BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolismenya dari saluran akar (Stock dkk., 2004). Tujuan perawatan saluran

BAB 2 PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL. Dalam bab ini akan dibahas bakteri-bakteri patogen yang terlibat dan berbagai cara

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Mikroorganisme dan produknya erat hubungannya dengan penyebab penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dari kesehatan umum (Ramadhan dkk, 2016). Kesehatan gigi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan sistem saluran akar.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar menjadi sumber berbagai macam iritan.iritan-iritan yang masuk

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perhatian. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko dan fokal infeksi

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PULPEKTOMI (Ekstirpasi Pulpa)

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. setelah instrumentasi pada saluran yang tidak diirigasi lebih banyak daripada saluran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari harapan. Hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dentin kemudian ke pulpa (Tarigan, 2013). Penyakit karies dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. akar gigi melalui suatu reaksi kimia oleh bakteri (Fouad, 2009), dimulai dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. rongga mulut yang buruk sering mengakibatkan akumulasi plak sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 menunjukkan sebanyak 25,9 persen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB VI PEMBAHASAN. pseudohalitosis, halitophobia dan psychogenic halitosis. 6,7,8

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengobatan tradisional sebagai alternatif lain pengobatan. Hal ini

Transkripsi:

6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Eliminasi mikroorganisme dari infeksi saluran akar adalah faktor yang paling penting dalam perawatan saluran akar. 8 Untuk mengurangi aktivitas bakteri pada saluran akar digunakanlah bahan medikamen saluran akar. 36 Jenis bahan medikamen yang sering digunakan dalam perawatan saluran akar adalah Ca(OH) 2 karena bersifat antibakteri. 2 Namun salah satu bakteri patogen yang ada di saluran akar yang sering dijumpai berkaitan dengan bakteri lain dan mempunyai peran dalam kasus infeksi saluran akar primer seperti Fusobacterium nucleatummasih ditemukan dalam beberapa kasus setelah pemberian bahan medikamen Ca(OH) 2. 12 Untuk mencapai suatu keberhasilan pada penelitian ini dalam mengetahui efek antibakteri dan mengeliminasi bakteri Fusobacterium nucleatum, diharapkan ekstrak etanol umbi lobak dapat digunakan sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar. 2.1 Penggunaan Bahan Medikamen Saluran Akar Bahan medimaken yang memiliki aktivitas antibakteri sering digunakan untuk mengeliminasi bakteri yang tersisa setelah preparasi chemomechanical. 37 Suatu medikamen saluran akar harus memiliki syarat antara lain biokompatibel, memiliki daya antibakteri, menetralisir sisa sisa debris di saluran akar, mengontrol nyeri pascaperawatan, mampu mencegah reinfeksi. 7 Tujuan dari pemberian bahan medikamen saluran akar adalah untuk mengurangi jumlah bakteri dan mencegah infeksi kembali dari bakteri tersebut selama perawatan saluran akar, mengurangi rasa nyeri setelah perawatan saluran akar, menstimulasi perbaikan kembali jaringan periapikal 8,38 Bahan bahan medikamen dapat dibagi menjadi : a. Golongan fenol Golongan fenol dan aldehid umumnya memiliki efek dalam membunuh sel, tetapi memiliki efek samping pada penggunaanya dengan alergenitas sehingga bisa

