BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan reproduksi menjadi masalah serius yang menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa. Perkembangan fisik pada remaja biasanya ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

HUKUM ISLAM DALAM TATA KELOLA HAID DAN PROBLEMATIKANYA. Mursyidah Thahir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk semakin meningkat setiap tahunnya. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB 1 PENDAHULUAN. bekerja secara otomatis, terintegrasi, dan terkoordinasi sehingga dengan

KHUTBAH JUM AT. Kebersihan Jalan Menuju Surga. Khutbah 5

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar,

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB I PENDAHULUAN. Acne vulgaris adalah kondisi yang paling umum dirawat oleh dokter

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar untuk menciptakan masa

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

PENDAHULUAN. Allah berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mu minun ayat 12-15, yaitu:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendidikan memberikan

Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Pada lembaga-lembaga pendidikan tersebut mata pelajaran agama

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga berkembang di bidang ilmu yang lain, seperti Kimia, Fisika, saat ini dengan penerapan konsep matematika tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Terlebih lagi adanya perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah periode yang dimulai dari usia 6-12 tahun atau

Jawaban yang Tegas Dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Merahmati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

MANAJEMEN JATIDIRI ( MJ )

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

KHUTBAH JUM AT. Masjid Tempat Suci, Peliharalah Kebersihannya. Khutbah 11

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING

SIFAT WUDHU NABI. 2. Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya)

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan abnormal dan tidak terkendali dari sel-sel tubuh sebagai tanda

RANGKUMAN MATERI HURUF HIJAIYAH. BACAAN ALIF LAM ( lam Ta rif )

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran agama Islam, umat Islam diperintahkan untuk semangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pondasi utama yang dapat menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

Bersama : H. Ahmad Bisyri Syakur,Lc.MA.

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN. politik, sosial, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahanan tersebut kerap

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah memberikan dorongan agar manusia menuntut ilmu, itu

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengasih dan Pembenci, keduanya hukumnya haram. Pertanyaan: Apakah hukumnya menyatukan pasangan suami istri dengan sihir?

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sudah dirasakan oleh

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia dan tertinggi ke-3 di

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

Bacaan Tahlil Lengkap

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE TERJEMAH BAHASA ARAB DI MAN 1 PEKALONGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kesehatan reproduksi menjadi masalah serius yang menjadi perhatian khusus karena dampaknya luas yang menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil kesepakatan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo tahun 1994, kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental maupun sosial, secara utuh, bukan sekedar terbebas dari kecacatan yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (BKKBN, 2006). Kesehatan reproduksi pada wanita khususnya remaja putri merupakan hal yang sangat penting sehubungan dengan fungsi reproduksinya yang tidak dihadapi pria. Oleh karena itu, banyak organisasi di berbagai negara menciptakan berbagai program untuk memenuhi kebutuhan para remaja di bidang kesehatan reproduksi (Emilia, 2008). Menurut Sari & Ekayanti (2006), masa remaja merupakan tahap peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Remaja adalah kelompok usia potensial yang mempunyai peranan besar dalam meningkatkan produktivitas nasional, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi masa depan. Di sisi lain, perkembangan pesat remaja dapat dilihat dari segi fisik, seksual, intelektual, dan 1

2 emosional yang menjadikan masa remaja sebagai masa yang penuh stress dalam menghadapi risiko-risiko kesehatan reproduksi. Berdasarkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007, jumlah remaja di Indonesia yang berumur 10-19 tahun di Indonesia mencapai 30% dari jumlah penduduk, yakni sekitar 1,2 juta jiwa. Hal ini tentunya dapat menjadi aset bangsa jika remaja dapat menunjukkan potensi diri yang positif, namun sebaliknya akan menjadi petaka jika remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif. Penelitian yang dilakukan Siti cit BKKBN (2004) di salah satu sekolah di Jawa barat menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja mengenai menstruasi masih tergolong rendah, hanya 14% siswa yang tingkat pengetahuannya baik dalam hal perawatan reproduksi ketika menstruasi. Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa masih banyak yang belum tahu tentang cara penggunaan pembalut yang baik. Banyak remaja yang tidak mengganti pembalut setelah dipakai lebih dari enam jam. Padahal penggunaan pembalut lebih dari dua jam didapatkan 107 bakteri/mm 2. Penggunaan pembalut yang terlalu lama dapat menimbulkan lecet, gatal, rasa terbakar, keputihan tidak normal, serta kemungkinan akan timbul infeksi mikroorgnisme pada organ reproduksi (Purwanti, 2007). Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi penting untuk disebarluaskan dan dipahami oleh remaja putri. Dengan pengetahuan yang baik, maka akan menunjukkan perilaku kesehatan yang baik pula. Ketidaktahuan mengenai

