I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

I. PENDAHULUAN. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang sekarang diberlakukan di

I. PENDAHULUAN. Pidana penjara termasuk salah satu jenis pidana yang kurang disukai, karena

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. juga diikuti dengan berkembangnya permasalahan yang muncul di masyarakat. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

I. PENDAHULUAN. meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak (Convention on the

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak

PERBANDINGAN PENGATURAN PIDANA DENDA DI DALAM KUHP DAN TINDAK PIDANA DI LUAR KUHP. Oleh : Diana Tri Iriani ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

PENGGUNAAN HUKUM PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk,

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. PENDAHULUAN. dan lembaga penegak hukum. Dalam hal ini pengembangan pendekatan terhadap

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang dinamakan pidana denda. Kedua

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Barda Nawawi Arief, pembaharuan hukum pidana tidak

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

POLITIK HUKUM PEMERINTAH DALAM PENYUSUNAN RUU KUHP. Prof. Dr. Enny Nurbaningsih, S.H.,M.Hum. Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisa kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ada. keterkaitan antara jumlah kerugian negara dengan berat ringannya pidana

BAB II PIDANA PENJARA MENURUT KUHP DAN KONSEP KUHP BARU. pencabutan kemerdekaan khususnya pidana penjara. Pidana pencabutan

BAB I PENDAHULUAN. dihukum 5 (lima) tahun penjara. Pembandingnya adalah para koruptor di republik

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

REORIENTASI KEBIJAKAN FORMULASI SANKSI PIDANA PENJARA TERHADAP PEREMPUAN PELAKU TINDAK PIDANA DALAM RANCANGAN KUHP (RKUHP)

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum (rechtstats), bukan negara yang

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

adalah penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3)

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebijaksanaan ( policy) merupakan kata istilah yang digunakan sehari-hari, tetapi karena

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

I. PENDAHULUAN. aliran tenaga listrik. Tenaga listrik merupakan cabang produksi yang penting bagi

I. PENDAHULUAN. Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

I. PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Pemidanaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada

BAB III ZINA LAJANG DALAM PERSPEKTIF RKUHP (RKUHP) Tahun 2012 Bagian Keempat tentang Zina dan Perbuatan

EKSISTENSI PIDANA DENDA MENURUT SISTEM KUHP 1 Oleh : Aisah 2

I. PENDAHULUAN. harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari pidana itu adalah untuk mencegah timbulnya kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Di Indonesia, tindak pidana ko. masyarakat dan dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI DISPARITAS PUTUSAN PENGADILAN. lembaga yang berwenang kepada orang atau badan hukum yang telah

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

PIDANA DENDA DALAM PEMIDANAAN SERTA PROSPEK PERUMUSANNYA DALAM RANCANGAN KUHP 1 Oleh : Selfina Susim 2

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Kejahatan

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang merugikan keuangan negara

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

PELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

I. PENDAHULUAN. beberapa opini juga dapat menyebabkan seseorang sebagai korban dikarenakan

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA NARKOTIKA. 2.1 Pengaturan Hukum tentang Tindak Pidana Narkotika dalam Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1976

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana yang telah lama diterima dan diterapkan dalam sistem hukum di berbagai negara dan bangsa di dunia. Akan tetapi, pengaturan dan tata cara penerapan pidana denda pada satu negara dengan negara lainnya memiliki perbedaan sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat di masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum Islam dan Hukum Adat yang dijalankan atau diterapkan di dalam kehidupan masyarakatnya sebagai pedoman. Di dalam Hukum Islam dan Hukum Adat, pidana denda yang dalam hal ini bersifat sebagai pengganti kerugian yang diakibatkan oleh suatu peristiwa pelanggaran hukum. 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pada Pasal 10, pidana dibagi menjadi pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok terdiri dari pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, dan pidana tutupan. Sedangkan pidana tambahan terdiri dari pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu, dan pengumuman putusan hakim. Pidana penjara adalah salah satu bentuk pidana yang 1 http://abdul-rosi.blogspot.com. Diakses pada 28 Januari 2013.Pukul 16.20

