BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dadan Nugraha, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia yang

KOMPETENSI KERJA GURU, KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN DAN KINERJA MENGAJAR GURU TK KOTA BANDUNG

2016 PERSEPSI PEMANGKU KEPENTINGAN TERHADAP PROFESIONALITAS GURU PAUD

BAB I PENDAHULUAN. Undang - Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai suatu upaya pembinaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

Suwarsi : Q

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menghadapi pesatnya persaingan pendidikan di era modern ini, semua

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

OLEH : NINING SRININGSIH, M.PD NIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Profesional Pada Guru PAUD. Kunandar (2011) mendefinisikan kompetensi profesional adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penguasaan ilmu dan teknologi agar sejajar dengan bangsa-bangsa maju di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifi Nurshifa Budiarti, 2016 Studi Implementasi Kurikulum 2013 PAUD di TK Negeri Pembina Se Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dari para penulis, maupun para penyusun kurikulum khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rendahnya kualitas pendidik di Indonesia merupakan cerminan rendahnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran akan mampu. menciptakan lingkungan akademis yang harmonis dan produktif, jika

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengatur lingkungan supaya anak belajar (Sanjaya, 2006:103). Karena dari peran

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas

PERAN GUGUS PAUD DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PAUD NON FORMAL DI KECAMATAN CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Giya Afdila, 2016

BAB I PENDAHULUAN. menentukan karena guru adalah the man behind the gun yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan (Uno, 2009: 11) pendidikan adalah proses pemberdayaan, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimensi kemanusiaan paling elementer dapat berkembang secara optimal ( Haris,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Alamiah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi Teoritis Tinjauan tentang Guru, Kompetensi, Kompetensi Pedagogik, dan PAUD

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0-6 tahun yang sering disebut dengan masa emas pekembangan (golden age). Saat ini kesadaran dan komitmen terhadap PAUD baik secara nasional maupun internasional semakin bertambah. Salah satu pendorong kesadaran dan komitmen terhadap PAUD adalah temuan hasil-hasil riset tentang dampak PAUD terhadap peningkatan sumber daya manusia dan bidang kehidupan lain. UNESCO (Kemendiknas, 2011:38) menyatakan bahwa PAUD berkontribusi terhadap : (1) meningkatnya efisiensi pendidikan, yaitu menurunnya angka mengulang kelas serta meningkatkan kemampuan anak untuk menyelesaikan pendidikan yang lebih tinggi, (2) meningkatnya produktivitas kerja dan kesejahteraan hidup, dan (3) menurunnya angka kejahatan dan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Berbagai peraturan perundangan telah dikeluarkan sebagai perwujudan komitmen membina anak usia dini secara utuh. Komitmen tersebut antara lain tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, pasal 1, butir 14, yang menyebutkan bahwa: Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. PAUD bukanlah bidang yang dapat dianggap ringan karena PAUD memerlukan penanganan yang khas dibandingkan dengan pendidikan lainnya. Hal ini disebabkan karakteristik perkembangan dan cara belajar anak usia dini berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih tua, sehingga diperlukan bimbingan yang khas pula agar anak berkembang secara optimal. Sehubungan dengan hal tersebut, kajian tentang guru PAUD perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh (Setiasih, 2009:1).

2 Taman Kanak-Kanak yang selanjutnya disingkat TK merupakan satuan PAUD pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia 4-6 tahun. Secara filosofis, pendidikan TK bertujuan membantu anak agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang mereka miliki sesuai dengan keunikan masing-masing. Sementara itu, dalam PP RI No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dikatakan bahwa Program pembelajaran TK, RA, dan bentuk lain yang sederajat dikembangkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki SD, MI atau bentuk lain yang sederajat. Penelitian yang dilakukan oleh Subandrijo dan Hidayanto (Bungai, 2008:75) menggambarkan bahwa anak-anak yang menjalani pendidikan di TK memiliki sikap-sikap positif seperti percaya diri, kemampuan bekerjasama, kemampuan bersosialisasi, kemampuan konsentrasi serta kemampuan berkomunikasi yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan TK. Mengingat pentingnya pendidikan TK, maka penyelenggaraan pendidikan TK harus dikelola semaksimal mungkin. Salah satu sumber daya/komponen yang harus dikelola dalam pendidikan TK adalah guru. Guru mendapatkan perhatian yang besar karena guru merupakan sumber daya potensial yang turut berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru merupakan ujung tombak berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan nasional karena guru merupakan pihak yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di dalam kelas serta memiliki peran yang sangat vital dalam meningkatkan kualitas anak didiknya. Guru TK adalah profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran serta melakukan pembimbingan, pengasuhan, dan perlindungan anak didik. Kualifikasi dan kompetensi guru TK didasarkan pada Pasal 26 PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Berdasarkan peraturan tersebut, guru TK harus memiliki kualifikasi akademik minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam

