KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 191/MPP/Kep/6/2001 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 191/MPP/Kep/6/2001 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 551/MPP/Kep/10/1999 TENTANG BENGKEL UMUM KENDARAAN BERMOTOR

DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ELEKTRONIKA DAN ANEKA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Kompetensi. Kelembagaan. Audit Lingkungan Hidup. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 458/MPP/Kep/7/2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 84/MPP/Kep/2/2003

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ELEKTRONIKA DAN ANEKA

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 21 TAHUN 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 21 TAHUN 2004

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektr

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Impor Barang. Modal. Ketentuan. Tata Cara. Penerbitan.

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI SERTIFIKASI ELEKTRONIK

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BUPATI BANGLI PERATURAN BUPATI BANGLI NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR, DI DARAT DAN DIATAS AIR

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG OTORITAS SERTIFIKAT DIGITAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 40

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. MESIN. Pelinting. Sigaret. Pengawasan. Penggunaan.

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Keputusan Kepala Bapedal No. 30 Tahun 1997 Tentang : Organisasi Dan Tata Kerja Komite Akreditasi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagan

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 595/MPP/Kep/9/2004 TENTANG

2015, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 10); 2. Keputusan Presiden

2017, No b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengatur kembali penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 7/MPP/Kep/1/2000 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK

2016, No Peraturan Menteri Perindustrian tentang Kriteria Teknis Impor Barang Modal dalam Keadaan Tidak Baru; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

Menimbang : Mengingat :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Pengawasan Standar Nasional Indonesia Baterai Primer secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustr

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 40/M-IND/PER/6/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR KERAMIK

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 234/MPP/Kep/6/2000 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 85 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERLAKUAN KEWAJIBAN MELENGKAPI DAN MENGGUNAKAN SABUK KESELAMATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Barang Modal. Bukan Baru.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Barang Modal. Bukan Baru.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/PMK.03/2012 TENTANG

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

2016, No Penilaian Kesesuaian dalam rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia Pendingin Ruangan, Lemari Pendingin, dan Mes

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 50 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-T TAHUN 2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 427 /MPP/Kep/10/2000 T E N T A N G KOMITE ANTI DUMPING INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 31 TAHUN 2001

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

2016, No Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 T

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha

2018, No Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN YANG AKAN DIRAKIT MENJADI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK TUJUAN EKSPOR MENTERI KEUANGAN,

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2007 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembar

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA ANGKUTAN JALAN WISATA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 129/MPP/Kep/4/2000

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 0027 TAHUN 2005 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 258/PMK.011/2014

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 17/PMK.01/2008 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 58/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG MODAL BUKAN BARU

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintahan Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presid

4. Tim terpadu adalah tim yang membantu gubernur dalam proses pelaksanaan lisensi. 5. Unsur perguruan tinggi adalah pusat studi lingkungan hidup dan/a

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI TENAGA PROFESIONAL DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 191/MPP/Kep/6/2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR 551/MPP/Kep/10/1999 TENTANG BENGKEL UMUM KENDARAAN BERMOTOR MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembinaan bengkel umum kendaraan bermotor sesuai dengan tingkatannya agar dapat memberikan pelayanan yang memadai kepada masyarakat, maka dipandang perlu untuk mengubah Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 551/MPP/Kep/10/1999 tentang Bengkel Umum Kendaraan Bermotor; b. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Mengingat : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 234/M Tahun 2000 tentang Pembentukan Kabinet Periode Tahun 1999-2004; 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 172 Tahun 2000; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 177 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Departemen; 4. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 551/MPP/Kep/10/1999 tentang Bengkel Umum Kendaraan Bermotor; 5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 86/MPP/Kep/3/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan. M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR 551/MPP/Kep/10/1999 TENTANG BENGKEL UMUM KENDARAAN BERMOTOR. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 551/MPP/Kep/10/1999 tentang Bengkel Umum Kendaraan Bermotor diubah sebagai berikut : 1. Mengubah Pasal 1 sehingga seluruhnya menjadi sebagai berikut :

Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Bengkel Umum Kendaraan Bermotor adalah bengkel umum kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam KKI 38431.9900 dan KKI 38441.9900 yang berfungsi untuk membetulkan, memperbaiki, dan merawat kendaraan bermotor agar tetap memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan, yang selanjutnya dalam keputusan ini disebut bengkel. 2. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. 3. Jenis pekerjaan adalah jenis-jenis pekerjaan perawatan dan perbaikan yang dapat dilakukan oleh bengkel terhadap bagian kendaraan bermotor. 4. Sistem mutu merupakan struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya untuk menerapkan manajemen mutu. 5. Mekanik adalah orang yang mempunyai kemampuan teknik untuk menyelesaikan kegiatan perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor. 6. Fasilitas dan Peralatan adalah fasilitas dan peralatan atau perkakas yang dibutuhkan dalam proses perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor. 7. Manajemen informasi adalah seluruh aktifitas memperoleh informasi, menggunakannya seefektif mungkin, dan membuangnya pada saat yang tepat. 8. Personil adalah orang yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap keseluruhan operasional bengkel sehingga bengkel berjalan sebagaimana mestinya. 9. Sertifikat adalah bukti yang menyatakan bahwa bengkel memenuhi/mencapai persyaratan klasifikasi bengkel. 10. Klasifikasi adalah penetapan kelas bengkel dan tipe bengkel bahwa bengkel telah diklasifikasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan untuk kelas yang bersangkutan. 11. Lembaga surveyor adalah perusahaan yang ditunjuk untuk melaksanakan klasifikasi dengan menerbitkan sertifikat. 12. Menteri adalah Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. 2. Mengubah Pasal 2 dengan menambah ayat baru sehingga seluruhnya menjadi sebagai berikut : (1) Klasifikasi bengkel terdiri atas : a. Bengkel kelas I tipe A; B; dan C b. Bengkel kelas II tipe A; B; dan C c. Bengkel kelas III tipe A; B; dan C Pasal 2 (2) Klasifikasi bengkel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas tingkat pemenuhan terhadap persyaratan sistem mutu, mekanik, fasilitas dan peralatan, serta manajemen informasi sesuai dengan penilaian masing-masing kelas bengkel. (3) Klasifikasi bengkel kelas I, kelas II dan kelas III yang dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 551/MPP/Kep/10/1999. (4) Tipe bengkel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas jenis pekerjaan yang mampu dilakukan, yaitu : a. Bengkel tipe A merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil, perbaikan besar, perbaikan chassis dan body. b. Bengkel tipe B merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil dan perbaikan besar, atau jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil serta perbaikan chassis dan body.

c. Bengkel tipe C merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil. (5) Pelaksanaan klasifikasi kelas bengkel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara bertahap yang penetapannya dengan Keputusan Dirjen Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka. 3. Mengubah Pasal 3 sehingga menjadi sebagai berikut : Pasal 3 (1) Klasifikasi bengkel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilaksanakan oleh Lembaga Surveyor yang ditunjuk dengan Keputusan Menteri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam melaksanakan klasifikasi bengkel, Lembaga Surveyor sebagaimana dimaksud ayat (1) memberikan sanksi berupa pencabutan Sertifikat kepada bengkel yang tidak memenuhi persyaratan sesuai kelas bengkel yang dimilikinya. (3) Lembaga Surveyor yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. (4) Apabila Lembaga Surveyor yang ditunjuk sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak melaksanakan klasifikasi berdasarkan Keputusan ini dicabut penunjukannya. 4. Mengubah Pasal 4 sehingga menjadi sebagai berikut : Pasal 4 (1) Sertifikat kelas bengkel diberikan kepada bengkel yang telah memenuhi ketentuan klasifikasi sesuai dengan kelas bengkel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. (2) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang bengkel tersebut masih memenuhi persyaratan sesuai dengan kelas dan tipe bengkel berdasarkan sertifikat yang dimiliki. 5. Mengubah Pasal 6 sehingga menjadi sebagai berikut : Pasal 6 Setiap bengkel kendaraan bermotor yang telah memiliki izin uaha secara sukarela dapat mengajukan permohonan klasifikasi bengkel kepada Lembaga Surveyor. 6. Mencabut Pasal 7 7. Mengubah Lampiran I Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 551/MPP/Kep/10/1999 nomor 3 MEKANIK BENGKEL pada angka 3.2.d, 3.3.2, 3.3.3. dan 3.3.5 menjadi sebagai berikut : 3.2.d. Lulus pengujian tenaga mekanik yang dilakukan oleh Lembaga yang diakui instansi yang berwenang. 3.3.2. Pengakuan tingkatan kualitas mekanik ditentukan melalui pengujian tenaga mekanik yang dilakukan oleh lembaga yang diakui instansi yang berwenang. 3.3.3. Setiap mekanik yang dinyatakan memenuhi kualifikasi (lulus pengujian mekanik) diberikan sertifikat dan tanda kualifikasi teknis sesuai dengan tingkatan kualifikasinya oleh lembaga yang diakui instansi berwenang. 3.3.5. Kualifikasi mekanik bengkel dibagi menjadi : a. Mekanik tingkat 1 (Yunior Mekanik) b. Mekanik tingkat 2 (Senior Mekanik) c. Mekanik tingkat 3 (Master Mekanik)