7 membahayakan jaringan pulpa dan periapeks. 8 Golongan fenol terdiri dari bahan kristalin putih yang memiliki bau yang menyegat, rasa yang tidak enak, dan akan mengalami kehilangan daya aktifnya dalam waktu 24 jam. 8,39 Studi in vitro menunjukkan fenol dan turunannya memiliki sifat sangat toksik pada sel mamalia, tetapi daya antimikrobanya tidak sebanding dengan toksisitasnya. 39 Contoh dari golongan fenol antara lain camphorated monoparachloropenol (CMCP), metacresylacetate (cresatin), eugenol, parachlorophenol (PCP), camphorated parachlorophenol (CPC), cresol, creosote, thymol. 8 b. Golongan aldehid seperti formokresol dan glutaraldehid 8 Penggunaan golongan aldehid pada jaringan nekrotik akan membuat jaringan itu menjadi lebih toksik dan memiliki potensi mutagen serta karsinogen. 8,39 Golongan fenol dan formokresol menunjukkan bahwa medikamen ini tidak berpengaruh pada pencegahan nyeri. 8 c. Golongan halida sepertiiodine potassium iodide (IKI) 8 Iodine potassium iodide mempunyai kemampuan berdifusi lewat tubulus dental dan membunuh bakteri in vivo. IKI juga merupakan desinfektan yang efektif pada dentin yang terinfeksi dan dapat membunuh bakteri pada dentin yang terinfeksi dalam waktu 5 menit secara in vitro. 39 d. Antibiotik Jenis antibiotik yang sering dipakai adalah pasta Ledermix dan Septomixine Forte. Keduanya sama sama mengandung kortikosteroid sebagai agen antiinflamasi, tetapi spektrum kerja kedua jenis antibiotik tersebut kurang sehingga belum sesuai digunakan dalam perawatan saluran akar. 2 e. Golongan steroid Golongan steroid dapat menurunkan nyeri setelah perawatan, tetapi tidak akan menurunkan insiden flare up. 8 f. Kalsium hidroksida Penggunaan kalsium hidroksida sebagai bahan intrakanal antiseptik pertama kali diperkenalkan oleh B.W.Herman pada tahun 1920. Kalsium hidroksida telah ditemukan kembali pada tahun 1960 untuk perawatan nekrosis infeksi pulpa.

8 Sekarang kalsium hidroksida digunakan sebagai bahan medikamen dalam praktik endodontik. 37,40 Kalsium hidroksida merupakan bahan medikamen saluran akar yang paling efektif dalam perawatan saluran akar dan sering digunakan hingga sekarang, karena memiliki sifat basa, dengan suasana basa pada saluran akar yang memiliki daya antibakteri terhadap bakteri yang tidak tahan terhadap suasana basa. 6,7 Kalsium hidroksida memiliki ph yang mendekati 12-12,5 yang menunjukkan sebuah senyawa alkalin yang kuat jika dilarutkan dalam pelarut air. 37,41 Di dalam pelarut, Ca(OH) 2 akan dilarutkan menjadi kalsium dan ion hidroksil. Macam macam sifat biologis yang dimiliki pada Ca(OH) 2, seperti aktivitas antimikroba, mencegah resorpsi gigi, menginduksi perbaikan pada pembentukan jaringan keras. Cara kerja Ca(OH) 2 melalui pelepasan ion Ca 2+ yang memiliki peran dalam proses mineralisasi jaringan dan ion OH - yang menghasilkan alkalin yang tinggi sehingga menyebabkan lingkungan yang tidak sesuai bagi mikroorganisme. 2 Pelepasan ion hidroksil pada lingkungan ph alkalin dapat menghancurkan membran sel dari bakteri dan struktur proteinnya serta memodifikasi genetik dari sel bakteri tersebut. 6,41 Kalsium hidroksida juga menghidrolisis lapisan lipid dari lipopolisakarida (LPS) yang biasa dimiliki oleh bakteri gram negatif, dengan menghasilkan asam lemak hidroksi dalam jumlah yang banyak dan menonaktifkan enzim dalam membran bakteri serta menggangu mekanisme transportasi yang mengakibatkan sel keracunan. 42 Efek letalnya pada bakteri ditunjukkan pada mekanisme: a. Penghancuran pada membran sel dari bakteri Ion hidroksil akan menginduksi lemak peroksida, mengakibatkan kerusakan pada fosfolipid, struktur dari membran sel, ion hidroksil memindahkan atom hidrogen dari asam lemak tidak jenuh,menghasilkan lemak peroksida yang lain. Sehingga peroksida berperan seperti radikal bebas, menginisiasi reaksi rantai autokatalitik, dan menghasilkan kerusakan lebih lanjut dari lemak jenuh dan kerusakan membran yang lebih luas.

