BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri pengolahan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

Produk Domestik Bruto (PDB)

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang mengalami proses perkembangan perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar. Hal tersebut dapat dilihat dari salah satu indikator perubahan yang terjadi, yaitu perubahan dari aktifitas ekonomi tradisional dimana pertanian merupakan basis utama aktifitas perekonomian untuk kemudian bergerak menuju ke sektor industri yang akan mendominasi. Struktur ekonomi model tersebut diatas merupakan dampak dari adanya mekanisme industrialisasi pada suatau wilayah. Setelah pertanian mulai tergeser posisinya, urutan perkembangan aktifitas perekonomian disusul oleh sektor jasa, dimana sektor ini memegang peranan yang cukup strategis pada negara-negara yang mengalami masa transisi. Dua sektor ini secara berangsur akan menggeser sektor pertanian (Todaro, 1999). Sektor industri secara umum dapat diartikan sebagai aktifitas perekonomian manusia yang bersifat produktif dan komersial. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1984, yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku, bahan mentah, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang yang lebih tinggi nilai penggunaannya termasuk rekayasa industri. Selanjutnya, sektor industri di negara yang mengalami masa transisi diharapkan berjalan linier dengan 1

2 pembangunan ekonomi negara tersebut, sebagaimana dipahami bersama tujuan akhir dari pembangunan ekonomi adalah kesejahteraan masyarakat. Seiring berkembangnya waktu, sektor industri menjadi penopang utama perkembangan perekonomian negara, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang berjalan bersama dengan pertambahan jumlah kebutuhan hidup masyarakat. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa Industri merupakan sektor yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang paling cepat dibandingkan sektor-sektor yang lainnya, khususnya industri pengolahan. Sektor industri pada era kekinian merupakan sektor yang menjadi pemimpin dalam aktifitas perekonomian. Artinya, sektor industri yang tumbuh akan mampu mengangkat dan memacu pertumbuhan sektor yang lainnya. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya, dan keseluruhan itu nanti akan mendukung laju pertumbuhan industri. Kemudian akan mengikuti meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat (Sukirno,1994). Secara signifikan perindustrian di dunia dimulai dari Revolusi industri di Eropa dengan Inggris sebagai pada abad 18-19 Masehi dimana perubahan yang cepat di bidang ekonomi yaitu dari kegiatan ekonomi agraris ke

3 ekonomi industri yang menggunakan mesin dalam mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Revolusi Industri telah mengubah cara kerja manusia dari penggunaan tangan menjadi menggunakan mesin. Revolusi industri menghadapakan masyarakat dunia pada perubahan yang signifikan, yaitu proses perubahan yang terjadi secara menyeluruh pada sektor perindustrian. Pola pikir masyarakat dibenturkan dengan cara kerja yang efisien serta aktifitas perekonomian yang lebih efisien (Thompson, 2009). Untuk mengukur tingkat pertumbuhan industri suatu daerah salah satu indikator yang bisa digunakan adalah dengan melihat nilai tambah yang ada. Nilai tambah merupakan angka yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan setelah dikurangi dengan biaya input dan pajak tak langsung. faktor-faktor pembentuk nilai tambah industri sangat kompleks yang keseluruhan merupakan faktor input industri. Input-input industri tersebut diantaranya Bahan Bakar Minyak (bensin dan solar), Tenaga Kerja Produksi dan Non Produksi, dan juga tenaga listrik sebagai penggerak utama pemesinan. Fluktuasi nilai tambah bergantung pada fluktuasi harga faktor input yang ada, sehingga dunia industri seringkali perlu melakukan penghitungan mendetail terhadap proyeksi fluktuasi faktor input industri (Kunawangsih: 2000). Untuk melihat data secara nasional terkait pertumbuhan industri besar dan sedang di indonesia pada diagram I-1 ditunjukan nilai tambah industri besar dan sedang di indonesia pada tahun 2007-2011. Dimana grafik menunjukan angka yang positif, yaitu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

