BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bahan basis gigitiruan resin. Resin akrilik. Swapolimerisasi. Konduktivitas termal. Minuman soda Obat Kumur Kopi Teh Nikotin

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30%

PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN SODA SKRIPSI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: CHRISTO B.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III

COMPRESSIVE STRENGTH RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PENAMBAHAN SERAT KACA 1 % DENGAN METODE BERBEDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. post test only controlled group design. Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

Perubahan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas dalam perendaman larutan cuka apel

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN KECIL DENGAN UKURAN BERBEDA TERHADAP KEKUATAN IMPAK DAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Daya tahan, penampilan dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

BAB 3 METODE PERCOBAAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH WAKTU PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK BUAH LERAK 0,01% TERHADAP KEKUATAN IMPAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1. Penyusun:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.

BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

BAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

3 Metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

Klasifikasi. Polimerisasi panas. Polimerisasi kimia. Waterbath Manipulasi microwave. Metil metakrilat. Cross lingking agent. Inhibitor hydroquinon

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Tugas Akhir Inovasi Pembuatan Free Germs Hand sanitizer (Fertz) yang Praktis dan Ekonomis dari Ekstrak Daun Kersen BAB III METODOLOGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Transkripsi:

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris 3.2 Sampel dan Besar Sampel 3.2.1 Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini digunakan resin akrilik polimerisasi panas dengan ukuran (65x10x2,5) mm untuk mengukur kekuatan transversal (ADA Spec no.12). 10mm 65 mm 2,5 mm Gambar 2. Ukuran batang uji kekuatan transversal 3.2.2 Besar Sampel Penelitian Pada penelitian ini jumlah sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus sebagai berikut: (t-1)(r-1) 15 Keterangan : t : Jumlah perlakuan r : Jumlah ulangan Dalam penelitian ini, terdapat 6 kelompok perlakuan yaitu resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam akuades selama 2 jam, 6 jam, 8 jam dan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang selama 2 jam, 6 jam, 8 jam. Maka t = 6 dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut: ( t 1 ) ( r 1 ) 15

(6 1 ) ( r 1 ) 15 r 4 r = 5 Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 5 buah. Maka total sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 30 buah (untuk 6 kelompok), yang terdiri dari 2 kelompok untuk perendaman selama 2 jam (ekstrak biji pinang dan kontrol), 2 kelompok untuk perendaman selama 6 jam (ekstrak biji pinang dan kontrol), 2 kelompok untuk perendaman selama 8 jam (ekstrak biji pinang dan kontrol). 3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Klasifikasi Variabel 3.3.1.1 Variabel Bebas : Resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam 3.3.1.2 Variabel Terikat Kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas 3.3.1.3 Variabel Terkendali 1. Ukuran sampel 2. Lama peredaman 3. Perbandingan powder dan liquid resin akrilik polimerisasi panas 4. Perbandingan powder gips keras dan air 5. Waktu pegadukan gips 6. Suhu dan waktu kuring 7. Tekanan pengepresan 8. Teknik pemolesan 9. Pembuatan ekstrak biji pinang 10. Suhu dan waktu perendaman

3.3.2 Definisi Operasional Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Bebas No Variabel Bebas Definisi Operasional Alat Ukur 1 Resin akrilik Bahan basis gigitiruan yang terdiri atas bubuk dan - polimerisasi panas cairan yang setelah pencampuran dan pemanasan membentuk suatu bahan padat yang kaku (QC 20, England). Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Terikat No Variabel Terikat Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur 1 Kekuatan Ketahanan resin akrilik setelah polimerisasi Ratio Torsee s transver- terhadap suatu beban vertikal yang Sal dikenakan pada sebuah batang uji yang Universal ditumpu pada kedua ujungnya sampai Testing batang uji tersebut patah Machine,Jap an Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Terkendali No Variabel Terkendali Definisi Operasional 1 Ukuran sampel Resin akrilik polimerisasi panas dengan ukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk pengujian kekuatan transversal. Alat Ukur Penggaris besi 2 Perbandingan adonan gips keras 3 Waktu pengadukan gips keras 4 Perbandingan polimer : monomer Perbandingan jumlah gips keras dan air yang digunakan untuk menanam sampel dalam kuvet, yaitu 300 gram gips keras : 90 ml air. Waktu yang diperlukan untuk mengaduk gips dengan menggunakan spatula, yaitu selama 15 detik. Perbandingan jumlah polimer : monomer resin akrilik polimerisasi panas yang digunakan pada penelitian, yaitu 2 gr : 1 ml. Sendok takar dan wadah air Stopwatch Sendok takar dan wadah air