3 masalah menstruasi mengakibatkan perilaku yang tidak aman bagi kesehatan, seperti penyakit infeksi pada organ reproduksi (Emilia, 2008).). Seorang remaja yang telah dibekali pengetahuan oleh orangtua atau orang terdekat akan lebih memperhatikan dan meningkatkan upaya higiene saat menstruasi. (Mulyanti (2001) cit Muhaimin & Desria (2004)). Menurut Wahyudi (2003) pada saat menstruasi saluran reproduksi rentan terkena infeksi, terutama pada pembuluh darah dalam rahim. Oleh karena itu, kebersihan vagina harus lebih dijaga karena kuman akan mudah sekali masuk dan menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Pada dasarnya untuk membersihkan vagina cukup dengan menggunakan air bersih, tidak menggunakan pembilas vagina, senantiasa menjaga agar vagina tidak lembab dan basah serta mengganti pembalut sesering mungkin, terutama setelah buang air kecil Hasil penelitian Anita (2002) cit Yuniarti (2005) tentang pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa kelas X dan XI SLTP Negeri II Depok menunjukkan bahwa hanya 44% responden mempunyai perilaku menstruasi yang baik dengan 45,1% saja yang mempunyai pengetahuan yang baik. Sedangkan hasil penelitian dari Muhaimin & Desria (2004) menunjukkan bahwa sebanyak 60,4% responden memiliki pengetahuan yang baik sehubungan dengan menstruasi dan 78,3% dengan perilaku higiene menstruasi yang baik. Sehingga diketahui bahwa pengetahuan menentukan perilaku seseorang. Perilaku higiene menstruasi ini penting dilakukan karena jika tidak diterapkan dengan baik akan berdampak negatif terhadap kesehatan reproduksi

4 wanita. Kira-kira 1% dari jumlah wanita yang mengalami menstruasi ditemukan bakteri Staphylococcus aureus dalam vaginanya (Wulandani, 2008). Didukung dengan iklim di Indonesia yang termasuk daerah tropis dengan udara yang panas dan cukup lembab sehingga tubuh lebih mudah untuk berkeringat dan menimbulkan bau yang tidak sedap, terutama pada bagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan yang menyebabkan bakteri mudah untuk berkembang biak. Jika hal ini tetap dibiarkan akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi masa depan wanita, seperti keputihan, infertilitas (kemandulan), kanker leher rahim, kehamilan ektopik (hamil di luar kandungan) dan kelainan pada bayi (Widyastuti, Rahmawati, dkk, 2009). Berdasarkan data WHO, angka prevalensi Tahun 2006, 25%-50% candidiasis, 20%-40% bacterial vaginosis dan 5%-15% trichomoniasis. Selain itu diksebutkan pula bahwa sebanyak 75% wanita di seluruh dunia pernah mengalami keputihan dalam hidupnya. Indonesia merupakan negara urutan pertama dengan kasus penderita kanker leher rahim (WHO, 2007). Penyakit infeksi Saluran Reproduksi adalah penyakit yang muncul karena kurang menjaga higiene terutama saat menstruasi (Widyastuti, Rahmawati, dkk, 2009). Infeksi yang terjadi disebut infeksi endogen, yaitu infeksi dari dalam alat reproduksi yang disebabkan pertumbuhan kuman yang berlebihan yang ada di dalam alat reproduksi yang disebabkan oleh bakteri dan kandida (jamur), seperti keputihan (Kurniyanta, 2005 cit Astuti, Sulisno, Hirawati, 2007). Infeksi genitalia

5 yang tidak diobati dengan sempurna merupakan faktor resiko terjadinya insiden kanker leher rahim untuk jangka panjang (Siswono, 2005). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMU Muhamadiyah 7 Kota Yogyakarta pada tanggal 2 Oktober 2009 didapatkan bahwa SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta hanya siswa/i kelas XII yang mendapatkan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi, antara lain mengenai menstruasi. Dari 10 siswi yang diwawancarai, tujuh siswi dari kelas X dan tiga siswi dari kelas XI didapatkan tujuh siswi yang belum melakukan perilaku higiene menstruasi dengan benar. Mereka masih jarang mengganti pembalut dan pada umumnya masih banyak yang keliru dalam memahami konsep menstruasi. Seorang guru di sekolah tersebut juga mengatakan masih ada siswi yang kurang peduli terhadap kebersihan ketika menstruasi, misalnya tidak mencuci pembalut yang telah digunakan dan hanya ditinggalkan di dalam kamar mandi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui hubungan anatra tingkat pengetahuan dengan perilaku higiene menstruasi pada remaja putri SMA Muhamadiyah 7 Yogyakarta. Adapun hubungan penelitian ini dengan firman Allah yang menyebutkan tentang kebersihan saat menstruasi adalah dalam surat Al Baqarah ayat 222: و ي س ا ل ون ك ع ن ال م ح يض ق ل ه و أ ذ ى ف اع ت ز ل وا ال نس اء ف ي ال م ح يض و لا ت ق ر ب وه ن ح تى ي ط ه ر ن ف ا ذ ا ت ط هر ن ف ا ت وه ن م ن ح ي ث أ م ر آ م الل ه إ ن الل ه ي ح ب ال ت واب ين و ي ح ب ال م ت ط هر ين

6 Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran." Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri [137] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci [138]. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Adapun Abu Syamah berpendapat, Disunnahkan menghilangkan rambut dari qubul dan dubur. Bahkan menghilangkan rambut dari dubur lebih utama karena dikhawatirkan di rambut tersebut ada sesuatu dari kotoran yang menempel, sehingga tidak dapat dihilangkan oleh orang yang beristinja (cebok) kecuali dengan air dan tidak dapat dihilangkan dengan istijmar (bersuci dari najis dengan menggunakan batu). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu: Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menstruasi terhadap perilaku higiene menstruasi remaja putri SMU Muhammadiyah 7 Yogyakarta Tahun 2009?.