4 Grafik 1.1 Total Nilai tambah Industri Besar dan Sedang (IBS) Indonesia Tahun 2007-2011 1,2E+12 1E+12 8E+11 6E+11 4E+11 1.019.596.065.52 1 853.538.407.200 763.840.326.160 683.035.162.050 563.484.241.495 Tahun Nilai Tambah 2E+11 0 2007 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5 Sumber: Statistik Industri Besar dan Sedang BPS (Diolah). Pada tahun 2007 Nilai Tambah IBS menempati angka Rp. 563.484.241.495 dan meningkat menjadi Rp. 683.035.162.050 atau terjadi kenaikan sebesar 0,21% dari tahun 2006, akan tetapi meskipun secara nilai mengalami peningkatan, akan tetapi prosentasenya cenderung menurun, yaitu berturut-turut sebesar 11,83%, 11,74%, dan baru naik lagi sebesar 19,46% pada tahun 2011. Hal tersebut tidak lepas dari modal dan tenaga kerja atau faktor input yang ada. Fluktuasi harga bahan bakar dan Tarif Dasar Listrik (TDL) mempunyai andil terhadap fluktuasi total nilai tambah secara nasional. Hal ini berarti kebijakan pemerintah terkait faktor input industri harus turut mendukung. Nilai tambah yang positif tersebut menunjukan bahwa sektor industri di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk terus dikembangkan sehingga pemilihan sektor industri sebagai panglima perekonomian merupakan kebijakan yang tepat dari pemerintah Indonesia.

Jawa tengah merupakan salah satu daerah sentral di indonesia, khususnya pulau jawa. Sektor industri di jawa tengah mempunyai andil yang besar dalam membentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), hal ini berarti sektor industri mempunyai andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Tabel 1.1 Nilai PDRB Jawa Tengah Tahun 2009 dan 2010 serta Laju Pertumbuhan Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha 5 Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah) Laju Pertumbuha n (%) Sumber Pertumbuha n (%) 2009 *) 2010 **) 2009 *) 2010 **) 2010 **) 2010 **) 1 2 3 4 5 6 7 Pertanian, Perkebunan, 1 Peternakan, Kehutanan dan 79,342.55 86,372.0 34,101.1 34,956 2,5 0,5 Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3,852.80 4,302.6 1,952.9 2,091.3 7,1 0,1 3 Industri Pengolahan 130,352.1 146,155.2 57,444.2 61,390.1 6,9 2,2 4 Tenaga listrik, Gas dan Air Bersih 4,114.5 4,645.5 1,489.5 1,614.9 8,4 0,1 5 Konstruksi 24,448.7 27,124.6 10,300.6 11,014.6 6,9 0,4 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 78,262.5 86,998.3 37,766.4 40,055.4 6,1 1,3 7 Pengangkutan dan Komunikasi 23,836.8 26,298.7 9,192.9 9,805.5 6,7 0,3 8 Keuangan, Real estat dan Jasa Persh. 14,447.4 15,899.7 6,701.5 7,038.1 5,0 0,2 9 Jasa-jasa 39,246.4 46,599.9 17,724.2 19,029.7 7,4 0,7 PDRB 397,903.9 444,396.5 176,673.5 186,995.5 5,8 5,8 *Angka sementara **Angka sementara Sumber: Berita Statistik BPS Jawa Tengah 2011 Berdasarkan tabel di atas, selama tahun 2010 semua sektor ekonomi yang membentuk PDRB mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor tenaga listrik, gas dan air bersih yang mencapai 8,4 persen, diikuti oleh sektor jasa-jasa 7,4 persen, sektor pertambangan dan penggalian

