BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hambatan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari. Akan

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, baik jasmani maupun rohani. Kondisi ini adalah kesempurnaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. salah satunya adalah kecelakaan. Ada berbagai jenis kecelakaan yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Difabel atau kecacatan banyak dialami oleh sebagian masyarakat, baik

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti berharap memiliki kondisi fisik yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia dengan kemampuan berbeda-beda dengan rencana yang. kesialan atau kekurangan dengan istilah cacat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perjalanan hidupnya manusia melewati fase-fase kehidupan sejak ia

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan (Papalia, et. la., 2007). Setelah menikah laki-laki dan perempuan akan

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah siswa mempunyai aktivitas dalam bergaul dengan temantemannya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

PEMBERDAYAAN WARGA DIFABEL: KUNCI SUKSES PENGGALIAN POTENSI DALAM BIDANG BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

# kasus terbanyak ditemukan pada kelompok risiko tinggi termasuk pengguna narkoba suntik (penasun), pekerja seks dan pasangan/ pelanggannya, homoseksu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. manuisia bertujuan untuk melihat kualitas insaniah. Sebuah pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia saat ini dapat dikatakan memiliki angka

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TINDAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP (FISIK DAN PSIKOLOGIS) PADA ANAK JALANAN

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB II LANDASAN TEORI

Perilaku Koping pada Penyandang Epilepsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meninggal sebelum usia lima tahun didominasi oleh kelahiran prematur dan kelahiran bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kesengsaraan pada manusia. Di negara negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebahagiaan yang menjadi tujuan seseorang. Kebahagiaan autentik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang masuk ke Komnas Remaja tahun itu, sebanyak kasus atau

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari masa prenatal sampai datangnya masa kematian. Setiap masa

BABI PENDAHULUAN. menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat meningkatkan fungsi sistem imun, namun sebaliknya ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia

BAB 1 PENDAHULUAN. industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang

Makna Hidup Penyandang Cacat Fisik Postnatal Karena Kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan kehidupannya dapat dijalani dengan baik sesuai harapan-harapan di masa yang akan datang. Namun sering kali harapan yang ada menjadi sirna karena terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak terduga dalam kehidupannya, misalnya kecelakaan atau bencana alam yang menyebabkan individu mengalami cacat tetap pada anggota tubuhnya. Individu yang sebelumnya mempunyai fisik yang normal, tentu kemudian akan menghadapi berbagai permasalahan yang harus dihadapi dan menyulitkan berkaitan dengan peristiwa kecelakaan yang mengakibatkan cacat tubuh permanen yang baru diperolehnya. Berbagai kelainan pada kondisi fisik yang baru tersebut, tentu saja mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan perilakunya sehari-hari. Keadaannya tentu akan berbeda jika dibanding dengan kondisi orang normal pada umumnya yang membuat mereka dapat beraktivitas tanpa ada kendala yang mengganggu. Kecacatan merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan oleh setiap individu karena dengan kondisi cacat individu mempunyai keterbatasan atau hambatan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari. Akan tetapi, siapa yang dapat menolak kehendak Sang Pencipta terhadap umatnya? Apabila sang pencipta menghendakinya, apapun bisa terjadi dalam kehidupan manusia, termasuk kecelakaan. Kecelakaan bisa saja terjadi pada siapa saja dan kapan saja karena kecelakaan merupakan suatu peristiwa spesifik yang terjadi 1

2 secara tidak sengaja, dan tidak diharapkan yang terjadi pada tempat dan waktu yang tidak ditentukan. Kecacatan yang terjadi secara tiba-tiba (karena kecelakaan) akan menyebabkan perubahan besar bagi individu, apalagi sebelum mengalami kecacatan individu memiliki kelengkapan fisik yang membuat individu tersebut mampu melakukan banyak kegiatan dan memiliki kehidupan yang lebih baik dengan kelengkapan fisiknya serta mampu melakukan tugas-tugas perkembangannya dengan optimal sebagaimana mestinya tanpa ada hambatan fisik. Ketika individu memasuki masa dewasa awal dengan berbagai tugas perkembangannya, seperti mulai bekerja, memilih pasangan, membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga negara serta mencari kelompok sosial yang menyenangkan (Hurlock, 2004). Individu pada awalnya dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya namun karena adanya suatu kecelakaan membuat individu tidak lagi mampu memenuhi tugas perkembangannya dengan maksimal. Perubahan drastis tersebut, seperti kecelakaan yang mengakibatkan kecacatan, terutama pada fisiknya, memberi tekanan psikologis yang sangat besar bagi individu yang mengalaminya. Hal ini dikarenakan pada awalnya ia memiliki fisik yang normal, mampu beraktivitas dengan baik namun tiba-tiba dihadapkan pada kondisi cacat yang membuat individu menjadi terbatas untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengurus diri sendiri, bekerja, dan lain-lain (Burns, 2010). Penyandang cacat fisik yang mengalami amputasi disebabkan karena kecelakaan tentunya memiliki dampak psikologis yang negatif pada situasi yang

