BAB IV ANALISIS KOMPARASI TINDAK PIDANA CARDING MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP

dokumen-dokumen yang mirip
A. Analisis Tentang Fenomena Pemasangan Identitas KH. Abdurraman Wahid (Gus Dur) pada Alat Peraga Kampanye PKB di Surabaya

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat ialah tentang kejahatan. Kejahatan adalah suatu

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB II PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN (PENCURIAN) MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM. A. Pengertian Pelanggaran Hak Pemegang Paten (Pencurian)

BAB IV. Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dipandang. sebagai tindak kejahatan yang melanggar norma hukum.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu ketentraman umum serta tindakan melawan perundang-undangan.

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB II KAJIAN TEORITIS HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI DALAM BENTUK FUNDS WIRE

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KLATEN NOMOR 54/Pid.B/2013/PN.Klt. TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PENENTUAN HAPUSNYA PENUNTUTAN PIDANA KARENA DALUWARSA DALAM KUHP

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG PENCURIAN. A. Pengertian Pencurian dalam Hukum Pidana Islam

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

MENGENAL CARDING. Taufan Aditya Pratama. Abstrak. Pendahuluan.

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

BAB III TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAPPERCOBAAN KEJAHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjamin, melindungi dan menjaga kemaslahatan kemaslahatan

BAB II. TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM (Fiqh Jinayah) DAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI MOTOR KREDIT MACET DI DESA JRAGUNG, KECAMATAN KARANGAWEN, KABUPATEN DEMAK

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Praktik Jual Beli Produk atau Barang Replika di Darmo Trade

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambaran Peristiwa Tindak Pidana Pencurian Oleh Penderita

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM. Hukum pidana adalah sistem aturan yang mengatur semua perbuatan

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANGKALAN NO.236/PID.B/2014/PN.BKL TENTANG PENGANIAYAAN YANG MENYEBABKAN KEMATIAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

ANALISIS TENTANG PENYATUAN PENAHANAN ANAK DENGAN DEWASA MENURUT FIKIH JINAYAH DAN UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia diera globalisasi ini tentunya akan ada

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PENGGELAPAN PAJAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DALAM HUKUM PIDANA ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB IV. A. Analisis Terhadap Penambahan 1/3 Hukuman dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2007

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB II MENURUT FIKIH JINAYAH

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP ANCAMAN PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DALAM PASAL 365 AYAT (4) KUHP

BAB I PENDAHULUAN. terjadi antara pihak principal atau kontraktor dan pihak obligee atau pemilik

BAB IV. PENYELESAIAN MASALAH PERJANJIAN KERJA ANTARA PEMILIK APOTEK DAN APOTEKER DI APOTEK K-24 KEBONSARI SURABAYA DAlAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II KETENTUAN TENTANG PENGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM. A. Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Pidana Islam

mencuri account anda tidak dapat menebak secret question beserta jawabannya.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA TERHADAP KLEPTOMANIA. A. Analisis Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah) Terhadap Konsep

BAB IV PELANGGARAN KONSERVASI TAMAN HUTAN RAYA R.SOERJO DALAM PERSPEKTIF FIKIH JINAYAH

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN DALAM PUTUSAN NO 376/PID.B/2015/PN.SMG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

BAB IV. Analisis Hukum Islam Terhadap Penjualan Obat Generik Melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) Pada Tiga Apotek di Surabaya

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

smartphone, internet dan banyak sekali macam-macamnya. Di mana kemajuan

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

Assalamu alaikum wr. wb.

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB III ANALISIS HUKUM RUISLAG TANAH WAKAF

BAB IV ANALISIS TINDAK PIDANA PENGAKSESAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM UU NO.11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT FIQH JINA>YAH DAN KUHP

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG-

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika

JURNAL PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM PIDANA NASIONAL DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DELIK PENCURIAN DIKALANGAN KELUARGA DALAM KUHP PASAL 367 AYAT 2

PEMALSUAN MATA UANG DAN UANG KERTAS UNTUK MELINDUNGI KEPENTINGAN UMUM ANCAMAN PIDANA MAKSIMUM RATA- RATA BERAT ASAS YANG DIPAKAI ADALAH ASAS UNIVERSAL