9 b. Denaturasi protein Sifat alkalinasi yang berasal dari kalsium hidroksida menginduksi pelepasan ikatan ionik yang mempertahankan struktur tersier dari protein. Struktur dari protein juga dirusak oleh ion hidroksil. c. Penghancuran pada DNA bakteri Ion hidroksil bereaksi dengan DNA bakteri dan menginduksi pemisahan dari untaiannya. Hasilnya, replikasi DNA terhambat dan aktivitas selular terganggu. Radikal bebas juga menyebabkan induksi dari mutasi yang letal. 6,40 Namun kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 ) juga memiliki beberapa kelemahan melalui penelitian Siquiera et al (2007), membuktikan bahwa dari 11 saluran akar dengan lesi periodontitis apikalis, setelah penggunaan bahan dressing antar kunjungan dengan menggunakan Ca(OH) 2 selama satu minggu, ditemukan dua kasus bakteri postmedikamen, dengan satu takson per kasus, yaitu bakteri F.nucleatum dan Lactococcus garvieae. 12 Penelitian dari Porteiner.et al (2001)melaporkan bahwa dentin dapat mempengaruhi aktivitas antibakteri dari kalsium hidroksida, dengan kemampuan buffer dentin yang menghambat kerja dari kalsium hidroksida, sehingga terjadi penurunan kondisi alkalin yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri, serta menghambat penetrasi ion hidroksil ke jaringan pulpa. 43 Kalsium hidroksida juga bersifat lambat sebagai agen antibakteri dalam mencapai keefektifitasan, karena kalsium hidroksida harus berada dalam saluran akar kurang lebih satu minggu. Penelitian menunjukkan 11% dari saluran akar masih terdapat bakteri setelah dua perawatan berturut turut dengan bahan medikamen kalsium hidroksida dan dua per tiga mengalami kegagalan. 37 Hal ini kemungkinan terjadi karena anatomi pulpa yang kompleks sehingga beberapa mikroorganisme dapat berpindah ke kanal lateral, isthmus, delta saluran akar, dan tubulus dentin setelah dilakukan preparasi chemomechanical. 12 Penelitian dari De Moor dan De Witte (2002) juga menunjukkan penggunaan kalsium hidroksida yang berlebih dan berkontak langsung ke jaringan periapikal tidak memberikan penyembuhan pada jaringan periapikal tersebut. 44

10 2.2 Bakteri Fusobacterium nucleatum sebagai Salah Satu Bakteri yang Berperan dalam Infeksi Saluran Akar. Menurut taksonominya, Fusobacterium nucleatum diklasifikasikan berdasarkan: 14 Kingdom : Bacteria Filum : Fusobacteria Famili : Bacteriodaceae Genus : Fusobacterium Spesies : Fusobacterium nucleatum Fusobacterium nucleatum merupakan jenis bakteri anaerob obligat gram negatif dengan sel yang tipis, bentuk batang yang bergelendong dengan kedua ujung yang tajam atau filamen, panjang sel bakteri 5 10 μμmdan termasuk kedalam famili Bacteroidaceae. 14,45 (Gambar 1) Gambar 1. Koloni F.nucleatum dibawah Scanning Electron Microscopy (SEM) 14

11 F. nucleatum sebagai bakteri gram negatif memiliki karakteristik pada membran luar bakteri tersebut. Envelope dari bakteri terdiri dari membran luar dan dalam yang terpisah dengan periplasmic space yang mengandung peptidoglikan. Secara umum membran dalam dari bakteri terdiri dari membran ganda fosfolipid yang simetris dan protein. Membran terluar berfungsi sebagai molekul selektif dan membran asimetris yang terdiri dari fosfolipid, lipopolisakarida (LPS), lipoprotein, dan protein. 14 (Gambar 2) Kompleks lipopolisakaridayang berupa endotoksin dapat menyebabkan biological effects yaitu aktivasi komplemen, sitotoksisitas, dan resorpsi tulang. Lipopolisakarida juga memegang peranan penting dalam proses perlekatan bakteri F. nucleatum dengan hidroksiapatit dan sementum pada permukaan gigi. 14,46 Lipopolisakarida dari Fusobacterium nucleatum juga menginduksi secara cepat respon imun pada jaringan pulpa. 47 Gambar 2. F.nucleatum dibawah mikroskop elektron Outer membrane (OM), Perisplasmic space (P), dan Cell membrane(cm) 14