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menstruasi terhadap perilaku higiene menstruasi remaja putri SMU Muhammadiyah 7 Yogyakarta Tahun 2009. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang menstruasi pada remaja putri di SMU Muhammadiyah 7 Yogyakarta Tahun 2009 b. Mengetahui perilaku higienie menstruasi pada remaja putri di SMU Muhammadiyah 7 Yogyakarta Tahun 2009 D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam mengembangkan teori-teori keperawatan yang telah ada, seperti teori dari Lawrence Green yang menganalisis perilaku manusia dari dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor redisposisi (predisposing factor), faktor pendukung (enabling factor), dan ffaktor pendorong (reinforcing factor). 2. Praktis a. Bagi Remaja Putri Sebagai sumber informasi tentang perilaku higiene organ reproduksi saat menstruasi.

8 b. Bagi Orangtua Sebagai sumber informasi untuk menjaga kebersihan organ reproduksi pada saat menstruasi, sehingga dapat memberikan informasi mengenai perilaku higiene saat menstruasi kepada anaknya. c. Bagi Pihak Sekolah Sebagai referensi yang dapat dijadikan sumber pembelajaran bagi guru biologi dalam mempelajari pentingnya perilaku higiene menstruasi terhadap kesehatan reproduksi remaja. d. Bagi peneliti Sebagai penerapan mata kuliah metodologi penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah e. Bagi peneliti lainnya Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya tentang variabel-variabel yang belum diteliti yang behubungan dengan perilaku higiene menstruasi. E. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan menstruasi terhadap perilaku higiene remaja putri belum pernah dilakukan.

9 Adapun penelitian yang hampir serupa adalah : 1. Yanuarti, T (2005). Identifikasi Faktor-Faktor yang berkaitan dengan Higiene Menstruasi Siswa MTS Jam iyyatul Fallah Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat Tahun Ajaran 2005-2006. Penelitian dilakukan dengan mentode deskriptif melalui pendekatan kualitatif terhadap siswi MTs kelas XI dan XII. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa responden yang beperilaku higiene menstruasi yang baik adalah pada responden yang berpengetahuan baik tentang higiene menstruasi, bersikap positif terhadap higiene menstruasi, salah satu orangtuanya bekerja, pendidikan ibu lebih kurang SLTA, tidak terpapar media informasi dan lingkungan. Penelitian yang akan dilakukan ini sama-sama meneliti tentang higiene menstruasi remaja, tetapi variabel yang diteliti hanya salah satu faktor yang berkaitan dengan perilaku higiene menstruasi yaitu faktor tingkat pengetahuan. 2. Wulandani (2008). Gambaran Komunikasi Orangtua dan Anak Remaja Tentang Menstruasi dan Sikap Remaja Putri Terhadap Higiene Menstruasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan total sampling dengan jumlah 139 siswi SLTP. Hasil uji korelasi menunjukkan koefisien (p=0,069) yang berarti bahwa semakin baik kualitas komunikasi orangtua dengan remaja, semakin baik pula sikap responden terhadap higiene menstruasi. Nilai signifikansi (p) = 0,561 (p>0,05), sehingga

10 tidak ada hubungan yang bermakna antara komunikasi orangtua dan anak remaja tentang menstruasi dengan sikap higiene menstruasi. Penelitian yang akan dilakukan ini sama-sama meneliti tentang higiene menstruasi remaja, tetapi variabel yang diteliti hanya salah satu faktor yang berkaitan dengan perilaku higiene menstruasi yaitu faktor tingkat pengetahuan. 3. Muhaimin, T., Desria, K. (2004). Perilaku Higiene Menstruasi Pada Siswi SLTP PGRI 1 Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang. Penelitian ini dilakukan pada 207 siswi yang terdiri dari siswi kelas I dan II. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan point time approach dengan desain cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswi dengan perilaku higieene menstruasi yang baik sebanyak 60,4%, sedangkan siswi dengan perilaku higiene menstruasi yang baik sebanyak 78,3%. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku higiene menstruasi. Penelitian ini sama-sama meneliti tentang higiene menstruasi remaja, tetapi variabel yang diteliti hanya salah satu faktor yang berkaitan dengan perilaku higiene menstruasi yaitu faktor tingkat pengetahuan.