3 bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Morrison (Yufiarti dan Chandrawati, 2011:16) menyatakan bahwa salah satu tolak ukur guru TK sebagai tenaga pendidik yang profesional adalah kinerja guru dalam mengajar. Penyelenggaraan proses pembelajaran menuntut kinerja guru yang optimal karena peran guru yang sangat penting bagi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Guru memainkan berbagai peran dalam situasi pembelajaran, baik sebagai pendidik, fasilitator, mediator, instruktur atau moderator. Anak akan memberikan kerjasama yang baik jika guru menunjukkan keseriusan, etika mengajar, dan membuat prakarsa untuk meningkatkan kemampuan anak dengan sabar dan berkomitmen tinggi. Bagaimanapun, apa yang anak pelajari, akan bergantung pada kinerja mengajar guru itu sendiri (Enueme dan Egwunyenga, 2008:1). Kinerja mengajar guru merupakan unjuk kerja guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya memberikan bimbingan belajar berupa pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi anak didik. Kinerja mengajar guru meliputi kegiatan merancang/merencanakan pembelajaran, menciptakan lingkungan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran serta menilai dan mengkomunikasikan hasil belajar (Kentucky Education Professional Standards Boards, 2003:1-4). Sementara itu, Majid (2011:91), menyatakan bahwa Jika proses belajar mengajar ditinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat guru memegang peranan prima. Ia berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, implementasi, dan penilaian/evaluasi. Danim (2002:123) menyatakan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja yang memadai. Bagaimanapun, kita masih banyak menemukan proses belajar mengajar dimana guru masih menggunakan metode lama seperti pembelajaran satu arah, alat bantu pengajaran yang tidak menarik, dan lemahnya guru dalam meningkatkan motivasi anak. Hasilnya, kreativitas anak dalam proses pembelajaran tidak akan meningkat. Permasalahan mengenai guru yang belum mampu menunjukkan kinerja mengajar yang memadai dihadapi pula oleh jenjang pendidikan TK di Kota

4 Bandung dan hal ini berimplikasi terhadap rendahnya kualitas pembelajaran dan pendidikan yang diselenggarakan di lembaga-lembaga TK. Sebagai contoh hingga saat ini masih terjadi praktik-praktik pendidikan bagi anak TK yang dipandang kurang tepat sehingga menimbulkan kritik. Misalnya pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran yang terlalu akademis, terstruktur dan kaku atau kegiatan pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan membaca, menulis, dan berhitung sementara di sisi lain masih banyak aspek perkembangan anak yang belum mendapatkan perhatian yang seimbang seperti pengembangan kreativitas, pengembangan konsep diri yang positif serta perilaku-perilaku positif lainnya (Setiasih, 2009:16). Bandung merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan lembaga TK yang cukup tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ikatan Guru Taman Kanak- Kanak (IGTK) Kota Bandung, pada Tahun 2012 tercatat lembaga TK yang ada di Kota Bandung berjumlah 496 (493 merupakan lembaga TK yang dikelola oleh swasta dan sisanya, 3 lembaga merupakan TK Negeri yang dikelola oleh pemerintah). Namun sayangnya, jumlah lembaga TK yang cukup besar di Kota Bandung ini tidak diimbangi dengan kondisi pendidik yang kompeten di bidangnya (jabar.tribunnews.com, 2012). Kualifikasi pendidikan yang dimiliki oleh guru TK di Kota Bandung sebagian besar belum memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Gambaran mengenai kualifikasi pendidikan guru TK di Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Kualifikasi Pendidikan Guru TK di Kota Bandung Tahun 2012 No. Kualifikasi Jumlah Persentase Pendidikan 1. SMA 651 29,4% 2. Diploma 795 35,9% 3. Sarjana 770 34,7% Total 2.216 100% Sumber: IGTK Kota Bandung

5 Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa layanan TK di Kota Bandung sebagian besar dilakukan guru dengan kualifikasi pendidikan yang bervariasi. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap kinerja mengajar yang ditampilkan oleh masing-masing guru TK. Beberapa penelitian mengenai kinerja mengajar guru sudah dilakukan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Suryadi (2009) terhadap guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru. Sampel diambil sebanyak 359 orang guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru memberikan kontribusi sebesar 19,36% terhadap kinerja mengajar guru (tergolong sangat kecil). Penelitian Kinerja mengajar guru TK juga pernah diteliti oleh Huda (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, dan motivasi kerja terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Malang. Kinerja mengajar guru dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru adalah kompetensi kerja yang dimilikinya. Menurut PP No. 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, yang dimaksud dengan kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Seorang guru agar dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan baik harus memiliki pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang baik. Castetter (2007:291) menyatakan bahwa knowledge, skills, attitudes require for effective performance yang berarti pengetahuan, keterampilan dan sikap dibutuhkan untuk mewujudkan kinerja yang efektif.