2 berupa pembatasan gerak yang dilakukan dengan menutup pelaku tindak pidana dalam sebuah Lembaga Pemasyarakatan dengan mewajibkan orang itu mentaati semua peraturan tata tertib yang berlaku dalam Lembaga Pemasyarakatan yang dikaitkan dengan tindakan tata tertib bagi pelaku tindak pidana yang melanggar peraturan tersebut. 2 Adapun proses peradilan pidana merupakan struktur, fungsi, dan proses pengambilan keputusan oleh sejumlah Lembaga, seperti Lembaga Kepolisian, Lembaga Kejaksaan, Lembaga Pengadilan, dan Lembaga Pemasyarakatan yang berkenaan dengan penanganan pelaku tindak pidana. Pada KUHP yang menganut Single Track System, yaitu penjatuhan sanksi hanya meliputi pidana yang bersifat penderitaan saja sebagai bentuk penghukumannya. Sedangkan Double Track System pada RUU-KUHP adalah penjatuhan sanksi tidak hanya mengatur mengenai sanksi pidana saja tetapi juga mengatur mengenai sanksi tindakan. Sanksi pidana dan sanksi tindakan merupakan dua jenis sanksi yang berbeda. 3 Sanksi pidana lebih menekankan kepada unsur pembalasan sedangkan sanksi tindakan lebih berorientasi kepada perlindungan masyarakat dan pembinaan. Penjatuhan pidana yang memiliki tujuan sebagai aspek pembalasan dan sebagai aspek perbaikan atau rehabilitasi. Akan tetapi pada prakteknya penjatuhan pidana lebih cenderung kepada pembalasan saja. Penjatuhan pidana penjara merupakan salah satu jenis pemidanaan yang digunakan kepada terpidana sebagai pembalasan atas kejahatan yang telah dilakukannya. Dalam beberapa kasus pidana, ada yang 2 Andi Hamzah.1993.Sistem Pidana dan Pemidanaan di Indonesia.Jakarta.Pradnya Paramita.Hlm.27 3 Ibid, Hlm.28

3 sebenarnya tidak perlu dijatuhkan nestapa berupa pidana penjara. Contohnya dalam kasus kejahatan terhadap kekayaan yang nilai kerugiannya dibawah dua juta lima ratus ribu rupiah. Kejahatan terhadap harta benda sebagai contohnya adalah pencurian ringan, penipuan, dan penggelapan yang nilai kerugiannya kecil apabila dijatuhkan hukuman berupa pemidanaan yang dampaknya akan sangat luas. Seperti kasus pencurian 3 buah kakao yang dilakukan oleh seorang nenek bernama minah untuk ditanam di kebun kecil miliknya karena tidak memiliki uang untuk membeli bibit. Yang kemudian dilaporkan dan diproses secara hukum. Nenek minah dijatuhi hukuman percobaan selama 1 bulan 15 hari oleh hakim. 4 Dan kasus-kasus lainnya yang sejenis dengan kasus tersebut. Oleh karenanya, dibutuhkan suatu alternatif penjatuhan pidana selain dari pidana perampasan kemerdekaan. Seperti pidana denda yang dapat diefektifkan agar memiliki manfaat yang tidak kalah dengan pidana penjara. Pada Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RUU- KUHP), pidana denda sudah dioptimalkan penggunaannya. Besaran nilai mata uang yang digunakan juga sudah disesuaikan dengan nilai mata uang saat ini, sehingga dalam penjatuhannya hakim tidak perlu ragu karena nilai mata uang yang sudah berbeda jauh dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Pada Rancangan-Undangundang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pidana denda sudah dikategorikan sesuai dengan berat ringannya tindak pidana yang dilakukan. 4 http://www.detiknews.com diakses pada 28 Januari 2013 pukul 18.00