5 Tekanan pengepresan 6 Suhu dan waktu kuring 7 Teknik pemolesan 8 Suhu dan waktu perendaman 9 Ekstrak biji pinang 10 Waktu perendaman sampel dalam ekstrak biji pinang Tekanan yang digunakan untuk mengepres kuvet yang telah berisi resin akrilik polimerisasi panas yaitu 1000 psi untuk pengepresan pertama dan 2200 psi untuk pengepresan kedua. Suhu dan waktu yang diperlukan untuk polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas, yaitu fase I 70 o C selama 90 menit dan fase II 100 o C selama 30 menit, lalu kuvet dibiarkan sampai dingin pada suhu kamar. Cara pemolesan sampel agar diperoleh permukaan yang rata dan halus. Pada penelitian ini digunakan teknik pemolesan mekanis dengan menggunakan kertas pasir waterproof berukuran 600 di bawah aliran air. Suhu dan waktu yang digunakan untuk merendam sampel dalam akuades pada suhu 37 o C, yaitu selama 48 jam. Biji pinang yang telah diekstrak menggunakan teknik maserasi disertai pengadukan dengan pelarut metanol Lamanya sampel direndam dalam ekstrak biji pinang, yaitu selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam Press hidrolik (OL57 Manfredi, Italy) Termometer, stopwatch - Termometer, stopwatch Timbangan dan Erlenmeyer Stopwatch 3.4 Tempat dan Waktu Penelitian 3.4.1 Tempat Pembuatan Ekstrak Biji Pinang Laboratorium Obat Tradisional IPB 3.4.2 Tempat Pembuatan Sampel 1. Unit Uji Laboratorium Dental FKG USU 2. Laboratorium Prostodonsia FKG USU

3.4.3 Tempat Pengujian Sampel Laboratorium Penelitian FMIPA USU 3.4.4 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan bulan Februari-Maret 2014 3.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat Penelitian 3.5.1.1 Alat yang Digunakan Untuk Menghasilkan dan Merendam Sampel a. Kuvet logam (Smic. China) b. Rubber bowl dan Spatula c. Timbangan digital (Sartorius AG Gottingen, Jerman) d. Unit Kuring (Filli Manfredi Pulsar-2, Italia) e. Vacuum mixer (Whip USA) f. Vibrator (Filli Manfredi Pulsar-2, Italia) g. Hydraulic press (OL 57 Manfredi, Italia) h. Portable dental engine (maraton, Jepang) i. Straight handpiece (Maraton, Jepang) j. Lekron (Smic, China) k. Model induk logam dengan ukuran (65x10x2,5) mm (ADA spec. no.12) l. Gelas beker, pot porselen, pipet m. Mata bur fresser n. Masker o. Pinset p. Tisu q. Wadah kaca