6 Agar pembelajaran TK dapat berjalan efektif dan efisien, guru TK dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya, hal ini sejalan dengan pendapat Bhargava dan Pathy (2011:77) yang menyatakan bahwa...it is established beyond doubt that there lies a strong relationship between teacher competency and effective teaching. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru TK berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2013:5) pada sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah atas (SMA) di Jayapura, Papua, menunjukkan bahwa kompetensi guru memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja mengajar guru. Penelitian lain mengenai kontribusi kompetensi guru terhadap kinerja mengajar guru dilakukan juga oleh Meriana (2011:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi guru memberikan kontribusi sebesar 51,6% terhadap kinerja mengajar guru TK pada Yayasan Pendidikan GMI Manuel. Sementara itu, dari sisi eksternal, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru adalah kepemimpinan kepala sekolah. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja mengajar guru memiliki implikasi bahwa perlu mengalihkan perhatian dari sekedar melakukan pembinaan administratif menjadi pusat pembinaan profesional dengan perhatian pada peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Dalam hal ini, kepala sekolah harus dapat memainkan peranannya sebagai pemimpin pembelajaran (instructional leader) (Daryanto, 2011:71). Smith dan Andrew (Enueme dan Egwunyenga, 2008:13) menyatakan bahwa Instructional leadership is often conceived of as a blend of supervision, staff development, and curriculum development facililitates school improvement. Kepemimpinan pembelajaran sering dianggap sebagai perpaduan dari supervisi, pengembangan staf, dan pengembangan kurikulum yang memfasilitasi perbaikan sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Enueme dan Egwunyenga (2008:16) pada semua sekolah menengah pertama di Asaba Metopolis Negara Bagian Delta,

7 menunjukkan bahwa kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala sekolah yang tinggi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja mengajar guru. Sejalan dengan pernyataan di atas, Obi (2002:18-25) menyatakan bahwa untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang berhasil, kepala sekolah harus memberikan perhatian yang utama terhadap program pengembangan staf, yang terdiri dari teknik kepemimpinan dan prosedur yang dirancang untuk mengubah kinerja mengajar guru. Dia menyatakan bahwa peran kepala sekolah dalam hal ini meliputi: kunjungan kelas, observasi, konferensi, seminar dan lokakarya, asosiasi profesional, program pendidikan in-service, dll. Semua ini akan meningkatkan kinerja mengajar guru. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa lembaga TK di Kota Bandung diperoleh informasi yang menyatakan bahwa kepala TK memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan dan meningkatkan kinerja mengajar guru. Bimbingan, pembinaan, arahan dan dukungan dari kepala TK dirasakan oleh sebagian guru masih kurang serta kepala TK lebih menekankan pembinaan pada sisi administratif, kurang menyentuh pada peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Kepala TK sibuk dengan semua tanggung jawabnya dalam menjalankan sekolah dan mereka kurang memiliki waktu untuk melaksanakan kepemimpinan pembelajaran seperti yang diharapkan. Berkaitan dengan pernyataan-pernyataan di atas dan berdasarkan penelitian sebelumnya serta masih terbatasnya penelitian mengenai kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala sekolah pada jenjang pendidikan TK dan kompetensi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Kontribusi Kompetensi Kerja Guru dan Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK di Kota Bandung.

8 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Inti kajian penelitian ini adalah kinerja mengajar guru TK dimana kinerja mengajar guru TK itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: motivasi kerja guru, kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK, sistem kompensasi, fasilitas belajar, kompetensi kerja guru, lingkungan belajar, persepsi guru, dan komitmen guru. Agar lebih memahami identifikasi masalah tersebut, peneliti gambarkan secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru berdasarkan hasil penelitian terdahulu ke dalam gambar sebagai berikut: Sistem Kompensasi Fasilitas Belajar Kompetensi Kerja Guru Kepemimpinan Pembelajaran Kepala TK Kinerja Mengajar Guru TK Lingkungan Belajar Motivasi Kerja Guru Komitmen Guru Persepsi guru Gambar 1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru (Ainsworth et al., 2002; Arifin, 2013; Enueme dan Egwunyenga, 2008; Gibson et al., 2000; Mangkunegara, 2007) Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru, yang paling menonjol adalah kompetensi kerja guru dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK. Upaya meningkatkan kinerja mengajar guru TK dapat dilakukan dengan meningkatkan kompetensi kerja guru. Kompetensi pada dasarnya merupakan