3 dialami. Dampak psikologis yang mengikuti penyandang cacat fisik tersebut, menurut Senra (2011), antara lain: depresi, trauma, marah,shock, tidak dapat menerima keadaan, bunuh diri. Reaksi negatif atau positif yang dimiliki oleh tiap individu itu yang membuat penerimaan diri berbeda satu sama lain. Individu yang mengalami cacat fisik karena kecelakaan memiliki penerimaan diri yang berbeda dibandingkan dengan individu yang mengalami cacat fisik sejak lahir yang telah beradaptasi sejak awal.setiap situasi dan kejadian pasti menghadirkan suatu tantangan kepada individu itu sendiri. Fenomena yang terjadi di indonesia sendiri bahwa penyandang cacat sangatlah dipandang sebagai manusia yang hidup dengan kelemahan dalam segala hal, diremehkan bahwa hidupnya tidak memiliki harapan untuk lebih baik, tetapi setiap individu selalu ingin mencapai apa yang diinginkannya dalam hidupnya, tidak peduli ia normal secara fisik, orang yang tidak normal (cacat) pun tetap memiliki keinginan untuk bisa mencapai sesuatu yang didambakan dalam hidupnya. Keterbatasan fisik yang dialami oleh seseorang harusnya tidak menjadi penghalang bagi individu untuk dapat merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Kasmayati, 2013) telah memaparkan bahwa kecacatan fisik yang dialami oleh seseorang individu dalam peningkatan optimisme di dalam hidupnya karena adanya dorongan dari dalam diri subjek, tapi juga dorongan dari luar diri subyek seperti lingkungan sekitar dan keluarga social support semua dukungan yang diberikan kepada individu dari lingkungan

4 sosialnya (keluarga, kawan, guru, profesional) dan sebagainya, sehingga akan menimbulkan optimis kepada individu untuk melanjutkan hidupnya dengan kekurangan fisik yang ia alami. Pada penelitiannuralfian, dkk. (2012) selanjutnya pun memaparkan bahwa individu yang mengalami kecacatan fisik postnatal, menemukan makna hidupnya dengan menganggap bahwa peristiwa kecelakaan baik kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas. Atas anggapan murni kecelakaan melihat bahwa tidak ada pihak yang terlihat di dalamnya atas unsur sengaja. Dampak yang ditimbulkan setelah menemukan makna hidupnya ialah subyek pasrah akan kondisinya sekarang sebagai akibat dari peristiwa kecelakaan yang dialami. Subyek menerima dengan apa adanya dan menjalani kehidupan dengan tetap memiliki rasa optimis dan bangga pada dirinya. Kondisi individu yang merasa tidak berdaya seperti itu seringkali mempengaruhi psikologis para penyandang cacat dan membuat seseorang merasa kurang diterima oleh individu lainnya dan tidak mampu lagi melakukan tugas atau aktivitas mereka seperti dulu sebelum mereka mengalami kecacatan, merasa tertolak oleh lingkungan karena keterbatasannya untuk melakukan aktivitas seperti orang yang normal. Tentunya mereka yang yang hidup sebagai penyandang cacat tidak menginginkan kehidupan yang tidak baik. Sebagai manusia yang di takdirkan dengan akal yang baik dari ciptaan Tuhan lainnya, membuat mereka berusaha merubah nasib dengan segala cara mereka, namun keadaan seakan merubah semuanya dengan pahit dan mereka mencoba menerima diri.