4 Berdasarkan pada uraian diatas makan penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi Perspektif Penjatuhan Pidana Denda Dalam Tindak Pidana Terhadap Harta benda Menurut Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana Tahun 2012. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang dapat dibahas lebih lanjut. Adapun beberapa permasalahan yang dapat diangkat dalam skripsi ini, yaitu: a. Bagaimanakah sistem penjatuhan pidana denda dalam tindak pidana terhadap harta benda menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)? b. Bagaimanakah perspektif penjatuhan pidana denda dalam tindak pidana terhadap harta benda menurut Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RUU-KUHP) Tahun 2012? 2. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup penulisan skripsi ini dibatasi pada bidang Hukum Pidana Materiil khususnya meliputi subtansi penjatuhan pidana denda dalam tindak pidana terhadap harta benda menurut Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana Tahun 2012 dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui sistem penjatuhan pidana denda dalam tindak pidana terhadap harta benda menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP); b. Untuk mengetahui bagaimana perspektif penjatuhan pidana denda dalam tindak pidana terhadap harta benda menurut Rancangan Undang-undang Kitab Undangundang Hukum Pidana (RUU-KUHP) Tahun 2012. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perspektif penjatuhan pidana denda dalam tindak pidana terhadap harta benda menurut Rancangan Undangundang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RUU-KUHP) Tahun 2012. 1. Kegunaan Teoritis Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya konsep dan teori yang terdapat membantu perkembangan ilmu pengetahuan hukum pidana khususnya dalam hal perspektif penjatuhan pidana denda dalam tindak pidana terhadap harta benda.

6 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang baik dan benar, dan juga diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi akademisi serta kalangan praktisi hukum dalam bidang hukum pidana. D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti. 5 Kerangka teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori absolut dan teori pembaharuan pidana. Teori absolut berorientasi ke belakang, maksudnya adalah pembalasan harus yang setimpal dengan perbuatan. Menurut teori ini pidana dijatuhkan semata-mata karena orang telah melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana. Pidana dalam hal ini merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang melakukan kejahatan. 6 Teori ini adalah teori yang digunakan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana. 5 Soekanto, Soerjono.1986.Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta.UI.Press.Hlm.124 6 Dewi, Erna.2011.Sistem Minimum Khusus Dalam Hukum Pidana Sebagai Salah Satu Usaha Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia. Pustaka Magister.Semarang. Hlm.11

7 Teori Pembaharuan pidana menurut Barda Nawawi Arief adalah pembaharuan pidana pada hakekatnya mengandung makna suatu upaya untuk melakukan reorientasi dan reformasi hukum pidana yang sesuai dengan nilai-nilai sentral sosio-politik, sosiofilosifik, dan sosio-kultural masyarakat Indonesia yang melandasi kebijakan sosial, kebijakan kriminal, dan kebijakan penegak hukum. 7 Pada pelaksanaannya penggalian ini bersumber kepada Hukum Adat, Hukum Pidana Positif, Hukum Agama, Hukum Pidana negara lain, serta kesepakatan Internasional mengenai materi Hukum Pidana. Pembaharuan pidana dapat dilandaskan pada tiga alasan yaitu alasan politik, alasan sosiologis dan alasan praktis. Dipandang dari sudut politik, Indonesia sudah seharusnya memiliki Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang sesuai dengan Ideologi dan keadaan masyarakatnya. Sedangkan alasan sosiologisnya adalah pengaturan dalam hukum pidana merupakan cermin dari ideoligi politik suatu negara dalam hal ini Indonesia. Sedangkan alasan secara praktis adalah kenyataan bahwa teks resmi Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) masih dalam bahasa Belanda, sehingga harus segera dilakukan pembaharuan pidana. Pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pidana denda diatur dalam Pasal 10 Jo Pasal 30. Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur mengenai pidana pokok dan pidana tambahan, pidana denda dalam hal ini masuk ke dalam pidana pokok. Sedangkan Pasal 30 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) menyatakan bahwa: 7 Barda Nawawi Arief.1992.Bahan Bacaan Politik Hukum Pidana.Jakarta.Pasca Sarjana Universitas Indonesia.Hlm.27