6 7,1 persen, sektor konstruksi 6,9 persen, sektor industri pengolahan 6,9 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 6,7 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 6,1 persen, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 5,0 persen, serta sektor pertanian 2,5 persen. Sektor industri pengolahan, walaupun hanya tumbuh 6,9 persen tetapi mampu memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, yaitu sebesar 2,2 persen. Artinya hal ini sesuai dengan pemaparan sebelumnya, bahwa pada abad ke 21 ini sektor industri telah menggeser sektor-sektor perekonomian yang lainnya terutama sektor pertanian. Andil sektor industri di Jawa Tengah didukung oleh ketersediaan dan kecukupan berbagai sumber daya. Tidak hanya sumber daya manusia, namun juga sumber daya yang lain seperti bahan bakar minyak dan listrik. Tanpa ada dukungan dari berbagai sumber daya tersebut sektor industri tidak dapat memberikan andil. Hanya saja, pada saat ini ketersediaan dan kecukupan sumber daya bahan bakar dan listrik dibatasi oleh kenaikan harga. Tidak mudah bagi sektor industri untuk beroperasi. Mempertahankan produksi bermakna melonjaknya biaya bahan bakar dan listrik, sedangkan penyesuaian biaya bahan bakar dan listrik bermakna berkurangnya produksi. Sektor industri mengahadapi tantangan dalam penggunaan berbagai sumber daya yang digunakan. Berdasarakan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang industri di jawa tengah dengan judul Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010. 7 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini merupakan batasan ruang lingkup studi dalam penelitian ini dengan melihat latar belakang dan kedudukan sebagaimana telah dipaparkan di atas. Melihat kebijakan pemerintah tentang harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan juga Tarif dasar tenaga listrik (TDL) pada kurun waktu tahun 2006-2010 mengalami beberapa perubahan, maka hal tersebut akan mempengaruhi biaya produksi industri di jawa tengah pada khususnya. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh banyaknya konsumsi bahan bakar (bensin) terhadap nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010? 2. Bagaimana pengaruh banyaknya konsumsi bahan bakar (Solar) terhadap nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010? 3. Bagaimana pengaruh banyaknya Tenaga listrik yang digunakan terhadap nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010?

8 4. Bagaimana pengaruh banyaknya Tenaga Kerja Produksi yang digunakan terhadap nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010? 5. Bagaimana pengaruh banyaknya Tenaga Kerja non Produksi yang digunakan terhadap nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010? 6. Bagaimana pengaruh secara simultan konsumsi bahan bakar bensin, konsumsi bahan bakar solar, konsumsi tenaga listrik, tenaga kerja prosuktif dan tenaga koerja non produksi terhadap nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010? C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang nilai tambah industri besar dan sedang pada provinsi jawa tengah tahun 2006-2010 yang meliputi: 1. Analisis pengaruh banyaknya konsumsi bahan bakar (bensin) terhadap nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010. 2. Analisis pengaruh banyaknya konsumsi bahan bakar (Solar) terhadap nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010.

9 3. Analisis pengaruh banyaknya Tenaga listrik yang digunakan terhadap nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010. 4. Analisis pengaruh banyaknya Tenaga Kerja Produksi yang digunakan terhadap nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010. 5. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Banyaknya Tenaga Kerja non Produksi yang digunakan terhadap nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010. 6. Analisis pengaruh secara simultan konsumsi bahan bakar bensin, konsumsi bahan bakar solar, konsumsi tenaga listrik, tenaga kerja prosuktif dan tenaga koerja non produksi terhadap nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi dinas perindustrian dan koperasi propinsi jateng sebagai bahan informasi kajian terkait dengan faktor yang mempengaruhi niai tambah industri di propinsi jawa tengah, selain itu juga sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan atau keputusan terkait dengan perindustrian. 2. Bagi pelaku indsutri sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam upaya meningkatkan nilai tambah usaha industri, selain itu sebagai evaluasi untuk peningkatan kinerja industri pada yang akan datang.

3. Bagi akademisi sebagai bahan referensi terkait dengan kajian nilai tambah industri jawa tengah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 10 E. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode analisis data dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori Berisi tentang pengertian otonomi daerah, keuangan daerah,dan kinerja keuangan daerah serta tinjauan terhadap penelitian- penelitian terkait yang sudah dilakukan sebelumnya. BAB III Metodologi Penelitian Berisi tentang jenis data, definisi operasional variabel, alat dan model penelitian. BAB IV Analisis Data Dan Pembahasan Menguraikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah industri besar dan sedang di Propinsi Jawa tengah tahun 2006-2010 BAB V Kesimpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Membahas tentang kesimpulan dan saran