5 Penerimaan diri adalah seseorang yang memandang dirinya sebagaimana adanya dan memperlakukannya secara baik disertai rasa senang serta bangga sambil terus mengusahakan kemajuannya, serta penerimaan diri pun memerlukan kesadaran dan kemauan melihat fakta-fakta yang ada pada diri kita, baik secara fisik maupun psikis, menyangkut berbagai kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ada, menerimaanya secara total tanpa kekecewaan. Jadi penerimaan diri dianggap sebagai suatu prakondisi menuju perubahan demi kebaikan lebih lanjut dari individu itu sendiri. Chaplin (2008) berpendapat bahwa penerimaan diri merupakan sikap yang mencerminkan perasaan seseorang sehubungan dengan kenyataan yang ada dirinya, sehingga individu yang menerima dirinya dengan baik akan mampu menerima kelemahan atau kelebihan yang dimilikinya. Penerimaan diri merupakan suatu kondisi dimana individu mampu menerima kelebihan dan kekurangannya dan memiliki harapan yang realistis, dan menghargai dirinya. Acocella, dkk (dalam jurnal psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusian, 2004) menambahkan bahwa individu yang bisa menerima diri secara baik tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri, sehingga lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Kesempatan ini membuat individu mampu melihat peluang-peluang berharga yang memungkinkan dirinya berkembang. Penerimaan diri berkaitan dengan konsep diri yang positif. Acocella, dkk (dalam jurnal psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusian, 2004) menambahkan bahwa seseorang dengan konsep diri positif dapat memahami dan

6 menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya, orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif. Ryff (1989), mengemukakan banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menyukai dan menerima keadaan dirinya adalah menerima dirinya sendiri, menciptakan hubungan positif dengan orang lain, mandiri, penguasaannya terhadap lingkungan, Tujuaan hidupnya. Dari beberapa faktor tersebut sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan seseorang atau individu dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti pun melihat dan pernah tinggal dengan individu yang mengalami cacat fisik karena kecelakaan lalu lintas bahwa individu yang mengalami kecacatan akibat kecelakaan selain mendapat perlakuan negatif dari orang-orang disekitarnya yang membuat mereka dikucilkan (seperti dianggap tidak mampu melakukan sesuatu pekerjaan dengan baik, orang yang sulit/dingin), mereka juga berusaha agar bisa menerima diri mereka sepenuhnya karena kondisi cacatnya tersebut yang mengakibatkan mereka tidak percaya diri (karena sebelum mengalami kecacatan mereka memiliki fisik yang normal dan tidak memiliki hambatan), hubungan dengan orang lain pun terganggu karena menganggap orang lain selalu memandang negatif terhadap mereka, membatasi diri dari lingkungannya, dan tidak ada keyakinan akan dapat mencapai tujuan hidup mereka. Pola asuh yang diberikan pun mulai berbeda terhadap individu yang mengalami kecacatan fisik, karena individu menganggap dirinya tidak bisa mandiri dan tertekan oleh perlakuan orang tua dan saudara saat itu, sehingga

7 individu ini mengalami perubahan dalam sikap berbicara, memandaang orang lain, bercakap dengan orang sekitar dan perubahan cara berpikir yang berubah. Oleh karena itu, peneliti tertarik melihat gambaran penerimaan diri pada individu / dewasa awal yang mengalami cacat fisik karena kecelakaan. B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran penerimaan diri pada dewasa awal yang cacat fisik karena kecelakaan. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penerimaan diri pada individu dewasa awal yang mengalami kecacatan fisik akibat kecelakaan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil Penelitian ini di harapkan dapat memberi sumbangan yang berarti bagi bidang psikologi, khususnya psikologi klinis dan psikologi perkembangan dalam kaitannya penerimaan diri pada dewasa awal yang mengalami cacat fisik karena kecelakaan. 2. Manfaat Praktis a) Penelitian ini di harapkan dapat menjadi acuan bagi masyarakat dan penelitian lainnya mengenai penerimaan diri.

8 b) Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang berarti bagi semua pihak (Pemerintah, LSM, Aktivis dan Pemerhati Penyandang Cacat) dalam memahami masyarakat yang hidup dengan keterbatasan. c) Menjadi bahan refrensi untuk menyusun program pemberdayaan dan perekembangan kepribadian.