8 a Ayat (1), Pidana Denda paling sedikit tiga rupiah tujuh puluh sen; b Ayat (2), jika pidana denda tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan; c Ayat (3), lamanya pidana kurungan pengganti sedikitnya satu hari dan paling lama enam bulan; d Ayat (4), dalam putusan hakim, lamanya pidana kurungan pengganti ditetapkan demikian: jika pidana denda tujuh rupiah lima puluh sen atau kurang, dihitung satu hari; jika lebih dari tujuh rupiah lima puluh sen dihitung paling banyak satu hari demikian pula sisanya yang tidak cukup tujuh rupiah lima puluh sen; e Jika ada pemberatan pidana denda disebabkan karena penggabungan atau pengulangan, atau karena ketentuan Pasal 52 dan 52a, maka pidana kurungan pengganti paling lama delapan bulan. f Pidana kurungan pengganti sekali-kali tidak boleh lebih dari delapan bulan. Pada delik pencurian pada Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pencurian diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan pidana denda sebanyak Rp.900,00 (sembilan ratus rupiah). Pada Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RUU- KUHP) dikenal sistem minimum khusus. Dalam sistem minimum khusus ini delikdelik yang diancam dengan pidana penjara di atas 7 tahun sajalah yang dapat diberikan ancaman minimum khusus, karena delik tersebut dapat digolongkan sebagai delik yang sangat serius. 8 8 Opcit, Hlm.27

9 Pada Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana juga menggunakan sistem pengkategorian pidana denda. Pengkategorian ini bertujuan untuk memudahkan penjatuhan pidana denda bila terjadi perubahan nilai mata uang. Berikut ini merupakan nilai pidana denda dalam Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RUU-KUHP) berdasarkan pengkategorian: a Kategori I, pidana denda sejumlah Rp.1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah); b Kategori II, pidana denda sejumlah Rp.7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah); c Kategori III, pidana denda sejumlah Rp.30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah); d Kategori IV, pidana denda sejumlah Rp.75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah); e f Kategori V, pidana denda sejumlah Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah); Kategori VI, pidana denda sejumlah Rp.3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Delik pencurian dalam Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RUU-KUHP) diatur dalam Pasal 594 sampai dengan pasal 600. Pada Pasal 594 Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RUU-KUHP) delik pencurian diancamkan dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan denda Kategori IV. Denda kategori IV berjumlah Rp.75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

10 2. Konseptual Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus, yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin diteliti. 9 Adapun istilah-istilah yang akan dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Perspektif adalah paradigma atau pandangan. 10 Pola berpikir yang akan mensyarati kepahaman interpretatif seseorang secara individual atau sekelompok orang secara kolektif pada seluruh pengetahuan berikut teori-teori yang dikuasai dengan keyakinan sebagai teori yang sebenar-benarnya. 2. Pidana Denda adalah pidana berupa pembayaran sejumlah uang oleh terpidana berdasarkan keputusan pengadilan. 11 3. Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yang disertai dengan ancaman berupa pidana tertentu bagi yang melanggarnya. 12 4. Harta benda adalah barang atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. 13 E. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang sistematis untuk membahas permasalahan yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui keseluruhan 9 Soekanto, Soerjono.1983.Sosiologi Suatu Pengantar.UI.Press.Jakarta 10 Kamus Besar Bahasa Indonesia.2002.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka. 11 Ibid, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 12 Ibid, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 13 Ibid, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

11 isi dari penulisan skripsi ini, maka dibuat suatu susunan sistematika secara garis besar sebagai berikut: I. PENDAHULUAN Pada bab ini berisikan tentang latar belakang penulisan. Dari uraian latar belakang tentang perspektif penjatuhan pidana denda dalam tindak pidana terhadap harta benda dalam Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RUU- KUHP) Tahun 2012, tersebut dapat ditarik suatu pokok permasalahan mengenai penjatuhan pidana denda menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dan Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RUU-KUHP) dan ruang lingkup, tujuan, dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis, dan konseptual serta menguraikan tentang sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan pengantar pemahaman terhadap dasar hukum, pengertianpengertian hukum mengenai pokok bahasan. Dalam uraian bab ini lebih bersifat teoritis mengenai pidana denda. Yang membahas mengenai pidana dan pemidanaan, pidana denda dan pengaturannya di Indonesia.

12 III. METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang jenis dan tipe penelitian, pendekatan masalah secara yuridis normatif, data dan sumber data, pengumpulan dan pengolahan data, serta penganalisisan data. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memuat tentang sistematika hasil penelitian mengenai sistem penjatuhan pidana denda menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Rancangan Undangundang- Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan pembahasan mengenai perspektif penjatuhan pidana denda dalam tindak pidana terhadap harta benda. V. PENUTUP Bab ini berisikan, mengenai kesimpulan dan saran yang merupakan hasil akhir dari penelitian dan pembahasan dengan permasalahan yang telah dibahas.