3.5.1.2 Alat yang Digunakan Untuk Menguji Sampel Alat uji kekuatan transversal Torsee s Electronic System Universal Testing Machine (2tf senstar, SC-2-DE Tokyo-Japan) 3.5.1.3 Bahan Penelitian a. Resin Akrilik Polimerisasi Panas (QC-20, England) b. Ekstrak Biji pinang (Areca catechu L) c. Gips Keras (Moldano, Germany) d. Vaselin e. Plastik Selopan f. Cold Mould Seal (QC-20, England) g. Akuades h. Air i. Kertas pasir waterproof nomor 600 3.6 Cara Penelitian 3.6.1 Persiapan Pembuatan Sampel 3.6.1.1 Pembuatan Mold a) Membuat adonan gips keras, perbandingan gips dengan air adalah 300gram: 90 ml air untuk kuvet atas dan bawah b) Adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik sampai tercampur homogen selama 30 detik c) Adonan dimasukkam ke dalam kuvet yang telah disiapkan diatas vibrator

Gambar 3. Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy) d) Model induk diletakkan pada adonan gips yang mulai mengeras di dalam kuvet, masing-masing kuvet berisi 3 model induk. e) Setelah agak mengeras, gips dirapikan dan didiamkan sampai mengeras selama 60 menit f) Permukaan gips diolesi dengan vaselin kemudian kuvet atas dipasangkan dan diisi dengan adonan gips keras di atas vibrator g) Setelah gips mengeras, kuvet dibuka, model induk diangkat, cetakan model yang didapat dituang untuk membuang sisa vaselin sampai bersih h) Setelah kering olesi dengan cold mould seal, tunggu selama 20 menit (sesuai petunjuk pabrik) Gambar 4. Mold pembuatan sampel resin akrilik polimerisasi panas

3.6.1.2 Pengisian Resin akrilik pada Mold a) Polimer dan monomer diaduk dalam pot porselen dengan perbandingan 2 gr : 1 ml sesuai petunjuk pabrik dan ditunggu hingga adonan mencapai stadium dough b) Mold yang telah diolesi separator diisi penuh dengan adonan resin akrilik c) Plastik selopan diletakkan di antara kuvet atas dan bawah, lalu ditutup dan ditekan perlahan dengan press hidrolik dengan tekanan 1000 psi (70 kg/cm 2 ) d) Kuvet dibuka dan kelebihan akrilik dipotong, kemudian kuvet ditutup kembali, dilakukan pengepresan dengan tekanan 2200 psi (154 kg/cm 2 ) kemudian baut dipasang Gambar 5. Press Hidrolik 3.6.1.3 Kuring Kuring unit diisi dengan air, suhu dan waktu diatur pada fase I 70 0 C selama 90 menit dan fase II 100 0 C selama 30 menit. Kuvet dikeluarkan dari kuring unit dan dibiarkan dingin sampai suhu kamar.

Gambar 6. Waterbath (Fili Manfredi, Italy) 3.6.1.4 Penyelesaian Akhir Batang uji dikeluarkan dari kuvet, kemudian dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan bur frasser. Batang uji kemudian dihaluskan dengan kertas pasir waterproof dengan nomor 600 di bawah air mengalir sampai memperoleh ukuran yang di inginkan 3.6.2 Pembuatan Ekstrak Biji Pinang 1. Pembuatan ekstrak biji pinang dilakukan dengan metode maserasi disertai pengadukan. 2. Sebanyak 100 gram biji pinang dimasukkan ke dalam 1 liter metanol, kemudian diekstrak dengan pengadukan menggunakan magnetic stirrer (150 rpm) pada suhu kamar selama 3 jam. 3. Campuran disaring dua kali berturut-turut menggunakan kertas saring whatman No. 4, kemudian No.1 filtrat yang diperoleh dari ekstraksi I dan II dikumpulkan 4. Pelarutnya (metanol) dilarutkan dengan rotary vacum evaporator pada suhu 45 0 C, sampai tidak terjadi lagi pengembunan pelarut pada kondensor (menunjukkan semua pelarut telah teruapkan). Hasil ini menunjukan 100% ekstrak.