8. Mengubah Lampiran II Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 551/MPP/Kep/10/1999 menjadi sebagaimana tercantum pada Lampiran Keputusan ini. 9. Semua peraturan pelaksanaan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 551/MPP/Kep/10/1999 dinyatakan tetap berlaku selama belum dicabut dan tidak bertentangan dengan Keputusan ini. 10. Semua ketentuan lain dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 551/MPP/Kep/10/1999 dinyatakan tetap berlaku. Pasal II Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 5 Juni 2001 MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ttd. LUHUT B. PANDJAITAN

LAMPIRAN PERSYARATAN LEMBAGA SURVEYOR BENGKEL UMUM KENDARAAN BERMOTOR Persyaratan bagi Lembaga Surveyor dibagi menjadi : 1. Persyaratan Umum : Lembaga Surveyor harus : a. Memberikan perlakuan yang sama atau tidak bersifat diskriminatif dalam melakukan proses klasifikasi; b. Merupakan lembaga yang mengamankan dan tidak memihak dalam pemenuhan kriteria dan fungsi dari sistem klasifikasi c. Memiliki personil tetap yang bekerja penuh dibawah pimpinan eksekutif senior yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan sehari-hari sedemikian rupa, sehingga bebas dari pengaruh orang yang langsung berkepentingan akan produk/jasa yang berkaitan. d. Memiliki bagan organisasi yang memperlihatkan secara jelas tanggung jawab dan sistem pelaporan dari organisasi e. Memiliki sumber dana keuangan yang mandiri f. Memiliki dokumen tertulis tentang sistem klasifikasi termasuk peraturan dan prosedur untuk pemberian sertifikat klasifikasi g. Memiliki personil yang berkompeten dalam melaksanakan fungsinya h. Memiliki suatu sistem pengawasan semua dokumen yang berkaitan dengan sistem klasifikasi i. Memelihara sistem rekaman/catatan yang sesuai dengan kondisinya yang khusus dan memenuhi setiap peraturan yang ada j. Mempunyai fasilitas yang diperlukan dan prosedur tertulis yang memungkinkan penilaian, klasifikasi, dan dokumentasi sistem klasifikasi bengkel sesuai dengan acuan persyaratan yang telah ditetapkan k. Melakukan pengawasan secara periodik terhadap sistem mutu bengkel yang telah diberikan sertifikat klasifikasi l. Mempunyai fasilitas yang dipersyaratkan meliputi keahlian personil klasifikasi dan peralatan untuk melaksanakan penilaian, klasifikasi dan pengawasan sistem mutu m. Mempunyai panduan mutu dan prosedur terdokumentasi yang mengatur cara untuk memenuhi kriteria n. Mempunyai sistem yang memadai untuk menjamin kerahasiaan informasi yang didapat dalam melakukan kegiatan klasifikasi pada tingkat keorganisasiannya o. Memiliki sistem publikasi dan pembaharuannya terhadap bengkel yang telah menerima sertifkat p. Memiliki prosedur naik banding terhadap keputusan q. Melakukan audit intern dan tinjauan berkala mengenai kesesuaian dengan kriteria pedoman klasifikasi r. Memiliki pengendalian yang tepat atas penggunaan sertifikat bengkel yang telah diterbitkan s. Mensyaratkan bengkel yang bersertifikat agar menyimpan catatan semua pengaduan dan tindakan penyelesaian yang berpedoman pada sistem mutu. 2. Persyaratan Khusus : Lembaga surveyor harus : a. Merupakan lembaga yang berpengalaman dalam bidang kendaraan bermotor b. Berbadan hukum Indonesia c. Memiliki sumber daya manusia dengan kualifikasi sarjana teknik mesin dan auditor dengan jumlah yang mampu menyelenggarakan kegiatan klasifikasi bengkel di seluruh Indonesia d. Memiliki perwakilan yang mampu menyelenggarakan kegiatan klasifikasi di seluruh wilayah Indonesia

e. Mempu menunjukkan bonafiditas perusahaannya dengan menunjukkan neraca keuangan akhir tahun yang dilakukan akuntan publik f. Memiliki kantor yang tetap, ruangan yang cukup untuk menampung aktifitas kegiatan, peralatan dan perangkat komputer yang memadai g. Memahami dan mengikuti perkembangan kebijakan di bidang kendaraan bermotor di Indonesia h. Mempunyai data base dan jaringan sistem informasi dari bengkel bersertifikat yang selalu dilakukan pembaruan secara periodik i. Memiliki personil klasifikasi yang berpengalaman dalam sertifikasi manajemen mutu, survey dan pemeriksaan lapangan (audit) di bidang industri kendaraan bermotor di Indonesia j. Memiliki personil klasifikasi yang menguasai karakteristik produk, produksi, perdagangan dan perkembangan teknologi kendaraan bermotor di Indonesia k. Mempunyai perwakilan di daerah. MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ttd. LUHUT B. PANDJAITAN