12 F.nucleatum memerlukan media yang baik untuk tumbuh sumbur yang terdapat kandungan trypticase, peptone, dan ekstrak ragi. F.nucleatum menggunakan asam amino untuk menghasilkan energi serta menggunakan glukosa untuk reaksi biosintesis molekuler interseluler. 14 Bakteri tersebut bersifat tidak bergerak dan tidak menghasilkan spora dengan produk utama hasil akhir metabolisme berupa asam butirat serta sejumlah kecil asetat, laktat, format, dan asam propionat. 14,17 Asam butirat, asam propionat, dan ion amonium dapat menghambat proliferasi sel fibroblas pada gingiva, yang memberikan jalan masuk bagi F.nucleatum untuk melakukan penetrasi ke epitel gingiva. 14 Asam butirat juga berperan dalam inhibisi terbesar dari T-sel blastogenesis dan menstimulasi produksi interleukin-1 yang berkaitan dengan resorpsi tulang. 46 F.nucleatum juga menghasilkan protease yang dapat melakukan aktivitas proteolitik yang mendegradasi fragmen kolagen yang menyebabkan kerusakan periodontal dari host. 14 Bakteri yang ditemukan pada infeksi primer endodontik adalah bakteri gram negatif seperti Fusobacterium, Dilaster, Porphyromonas, Prevotella, Tannerella, Treponema, Campylobacter, dan Veillonella. 48 Penelitian dari Kipalev et al. (2014) menunjukkan bahwa Fusobacterium nucleatum lebih sering ditemukan pada infeksi saluran akar primer dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yaitu sebesar 52,8% dibandingkan dengan infeksi saluran akar sekunder sebesar 25,7%. 15 Infeksi primer tersebut awalnya dapat terjadi akibat dari adanya jalan masuk bagi mikroorganisme umumnya melalui karies gigi. Adapun cara lain untuk masuknya mikroorganisme penyebab infeksi primer adalah melalui apeks, kanal lateral, aksesoris, furkasi dari saluran akar gigi. 47 Selain itu, infeksi sekunder disebabkan oleh mikroorganisme yang masih terdapat pada saluran akar saat perawatan atau setelah dilakukan perawatan saluran akar. 49 Menurut Sundqvist (1994) menunjukkan bahwa F.nucleatum jugapaling banyak ditemukan pada lesi apikal melalui kultur bakteri saluran akar yaitu sebesar 48%.(Tabel1) 46

13 Tabel 1. Bakteriyang disiloasi dari saluran akar gigi dengan lesi periapikal. 46 Bakteri Insiden (%) Fusobacterium nucleatum 48 Streptococcus sp 40 Bacteroides sp 35 Prevotella intermedia 34 Peptostreptococcus micros 34 Eubacterium alactolyticum 31 Peptostreptococcus anaerobius 32 Lactobacillus sp 31 Eubacterium lentum 32 Fusobaccterium sp 29 Camphylobacter sp 25 Peptostreptococcus sp 15 Actinomyces sp 15 Eubaccterium timidum 11 Capnocytophaga ochracea 11 Eubacterium brachy 9 Veillonella parvula 9 Porphyromonas endodontalis 9 Prevotella buccae 9 Prevotella denticola 6 Prevotella loesccheii 6 Eubacterium nodatum 6 Mikroorganisme di dalam saluran akar dapat tumbuh tidak hanya sebagai sel planktonik, tetapi juga dapat membentuk suatu biofilm yang terdiri dari jaringan kompleks dari berbagai mikroorganisme. Pembentukan biofilm yang terjadi di dalam saluran akar dimulai setelah mikroorganisme kontak dengan tanduk pulpa dan juga

14 didukung oleh morfologi saluran akar yang begitu kompleks. 18 Bakteri yang berkumpul dalam biofilm dapat berkomunikasi intraspesies maupun antarspesies. Komunikasi tersebut dilakukan untuk memperoleh sifat-sifat baru. Quorum sensing adalah komunikasi intraspesies bakteri yang dimediasi oleh molekul rendah yang berat, yang dapat mengubah aktivitas metabolisme sel-sel tetangga dan mengkoordinasikan fungsi sel bakteri terdapat dalam biofilm. Quorum sensing juga dapat mengatur properti mikroba seperti faktor virulensi dan penggabungan DNA ekstraseluler. 50,51 Beberapa bakteri yang saling berhubungan dengan spesies lainnya melalui rantai makanan dengan metabolisme dari satu spesies menyediakan nutrien esensial untuk pertumbuhan populasi bakteri yang lainnya. Fusobacterium nucleatum berperan penting dalam pembentukan biofilm karenakemampuannya dalam memecah glukosa dari strukur interseluler dan memanfaatkannya sebagai sumber energi pada saat kekurangan nutrisi, hal inilah yang mendukung bakteri lain berpindah ke sekitar permukaan sel Fusobacterium nucleatum yang selanjutnya berikatan dengan dinding selnya. 14 Kombinasi Fusobacterium nucleatum, Prevotella spp., Porphyromonas spp. juga berkaitan dengan perkembangan yang menunjukkan keparahan dalam endodontik flare up, karena adanya sinergi antara bakteri tersebut sehingga meningkatkan intensitas reaksi inflamasi pada jaringan periapikal. 15,17 F.nucleatum dan P. gingivalis berinteraksi dengan menghasilkan enzim proteolitik dan agregasi dari bakteri tersebut menghasilkan efek sinergisme pada terjadinya kasus infeksi endo-perio. 14,52 (Gambar 3) Bakteri yang membentuk biofilm tersebut akan lebih resisten terhadap agen antimikroba dibandingkan dengan bakteri yang hidup sebagai planktonik. 46