5. Selanjutnya dibuat ekstrak biji pinang dengan konsentrasi sebesar 20% dengan cara 20 ml ekstrak biji pinang dilarutkan di dalam 80 ml aquades. 17 3.6.3 Perendaman Sampel a) Sampel direndam dalam akuades selama 48 jam sebelum dilakukan penelitian agar sampel menjadi jenuh. b) Sampel dibagi menjadi 6 kelompok yaitu : - Sampel yang direndam dalam akuades selama 2 jam (Kelompok A) - Sampel yang direndam dalam akuades selama 6 jam (Kelompok B) - Sampel yang direndam dalam akuades selama 8 jam (Kelompok C) - Sampel yang direndam dalam ekstrak biji pinang selama 2 jam (Kelompok D) - Sampel yang direndam dalam ekstrak biji pinang selama 6 jam (Kelompok E) - Sampel yang direndam dalam ekstrak biji pinang selama 8 jam (Kelompok F) c) Setelah 48 jam dimulai penelitian dengan cara merendam sampel dalam larutan ekstrak biji pinang sesuai waktu yang ditetapkan pada masing-masing kelompok. d) Setelah itu, sampel dikeluarkan, dicuci dan dibiarkan sampai kering, lalu dilakukan pengujian kekuatan transversal untuk kelompok A, B, C, D, E dan F 3.6.4 Pengukuran Kekuatan Transversal Pengukuran kekuatan transversal dilakukan dengan menggunakan alat uji kekuatan transversal Torsee s Electronic System Universal Testing Machine (2tf Senstar, SC-2-DE Tokyo Japan) dengan kecepatan cross head 1/10 mm/detik. Jarak antar kedua penyangga adalah 50 mm. Batang uji diberi nomor pada kedua ujungnya dan garis pada bagian tengah serta ditempatkan pada alat sedemikian rupa sehingga

alat menekan batang uji tepat pada garis tersebut. Pada monitor akan terlihat nilai yang didapat dari hasil uji. Cara pengukuran kekuatan transversal digunakan rumus : S = Keterangan : S : kekuatan transversal (kg/cm 2) I : jarak pendukung (cm) P : Beban (kg) b : Lebar batang uji (cm) d : Tebal batang uji (cm) Gambar 7. Alat Uji Kekuatan Transversal (Torsee s Electronic Universal Testing Machine, Japan) 3.7 Analisis Data a. Uji t untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang dan kontrol pada masing-masing kelompok waktu.

b. Uji Anova satu arah untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman ekstrak biji pinang terhadap kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas

3.8 Kerangka Operasioal Pembuatan model induk Pembuatan mold dalam kuvet Pengisian resin akrilik pada mold Kuring Penyelesaian akhir dan Sampel penelitian Perendaman sampel penelitian dalam Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L) konsentrasi 20% selama Uji kekuatan transversal Pengumpulan data Analisis data Hasil

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas setelah Direndam dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam Uji kekuatan transversal dilakukan dengan menggunakan beban sampai patahnya batang uji RAPP, besar beban dinyatakan dengan kg/cm 2. Untuk kelompok A kekuatan transversal terkecil bahan basis gigitiruan RAPP adalah 948 kg/cm 2 dan terbesar adalah 993,60 kg/cm 2 dengan nilai rerata ± SD 975,38 ± 22,52. Untuk kelompok B, kekuatan transversal terkecil bahan basis gigitiruan RAPP adalah 873,76 kg/cm 2 dan terbesar adalah 993,60 kg/cm 2 dengan nilai rerata ± SD 935,57 ± 42,42. Untuk kelompok C, kekuatan transversal terkecil bahan basis gigitiruan RAPP adalah 853,77 kg/cm 2 dan terbesar adalah 953,75 kg/cm 2 dengan nilai rerata ± SD 916,90 ± 37,87. Untuk kelompok D, kekuatan transversal terkecil bahan basis gigitiruan RAPP adalah 804 kg/cm 2 dan terbesar adalah 980,40 kg/cm 2 dengan rerata ± SD 907,68 ± 65,29. Untuk kelompok E, kekuatan transversal terkecil bahan basis gigitiruan RAPP adalah 872,40 kg/cm 2 dan terbesar adalah 909,6 kg/cm 2 dengan nilai rerata ± SD 895,84 ± 14,51. Untuk kelompok F, kekuatan transversal terkecil bahan basis gigitiruan RAPP adalah 846 kg/cm 2 dan terbesar adalah 902,4 kg/cm 2 dengan nilai rerata ± SD 877,96 ± 20,81. Nilai dari seluruh kelompok sampel, nilai kekuatan transversal terkecil ditemukan pada kelompok D dengan kekuatan tranversal terdapat pada sampel nomor 4 yaitu 804 kg/cm 2. Nilai kekuatan transversal terbesar ditemukan pada kelompok A dengan nilai kekuatan transversal terbesar terdapat pada sampel nomor 3 yaitu 993,6 kg/cm 2.