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS KOMPARASI TINDAK PIDANA CARDING MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP A. Analisa Menurut Hukum Pidana Islam 1. Dari Segi Unsur-unsurnya Carding adalah sebuah ungkapan mengenai aktivitas berbelanja secara maya atau melalui situs-situs belanja yang disediakan di internet, dan cara pembayaran transaksi tersebut dengan menggunakan kartu kredit orang lain, atau biasa disebut dengan kartu kredit curian. Artinya, para pelaku carding mencuri nomor-nomor kartu kredit dan tanggal exp-date nya yang biasanya didapat dari hasil chatting dan lain-lain. Di dalam Islam persoalan carding secara jelas tidak diatur dalam al- Qur an maupun hadis\. Oleh karena itu, dalam hal ini para mujtahid dan ulama perlu untuk melakukan kajian tentang persoalan carding yang sangat merugikan banyak orang. Bagaimanapun modus operandi dan metode yang dilakukan, carding merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum. Dalam hal ini carding termasuk dalam kategori jinayat. Karena pada dasarnya carding merupakan aktifitas pencurian (mengambil dan memanfaatkan uang orang lain melalui credit card tanpa seizin orang tersebut). Carding dapat dikategorikan sebagai 60

61 jinayat berat, karena sangat mirip dengan salah satu jarimah hudu>d, yaitu sariqah atau pencurian. Dalam hal ini carding bisa secara otomatis dimasukkan ke dalam sariqah yang telah diatur dalam al-qur an surat al- Ma>idah ayat 38, yaitu: و ال سار قة و ال سار ق فا ق طع وا ا ي د ي ه ما ج ز ا ء ع ز ي ز ح ك ي م و الل ه الل ه م ن ن كا لا كس ب ا ب م ا Artinya: Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. al-ma>idah: 38). 1 Apabila memakai pendekatan kontekstual dengan memperluas makna dari kata mengambil (akhaz\a) yang ada dalam rumusan definisi sariqah dan memperluas arti penyimpanan (al-h}irz\), maka carding bisa masuk ke dalam sariqah menurut ayat 38 surat al-ma>idah melalui cara mafhu>m al-nas}. Namun apabila kita memakai pendekatan tekstual, carding tidak dapat digolongkan ke dalam sariqah yang dimaksudkan dalam surat al-ma>idah ayat 38 tersebut, karena memang antara keduanya terdapat beberapa perbedaan lahiriah yang sangat jelas, meski hakekatnya bisa dikatakan sama. Oleh karena itu, agar carding yang pada hakekatnya sama dengan sariqah (jarimah hudu>d) dapat dikategorikan sebagai sariqah, maka harus dilakukan ijtihad dengan menggunakan metode qiyas. 1 Depag RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, h. 165

62 Adapun unsur-unsur dari pada sariqah, adalah: 2 a. Barang yang dicuri adalah berupa harta Pada hakekatnya sasaran para pelaku carding adalah sejumlah uang yang disimpan di rekening bank. Jadi dalam hal ini barang yang dicuri adalah berupa uang yang disimpan di bank. Dalam hal ini barang yang dicuri disyaratkan: 1) Berupa harta yang bergerak, uang adalah merupakan barang yang bergerak, bisa dipindahkan dari tempat yang satu ke tempat yang lain. 2) Berharga menurut pemiliknya, jelas sekali bahwa uang sangat berharga untuk siapapun, terlebih lagi pemilik kartu kredit. 3) Disimpan di suatu tempat yang layak (al-hirz). Dalam kasus carding, uang yang digunakan untuk membayar transaksi adalah uang nasabah pemilik kartu kredit, karena tagihan dari transaksi tersebut dibebankan kepada pemilik kartu kredit. Dalam hal ini jelas penyimpanannya sangat dijaga dan penuh dengan kerahasiaan. Karena seharusnya tidak siapapun dapat mengetahui nomor dari pada kartu kredit tersebut. 4) Mencapai nisab, yiatu tiga dirham atau seperempat dinar atau lebih. 2 Dr. Mustafa al-rafi i, Ahka>m al-jaraim fi al-isla>m al Qis}as} wa al Hudu>d wa at-ta zir, h. 67