9 gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku, dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan (Sudrajat, 2008:2). Agar dapat melakukan sesuatu dalam pekerjaannya, seorang guru harus memiliki kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kemampuan yang tinggi pada diri guru akan sangat menentukan kinerja mengajar guru dan memungkinkan terjadinya pengelolaan kegiatan pembelajaran yang semakin efektif dan efisien. Upaya lain yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja mengajar guru adalah melalui kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala sekolah (Enueme dan Egwunyenga, 2008:16). Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala TK secara rutin melakukan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil kunjungan kelas ini, dapat diketahui kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan hal ini tentu berkaitan dengan tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan yang selanjutnya diupayakan solusi, tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran (Sudrajat, 2008:3). Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirinci faktor-faktor teridentifikasi yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut: 1. Masih rendahnya kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung yang tercermin dalam perilaku yang ditampilkan guru saat mengajar. 2. Kompetensi kerja sebagian guru yang rendah, hal ini dapat dilihat dari kualifikasi pendidikan dan kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru TK. 3. Peran kepala TK dalam meningkatkan kinerja mengajar guru dirasa oleh guru masih kurang. Kepala TK lebih menekankan pembinaan pada sisi administratif, kurang menyentuh pada peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

10 Secara kontekstual, peneliti memilih lokasi penelitian di TK yang ada di Kota Bandung karena dekat dengan wilayah kerja peneliti dan peneliti memiliki kemudahan akses informasi dan data dalam melakukan penelitian di Kota Bandung. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian faktor-faktor tersebut maka kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung merupakan fokus masalah yang memerlukan penelaahan empirik. Adapun permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah Seberapa Besar Kontribusi Kompetensi Kerja Guru dan Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala TK Terhadap Kinerja Mengajar Guru TK di Kota Bandung?. Pertanyaan tersebut dapat dikembangkan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah gambaran kompetensi kerja guru TK di Kota Bandung? 2. Bagaimanakah gambaran kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK di Kota Bandung? 3. Bagaimanakah gambaran kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung? 4. Seberapa besar kontribusi kompetensi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung? 5. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK terhadap kinerja mengajar guru TKdi Kota Bandung? 6. Seberapa besar kontribusi kompetensi kerja guru dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi mengenai kontribusi kompetensi kerja guru dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

11 1. Mendeskripsikan kompetensi kerja guru TK di Kota Bandung. 2. Mendeskripsikan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK di Kota Bandung. 3. Mendeskripsikan kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung. 4. Menganalisis kontribusi kompetensi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung. 5. Menganalisis kontribusi kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung. 6. Menganalisis kontribusi kompetensi kerja guru dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala TK secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru TK di Kota Bandung. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang secara lebih rinci penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang Administrasi Pendidikan terutama dalam peningkatan kinerja mengajar guru TK. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi penelitian yang terkait dengan kajian kompetensi kerja guru, kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala sekolah, dan kinerja mengajar guru. 2. Manfaat Praktis a. Bagi kepala TK, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi/masukan dalam upaya meningkatkan peran kepala TK terutama sebagai pemimpin pembelajaran dan pada akhirnya meningkatkan kinerja mengajar guru pada lembaga TK yang dipimpinnya.

12 b. Bagi guru TK, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dalam upaya mengembangkan kompetensi kerja guru dalam rangka peningkatan kinerja mengajar guru menuju pendidikan anak usia dini yang berkualitas. E. Struktur Organisasi Tesis Tesis dalam penelitian ini terbagi dalam lima bab. Bab I Pendahuluan, dimulai dengan latar belakang yang menjelaskan tentang dasar alasan masalah diteliti, dilanjutkan dengan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi tesis. Bab II Kajian Pustaka yang berisi penjelasan konsep/teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yakni posisi teoritik peneliti yang diturunkan dalam kerangka penelitian dan hipotesis. Dalam kajian pustaka pada penelitian ini diuraikan teori yang berkaitan dengan variabel-variabel yang diteliti yakni Kinerja Mengajar Guru dalam Konteks Administrasi Pendidikan, Kompetensi Kerja Guru, dan Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leadership) Kepala Sekolah. Bab III Metodologi Penelitian yang menjabarkan secara rinci mengenai metode dan pendekatan penelitian, lokasi/tempat penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, proses pengembangan instrumen serta teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri atas dua hal utama, yakni pengolahan atas analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, hipotesis, dan pembahasan atau analisis temuan. Bab V Kesimpulan dan Saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.

13