Tabel 4. Kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam beserta kontrol No 2 jam 6 jam 8 jam Sampel Akuades (A) Pinang (D) Akuades (B) Pinang (E) Akuades (C) Pinang (F) 1 992,54 936 938,4 904,8 853,77* 885,52 2 989,01 898,8 937,2 892,8 953,75** 846* 3 993,6** 919,2 934,92 899,64 936 872,4 4 953,75 804* 993,6** 872,4* 919 883,5 5 948* 980,4** 873,76* 909,6** 921,98 902,4** X 975,38 907,68 935,57 895,84 916,9 877,96 ± ± ± ± ± ± ± SD 22,52 65,29 42,42 14,51 37,87 20,84 Keterangan: * = Nilai Terkecil, ** = Nilai Terbesar 4.2 Perbedaan Kekuatan Transversal Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Pada Perendaman dalam Ekstrak Biji Pinang Dengan Konsentrasi 20% dan Kontrol Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam Perbedaan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak biji pinang dan kontrol pada masing-masing kelompok waktu dianalisis dengan menggunakan uji t-independen. Hasil uji t pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada 2 kelompok, yaitu pada kelompok yang direndam selama 2 jam dalam akuades (kelompok A) dan ekstrak biji pinang (kelompok D) dengan nilai p = 0,060 (p > 0,05), kelompok yang direndam selama 6 jam dalam akuades (kelompok B) dan ekstrak biji pinang (kelompok E) dengan nilai p = 0,083 (p > 0,05) menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Pada kelompok yang direndam selama 8 jam dalam akuades (kelompok C) dan ekstrak biji pinang (kelompok F) dengan nilai p = 0,079 (p > 0,05) juga menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan.

Tabel 5. Perbedaan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam kelompok waktu perendaman n P Akuades (A) 5 2 jam Pinang (D) 5 0,060 Akuades (B) 5 6 jam Pinang (E) 5 0,083 Akuades (C) 5 8 jam Pinang (F) 5 0,079 4.3 Pengaruh Waktu Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam Terhadap Kekuatan Transversal Pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang terhadap kekuatan transversal dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah. Sebelum dilakukan uji statistik, terlebih dahulu dilakukan uji Levene untuk mengetahui homogenitas data. Hasil uji homogenitas ekstrak biji pinang menunjukkan nilai 2,697 dengan tingkat signifikansi p = 0,108 (p > 0,05) Setelah uji homogenitas, dilakukan uji ANOVA satu arah. Hasil uji menunjukkan hasil yang tidak signifikan, yaitu p = 0,523 (p > 0,05). Nilai ini menunjukkan tidak adanya pengaruh waktu yang signifikan waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal.