63 b. Barang yang dicuri adalah murni milik orang lain dan si pencuri tidak mempunyai hak apapun pada barang tersebut. Dalam kasus carding, pelaku carding atau biasa disebut dengan carder jelas tidak mempunyai hak apapun terhadap uang yang disimpan di rekening bank pemilik kartu kredit. Carder mencuri kartu kredit seseorang dan menggunakannya untuk transaksi melalui internet. c. Cara mengambilnya dengan sembunyi-sembunyi Faktor yang bisa menghambat dimasukkannya carding ke dalam sariqah adalah terkait menjadi sangat penting dalam pembicaraan mengenai sariqah karena proses pengambilan yang berbeda-beda akan menghasilkan konsekuensi hukum yang berbeda pula. Kalau kita cermati perbedaan konsekuensi hukum masing-masing variasi bentuk pencurian yang diungkapkan oleh para fuqaha, maka akan terlihat jelas bahwa yang mendasari perbedaan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah terkait dengan bagaimana proses pengambilan dalam pencurian dilakukan. Bahkan posisi pelaku dan tangan pelaku ketika melakukan pengambilan pun akan menghasilkan berbagai konsekuensi hukum. Pengaturan hukum Islam mengenai proses pengambilan ternyata sangat ketat, rinci dan tegas, sampai-sampai dalam hal sariqah al-naqbi, sahabat Ali berkomentar, Jika pencurinya pintar maka tidak dipotong (iz\a> ka>na al-lis}s}u d}ori>fan la yuqt}a ). Artinya, bila seorang pencuri bisa menyiasati

64 ketentuan hukum yang ada dan ketat tersebut, maka ia bisa lepas dari jerat hukum h}add. 3 Oleh karena itu, apabila kita melihat bagaimana modus pengambilan harta dalam praktek carding dilakukan, carding jelas tidak masuk ke dalam sariqah karena dalam hal bagaimana pengambilan dilakukan, antara sariqah dan carding terdapat perbedaan yang sangat mencolok. Dalam carding, sang carder (pelaku carding) hanya menghadap komputer dan menekan tombol-tombol keyboard untuk membobol kartu kredit seseorang. Lalu dengan kartu yang telah dibobol tersebut, dia mentransfer sebagian atau semua uang yang tersimpan dalam kartu kredit tersebut ke rekening lain untuk keperluan tertentu ataupun ke rekening sendiri. Dari deskripsi tersebut, jelaslah bahwa carder secara kasat mata tidak melakukan tindak kejahatan, dia hanya bermain-main dengan komputer. Oleh karena itu pengambilan dalam sariqah dan carding sangat berbeda. Dalam sariqah dilakukan secara langsung dan terjangkau oleh panca indra, sedangkan dalam carding pengambilannya dilakukan secara tidak langsung dan tak terjangkau oleh panca indera. Meskipun carding mempunyai dampak yang sangat nyata, sama dengan dampak yang ditimbulkan oleh sariqah, carding bukanlah sariqah dan belum ada nash syara yang mengaturnya. 3 Wahbah Az-Zuhaili, al-fiqhu al-islamy wa Adillatuhu Juz 6, h. 111

65 Agar carder tidak lepas begitu saja maka carding harus diqiyaskan dengan sariqah, karena keduanya mempunyai persamaan illat hukum. Dalam qiyas ini yang menjadi al-as}lu adalah sariqah dengan ketentuan hukumnya yaitu Q.S. Al-Maaidah ayat 38. Yang menjadi al-far unya adalah carding. Sedangkan hukmul ashli adalah hukum hudud. Meski carding ini dilakukan secara terang-terangan melalui web site yang telah terdaftar, akan tetapi pengambilan uang dari rekening bank tersebut adalah dengan sembunyi-sembunyi. Artinya si pemilik kartu kredit tidak mengetahui dan mengijinkan carder untuk mangambil dan menggunakan uangnya untuk transaksi di internet. d. Pencurinya merupakan orang mukallaf. Pencuri tersebut orang dewasa dan berakal. Dalam hal ini, carder adalah orang yang bisa menggunakan internet dan bahkan ahli dalam urusan hacking dan carding. e. Tidak ada hak syubhat (keragu-raguan) terhadap barang yang dicurinya. Sudah barang tentu carder adalah orang yang mencuri uang orang lain via internet. Dan mereka sama sekali bukan pemilik kartu kredit, karena mereka mencuri kartu kredit orang lain dan mengambil uangnya untuk belanja atau diambil secara tunai. f. Adanya unsur kesengajaan Carder melakukan transaksi carding dengan sengaja untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup mereka.

