengan pernyataan bidan desa menyatakan bahwa sebagian besar ibu yang memiliki bayi yang berusia dibawah 6 bulan sudah memberikan makanan pendamping sejak anak berusia kurang dari 6 bulan. Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Kalipancur, dari 46 ibu yang mempunyai bayi berusia dibawah 6 bulan, 32 ibu tidak memberikan secara eksklusif 0-6 bulan. Menurut bidan setempat, ibu yang tidak memberikan eksklusif kurang setuju jika hanya memberikan saja hingga berusia 0-6 bulan tanpa memberikan tambahan makanan dengan alasan bayi menangis karena lapar sehingga akan berhenti menangis dan

tertidur nyenyak setelah diberi makanan. Jenis makanan pendamping yang diberikan paling sering dijumpai yaitu pisang yang dilumatkan dan bubur susu. Berdasarkan uraian di atas tentang tingginya angka kejadian diare dan juga masih banyaknya pemberian makanan pendamping secara dini maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pemberian MP dengan frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Kalipancur Kecamatan Blado Kabupaten Batang tahun 2011. B. Rumusan Masalah Setelah diketahui dan dipahami latar belakang masalahnya, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu : Apakah ada hubungan pemberian MP dengan frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Kalipancur Kecamatan Blado Kabupaten Batang tahun 2011? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pemberian makanan pendamping dengan frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Kalipancur Kecamatan Blado Kabupaten Batang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pemberian MP pada bayi usia 0-6 bulan b. Mendeskripsikan frekuensi kejadian diare pada bayi 0-6 bulan

c. Menganalisis hubungan pemberian MP dengan frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ibu Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi ibu tentang pemberian makanan pendamping yang diberikan sesuai dengan umur bayi. 2. Bagi Masyarakat Meningkatkan kesadaran masyarakat terutama ibu-ibu terhadap pentingnya pemberian dan MP yang benar kepada bayi mereka agar terhindar dari penyakit diare. 3. Bagi Instansi Terkait Dapat menjadi bacaan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa dan sebagai referensi baru di perpustakaan sehingga dapat berguna bagi seluruh pembaca.

E. Keaslian Penelitian Nama Peneliti Tri Budi Astuti (2010) Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul Metode Hasil Perbedaan Perbedaan tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan yang diberi eksklusif dan yang tidak diberi eksklusif di Desa Purwogondo, Kalinyamatan, Jepara Independen : Pemberian Dependen : Tumbuh Kembang Penelitian analitik. Metode pendekatan cross sectional Ada perbedaan tumbuh kembang antara bayi usia 0-6 bulan yang diberi eksklusif dan yang tidak diberi esklusif. Penelitian ini meneliti tentang tingkat kesehatan. Sedangkan penelitian saya meneliti tentang pemberian MP dini pada bayi usia 0-6 bulan Fajriyatun Wahidah 2010 Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik ibu dalam memberikan makanan pendamping pada bayi usia 0-4 bulan di Desa Gubug, Grobogan Independen : Pengetahuan, Dukungan Keluarga Dependen : Praktik Pemberian MP pada bayi usia 0-4 bulan Penelitian deskriptif analitik. Metode pendekatan cross sectional Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan praktik pemberian MP pada bayi usia 0-4 bulan Pada penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian MP. Sedangkan penelitian saya meneliti tentang hubungan pemberian MP dengan frekuensi kejadian diare. Wita Wulandari 2009 Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang eksklusif dengan praktik pemberian eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Candilama, Semarang Independen : Pengetahuan ibu Dependen : Praktik pemberian eksklusif Jenis penelitian explanatory recearch. Metode pendekatan cross sectional Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang eksklusif dengan praktik pemberian eksklusif Penelitian ini tentang tingkat pengetahuan ibu dengan praktik pemberian eksklusif.penelitian saya tentang pemberian MP dengan frekuensi kejadian diare.

Perbedaan penelitian saya dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut : 1. Bebas Pada penelitian yang dilakukan oleh Fajriyatun, variabel bebas yang digunakan adalah pengetahuan, dukungan keluarga, sedangkan pada penelitian saya menggunakan variabel bebas pemberian makanan pendamping. 2. Terikat Pada penelitian yang dilakukan oleh Tri Budi Astuti, variabel terikat yang digunakan adalah tumbuh kembang sedangkan penelitian saya menggunkan variabel terikat frekuensi kejadian diare. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti terdahulu berbeda dengan penelitian saya. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Budi Astuti dilakukan di Jepara, penelitian Fajriyatun dilakukan di Grobogan, sedangkan Wita Wulandari dilakukan di Semarang. Penelitian saya dilakukan di Desa Kalipancur Kecamatan Blado Kabupaten Batang.