Tabel 6. Pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal Kelompok Perendaman dalam X±SD p Ekstrak Biji Pinang 20 % 2 jam (D) 907,68 ± 65,29 6 jam (E) 895,84 ± 14,51 0,523 8 jam (F) 877,96 ± 20,84

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Metodologi Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mempelajari suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat adanya perlakuan tertentu. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis post test only group control design yaitu nilai kekuatan transversal sampel penelitian berperan sebagai variabel terikat yang diberikan post test (perlakuan akhir) tanpa terlebih dahulu diberikan pre test (perlakuan awal). Desain ini digunakan karena tidak mungkin dilakukan pengujian kekuatan trasnversal pada tahap awal pada sampel. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan adanya pengaruh antara beberapa kelompok perlakuan dengan cara memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok perlakuan, kemudian hasil dari kelompok-kelompok perlakuan tersebut dibandingkan satu sama lain. 5.2 Hasil Penelitian 5.2.1 Kekuatan Transversal Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Direndam Dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam Pada Tabel 4 terlihat kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam akuades selama 2 jam (kelompok A) adalah 948 Kg/cm 2, sedangkan kekuatan transversal terbesar adalah 993,60 Kg/cm 2. Kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam akuades selama 6 jam (kelompok B) adalah 873,76 Kg/cm 2, sedangkan kekuatan transversal terbesar adalah 993,60 kg/cm 2 Kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam akuades selama 8 jam (kelompok C) adalah 853,77 Kg/cm 2, sedangkan kekuatan transversal terbesar adalah 953,75 Kg/cm 2. Kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak

biji pinang selama 2 jam (kelompok D) adalah 804 Kg/cm 2, sedangkan kekuatan transversal terbesar adalah 980,4 Kg/cm 2. Kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak biji pinang selama 6 jam (kelompok E) adalah 872,40 Kg/cm 2, sedangkan kekuatan transversal terbesar adalah 909,6 Kg/cm 2. Kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak biji pinang selama 8 jam (kelompok F) adalah 846 Kg/cm 2, sedangkan kekuatan transversal terbesar adalah 902,4 Kg/cm 2. Hasil yang bervariasi tersebut kemungkinan dapat disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembuatan sampel yang tidak dapat dikendalikan selama penelitian, antara lain kandungan monomer sisa dan teknik pengadukan yang manual. 33 Menurut Pavarina (2003) proses kuring yang digunakan untuk QC 20 mungkin memiliki kandungan monomer sisa yang tinggi. Pavarina mengatakan besar kemungkinan kandungan monomer sisa yang tinggi dapat mempengaruhi sifat mekanis bahan. 34 Combe (1992) juga menyatakan bahwa kandungan monomer sisa yang tinggi dapat mempengaruhi sifat fisik polimer dan membuat resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatan menurun. 37 Pada Tabel 4 juga dapat terlihat nilai rerata kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam akuades mengalami penurunan seiring dengan semakin lamanya perendaman. Hal ini disebabkan karena resin akrilik menyerap air secara perlahan dalam jangka waktu tertentu. Pamungkas (2011) menyatakan bahwa mekanisme penyerapan molekul air sesuai dengan hukum difusi. Difusi diduga terjadi di antara makromolekul, hal ini akan memisahkan makromolekul yang satu dengan yang lain, akibatnya kekuatan resin akrilik berkurang. 36 Pada Tabel 4 juga dapat terlihat nilai kekuatan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ektrak biji pinang menunjukan nilai yang lebih rendah dibanding yang direndam dalam akuades untuk waktu perendaman yang sama. Hal ini disebabkan karena ekstrak biji pinang mengandung fenol. Menurut pendapat Kursdajanti (2003) bahwa resin akrilik memiliki sifat menyerap bahan cair maupun bahan kimia sehingga bahan yang mengandung fenol akan bereaksi secara kimia dengan resin akrilik. Resin akrilik merupakan polimer berbentuk poliester panjang