66 g. Dengan maksud untuk dimiliki Hasil dari tindakan carding tersebut dimaksudkan untuk dimiliki. 2. Dari Segi Sanksi Hukumnya Carding dapat dipersamakan hukumnya dengan sariqah karena ada persamaan illat antara keduanya, yaitu mengambil harta orang lain dari tempat penyimpanannya secara sembunyi dan melawan hukum dengan maksud untuk dimiliki. Konsekuensinya, apabila carding ternyata telah memenuhi syarat-syarat dijatuhkannya had untuk sariqah, maka pelaku carding juga dapat dikenai had potong tangan sebagaimana ditegaskan dalam surat al-ma>idah : 38. Hukum ini berlaku universal tanpa melihat objek yang menjadi sasaran carding. Artinya siapapun orang yang menjadi sasaran carding apakah dia orang muslim atau non-muslim, orang jahat atau baik, aktivitas carding merupakan aktivitas terlarang dan haram. B. Analisa Menurut KUHP 1. Dari Segi Unsur-unsurnya Tindak pidana carding dapat digolongkan sebagai pencurian pokok atau pencurian biasa, sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 362 KUHP. Karena dalam modus operandi carding terdapat unsur-unsur pencurian pokok atau pencurian biasa. Adapun unsur-unsur dari pada pencurian pokok atau pencurian biasa adalah:

67 a. Perbuatan mengambil 1) Mengambil dalam arti nyata, yaitu mengambil disket dan media penyimpanan lainnya yang berisikan data atau program. 2) Mengambil dalam arti mengcopy, yaitu merekam data atau program yang tersimpan di dalam disket dan sejenisnya ke disket lain dengan cara memberikan instruksi-instruksi tertentu pada komputer. Dengan demikian data atau program yang asli masih tetap utuh dan tidak berubah dalam posisi disket semula. Dalam transaksi carding, nomor-nomor kartu kredit didapatkan dari hasil hack, melakukan penyadapan pada setiap transaksi on-line melaui jaringan telekomunikasi, memasuki site-site retail yang belum diamankan atau sitem scuritynya belum bagus, dan lain-lain. Dengan mendapatkan nomor-nomor kartu kredit dan exp. date nya, carder dapat melakukan transaksi on-line baik itu transaksi pembelian ataupun transfer tunai. Mereka melakukan transaksi pembelian melalui internet kemudian memasukkan jenis pembayaran b. Yang diambil adalah suatu benda atau barang Tujuan pencurian nomor kartu kredit adalah agar carder dapat melakukan transaksi e-commerce dengan menggunakan uang orang lain. Jadi dalam hal ini sasaran dari pada carding adalah uang si pemilik kartu kredit.

68 c. Seluruh atau sebagian kepunyaan orang lain, d. Dengan maksud, artinya apabila seseorang yang berniat hendak mencuri atau mengambil sesuatu barang kepunyaan orang lain harus disertai dengan niat sengaja untuk mengambil barang tersebut, bukan karena kekeliruan. Dalam hal ini carder sengaja melakukan tindak pidana carding pada mulanya untuk bermain-main, namun akhirnya menjadi gaya hidup dengan tujuan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. e. Untuk dimiliki, artinya memiliki adalah bertindak sebagai pemilik yaitu melakukan tindakan atas barang tersebut seakan-akan pemiliknya, sedangkan dia bukanlah pemiliknya. Sedangkan yang dimaksud memiliki dengan teknologi komputer adalah seseorang yang ingin menguasai atau ingin mempunyai hak atas data atau program yang tersimpan dalam media penyimpanan disket, tape dan sejenisnya secara tidak sah atau secara melawan hukum. Maksud untuk memiliki tersebut tidak perlu terlaksana, cukup apabila maksud tersebut ada, yang meskipun barang tersebut belum sempat dipergunakan, misalnya sudah tertangkap dahulu tetapi karena kejahatan pencurian tersebut sudah selesai terlaksana dengan selesainya perbuatan mengambil barang.