yang terdiri dari unit metilmetakrilat yang berulang dengan kepolaran rendah, sedangkan fenol bersifat asam dengan kepolaran tinggi. Poliester dalam suasana asam akan terhidrolisis membentuk asam karboksilat dan alkohol. Poliester yang terpecah menyebabkan degradasi pada ikatan kimia resin akrilik. Hal ini yang menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan transversal resin akrilik tersebut. Semakin lama waktu kontak antara resin akrilik dan senyawa fenol akan semakin menurunkan kekuatan resin akrilik. 6 5.2.2 Perbedaan Kekuatan Transversal Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Pada Perendaman dalam Ekstrak Biji Pinang Dengan Konsentrasi 20% dan Kontrol Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam Hasil uji t pada Tabel 5 menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan, yaitu kelompok yang direndam selama 2 jam dalam akuades (kelompok A) dan ekstrak biji pinang (kelompok D) dengan nilai p = 0,060 (p > 0,05), kelompok yang direndam selama 6 jam dalam akuades (kelompok B) dan ekstrak biji pinang (kelompok E) dengan nilai p = 0,083 (p > 0,05), kelompok yang direndam selama 8 jam dalam akuades (kelompok C) dan ekstrak biji pinang (kelompok F) dengan nilai p = 0,079 (p > 0,05) Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Savira (2014) yang melakukan perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam infusa daun salam yang mengandung fenol menunjukkan adanya penurunan kekuatan transveral resin akrilik polimerisasi panas tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna. Tidak adanya penurunan kekuatan transversal yang bermakna kemungkinan dapat disebabkan karena kandungan fenol dalam ekstrak biji pinang rendah. Menurut Shen (1989) mikroporositas akan terbentuk pada permukaan resin akrilik yang direndam dalam suatu larutan yang mengandung fenol 5%. Bila resin akrilik yang direndam dalam suatu larutan yang memiliki konsentrasi fenol lebih rendah dari 5%, kemungkinan mikroporositas tidak akan terbentuk sehingga tidak terjadi penurunan kekuatan transversal yang signifikan. Sifat asam senyawa fenol yang terdapat dalam

ekstrak biji pinang tidak sekuat fenol murni sehingga ikatan kimiawi resin akrilik yang terdegradasi tidak signifikan. Menurut Billmeyer (1984) dan Craig (1997) resin akrilik memiliki ketahanan yang baik terhadap asam lemah. 37 Hasil penelitian Ni Kadek (2011) menyimpulkan bahwa ekstrak biji pinang yang paling efektif dalam menurunkan jumlah koloni candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik adalah ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam. Semakin lama basis gigitiruan direndam dalam ekstrak biji pinang maka akan semakin menurunkan jumlah koloni candida albicans. Jika dilihat dari hasil penelitian ini didapat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada perendaman ekstrak biji pinang dan akuades, sehingga ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dapat digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan karena kandungan fenolnya dapat menurunkan jumlah koloni candida albicans tetapi tidak menyebabkan penurunan kekuatan transversal secara signifikan untuk perendaman 2 jam, 6 jam dan 8 jam. Rerata kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang 20% selama 8 jam adalah 877,96 kg/cm 2. Menurut ISO 1567 : 1999 kekuatan transversal yang dibutuhkan resin akrilik polimerisasi panas adalah 662 kg/cm 2. Walaupun resin akrilik polimerisasi panas sudah direndam selama 8 jam dalam ekstrak biji pinang, nilai kekuatan transversalnya tetap memenuhi syarat yang dibutuhkan. 5.2.3 Pengaruh Waktu Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% Selama 2 Jam, 6 Jam, dan 8 Jam Terhadap Kekuatan Transversal Hasil uji ANOVA satu arah pada Tabel 6 terlihat bahwa tidak terdapat pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal dengan nilai p = 0,523 ( p > 0.05). Walaupun tidak ada pengaruh yang signifikan tetapi dapat terlihat secara deskriptif bahwa semakin lama basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas direndam dalam ekstrak biji pinang maka kekuatan

transversalnya semakin menurun. Ekstrak biji pinang yang mengandung senyawa fenol digunakan sebagai bahan pembersih, fenol tersebut akan menyebabkan terjadinya penyerapan ke dalam resin akrilik. Hasil penelitian Shen (1989) menunjukkan bahwa resin akrilik yang berkontak dengan substansi fenol, akan menunjukkan peningkatan berat dan terjadi reaksi dengan ester dari polimetilmetakrilat, sehingga ikatan rantai polimer resin akrilik akan semakin lemah yang menyebabkan penurunan kekuatan transversal. 35 Tidak adanya pengaruh waktu yang signifikan ini dapat disebabkan karena sedikitnya konsentrasi fenol. Semakin sedikit konsentrasi fenol, maka semakin sedikit fenol yang bereaksi dengan resin akrilik sehingga semakin kecil kemungkinan ikatan kimiawi resin akrilik yang terdegradasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Feni Wulandari (2012) yang melakukan perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak eugenol kayu manis 0,4% yang mengandung fenol selama 4 hari, 12 hari dan 19 hari. 11 Hasil penelitian menunjukkan lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak eugenol kayu manis 0,4% tidak berpengaruh terhadap penurunan kekuatan transversal. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Damai (2011) yang melakukan perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam teh hijau yang mengandung fenol selama 14 hari dan 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam teh hijau yang mengandung fenol tidak mempengaruhi kekuatan transversal secara signifikan. 35 Hal ini kemungkinan disebabkan konsentrasi fenol dalam ekstrak biji pinang, ekstrak eugenol kayu manis dan teh hijau lebih rendah dari 5%. Shen (1989) menyatakan bahwa fenol bila berkontak dengan resin akrilik akan merusak permukaan resin akrilik. 35 Shen (1989) juga menyatakan bahwa akan terbentuk mikroporositas pada permukaan resin akrilik yang direndam dalam suatu larutan yang mengandung fenol 5%. Bila resin akrilik direndam dalam larutan yang memiliki konsentrasi fenol lebih rendah dari 5%, kemungkinan mikroporositas tidak akan terbentuk sehingga tidak terjadi penurunan kekuatan transversal yang signifikan. Dari hasil tersebut ada kemungkinan kandungan fenol dalam minuman teh hijau dan

ekstrak eugenol minyak kayu manis lebih besar dari ekstrak biji pinang karena nilai rerata kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang lebih besar dibandingkan dengan nilai rerata penelitian yang lain. Selain itu juga mungkin karena waktu perendaman yang lebih lama pada penelitianpenelitian tersebut bila dibandingkan dengan penelitian ini. Kelemahan pada penelitian ini adalah dikarenakan teknik pengadukan yang manual sehingga tidak dapat mengendalikan jumlah monomer sisa pada setiap sampel akibat pengadukan yang kurang sempurna. Kelemahan yang lain adalah sampel seharusnya direndam selama 17 hari didalam akuades agar sampel menjadi jenuh.

Kg/cm 2 2. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kekuatan transversal basis BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Nilai rerata kekuatan transvesal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam akuades selama 2 jam adalah 975,38 Kg/cm 2, direndam dalam akuades selama 6 jam adalah 935,57 Kg/cm 2, direndam dalam akuades selama 8 jam adalah 916,90 Kg/cm 2 dan yang direndam dalam ekstrak biji pinang selama 2 jam adalah 907,68 Kg/cm 2, direndam dalam ekstrak biji pinang selama 6 jam adalah 895,84 Kg/cm 2, direndam dalam ekstrak biji pinang selama 8 jam adalah 877,96 gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 2 jam dengan p = 0,060 (p > 0,05), pada perendaman dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 6 jam dengan p = 0,083 (p > 0,05), pada perendaman dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 8 jam dengan p = 0,079 (p > 0,05) 3. Tidak ada pengaruh waktu yang signifikan pada perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal dengan nilai p = 0,523 (p > 0,05). Ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% yang mengandung fenol dapat digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan karena fenol memiliki efek untuk menurunkan jumlah koloni candida albicans dan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.

6.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan pembersih ekstrak biji pinang dengan konsentrasi dan waktu perendaman yang berbeda-beda terhadap kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak biji pinang terhadap stabilitas warna resin akrilik polimerisasi panas.