69 Dalam kasus carding, jelas para carder mendapatkan nomor kartu kredit dan tanggal ex-datenya melawan hukum, apalagi ditambah dengan menggunakan uang orang lain untuk membayar transaksi yang dilakukan dengan tanpa sepengetahuan orangnya. f. Secara melawan hukum, artinya apabila perbuatan tersebut memenuhi semua unsur yang terdapat di dalam rumusan suatu delik menurut Undang-Undang. Sedangkan melawan hukum dalam arti materiil adalah suatu perbuatan yang dapat dipandang sebagai bersifat melawan hukum apabila masalahanya bukan saja harus ditinjau sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang tertulis melainkan juga harus ditinjau menurut asas-asas hukum umum dari hukum tidak tertulis. Dalam hal ini tindakan carding sudah jelas merupakan perbuatan yang melanggar hukum, karena tindakannya merugikan orang lain, yakni pemilik kartu kredit. Dan cara mendapatkan kartu kredit tersebut juga melawan hukum, karena mencuri data orng lain tanpa izin ataupun sepengetahuan pemiliknya. Hal ini bisa dijerat dengan pasal 31 ayat 2 UU ITE tahun 2008. 2. Dari Segi Sanksi Hukumnya Meskipun sudah ada aturan yang membahas tentang data elektronik atau lebih dikenal dengan hukum dunia maya (cyber law), di Indonesia persoalan carding belum disebut secara jelas dalam aturan perundang-

70 undangan yang ada. Perangkat hukum yang ada masih terlalu prematur untuk diterapkan dalam tindak pidana carding. Akan tetapi tindak pidana ini harus tetap diproses secara hukum karena perbuatan seperti ini merugikan banyak pihak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Oleh karena itu, kita dapat memakai perangkat hukum yang ada dalam menangani persoalan carding. Carding dapat digolongkan seperti pencurian biasa atau pencurian pokok karena terdapat unsur-unsur pencurian di dalamnya sebagaimana penjelasan di atas. Pencurian pokok atau pencurian biasa diatur dalam pasal 362 yang berbunyi: Barangsiapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. Selain dapat dikenakan pasal pencurian, tindakan carding dapat dijerat dengan pasal 31 ayat 2 tentang UU ITE tahun 2008. Mengenai sanksi hukumnya terdapat pada pasal 47, yakni: "Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat 2, dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan atau denda paling banyak delapan ratus ribu rupiah".

71 C. Persamaan dan Perbedaan Tindak Pidana Carding Menurut Hukum Pidana Islam dan KUHP 1. Persamaannya a. Dari segi unsur-unsur yang terdapat pada Hukum Pidana Islam maupun KUHP, ada persamaan dalam tindak pidana carding ini, yakni dari barang yang diambil adalah barang yang berharga, barang yang diambil adalah milik orang lain, mengambilnya dengan cara sembunyi-sembunyi, adanya niat atau maksud untuk mengambil dan memilikinya, carder adalah orang mukallaf. b. Sama-sama merupakan tindak kejahatan c. Merugikan orang lain, dalam hal ini adalah pemilik kartu kredit. d. Tidak disebutkan secara jelas dalam perundang-undangan maupun al- Qur an e. Merupakan perbuatan yang dilarang 2. Perbedaannya Adapun perbedaannya terdapat pada sanksi atau hukuman yang diberikan kepada pelaku carding atau carder. Dalam Hukum Islam carder dapat diberikan hukuman potong tangan sebagaimana hukuman yang diberikan kepada pelaku pencurian atau yang disebut dengan sariqah.

72 Sedangkan dalam KUHP, carder dapat diberi hukuman pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah (sebagaimana yang terdapat pada pasal 362), dan dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan atau denda paling banyak delapan ratus ribu rupiah (sebagaimana UU ITE Tahun 2008 pasal 47).