15 Gambar 3.Gambaran SEM dari pembentukan biofilm antara F.nucleatum dengan P.gingivalis 53 2.3 Lobak (Raphanus sativus L.) Raphanus sativus L. yang berasal dari famili Brassiaceae memiliki banyak manfaat dan telah digunakan sebagai tanaman obat sejak dahulu. 32,35 Raphanus sativus aslinya berasal dari Eropa dan Asia. Klasifikasi nama dari tanaman lobak (Raphanus sativus L.) adalah: 34 Kingdom : Plantae Divisi : Tracheophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Brassicales Famili : Brassicaceae Genus : Raphanus Spesies : Raphanus sativus L. Tanaman tersebut dapat tumbuh pada iklim yang memiliki ketinggian antara 190 sampai 1240 m. Tanaman tersebut memiliki tinggi 30 90 cm dan akarnya tebal dengan banyak ukuran, bentuk, dan warna. 32 Batangnya bisa bercabang maupun tidak, pada bagian dasar daunnya panjang, biasanya berbentuk lengkung dan bergerigi kasar, tapi kadang tidak bergerigi jika batangnya yang tidak bercabang dan lurus.

16 Bunganya terdapat pada ujung tandan yang panjang, biasanya berwarna putih atau ungu. Buahnya sedikit dan tidak merekah, dengan panjang 2,5 7,5 cm dan diameter 1,25 cm, dengan ujung yang panjang dan lonjong. Biasanya memiliki 6 12 biji yang bulat, dengan warna kuning sampai coklat. Umbinya dengan bentuk bervariasi dari hampir berbentuk bulat, silinder, kerucut, pada jenis orientalnya, dan berat hingga 15 kg. Dagingnya biasanya berwarna putih, meskipun ada beberapa yang berwarna merah muda hingga merah. 34 (Gambar 4) Lobak telah digunakan sebagai makanan obat obatan untuk berbagai penyakit termasuk disfungsi hati dan pencernaan yang buruk. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ekstrak lobak memiliki aktivitas biologi seperti efek antioksidan, antimutagenik, dan anti proliferatif. 34 Gambar 4. Lobak (Raphanus sativus L.) 34 Sifat antioksidan, antimikroba, dan sifat obat lainnya secara luas dimanfaatkan untuk kepentingan manusia tentang kesehatan. Penelitian dari Janjua et al. (2013) menunjukkan hasil KHM dari ekstrak etanol dari Raphanus sativusdengan konsentrasi 50 mg/ml dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus(20 ± 0,6 mm), B. subtilis(21 ± 1,0 mm), M. luteus(22 ± 1,5 mm), E. aerogenes(19 ± 1,0 mm), S. typhi(3 ± 1,3 mm), E. coli(21 ± 1,1 mm), K. pneumoniae(17 ± 2,4 mm), P. aureginosa(14 ± 0,8 mm), B. bronchiseptica(22 ± 0,7 mm). 35 Penelitian dari Beevi et al (2009) menunjukkan hasil KHM dari ekstrak aseton umbi lobak dengan konsentrasi 1 mg/ml terhadap bakteri Bacillus sublitis (23,43 ± 1,29 mm),

17 Staphylococcus aureus (23,53± 1,36 mm), Staphylococcus epidermidis (29,57± 0,81 mm), Enterococcus faecalis (25,53± 0,89 mm), Salmonella typhimurium (36,97± 0,15 mm), Enterobacter aerogenes (34,17± 0,77 mm), Enterobacter cloacae (20,50± 0,44 mm). 30 Khasiat obat yang terdapat dalam Raphanus sativus L.telah dihubungkan dengan produksi dari metabolit sekunder yang mengandung tannin, saponin, coumarin, alkaloid, anthraquinone, dan flavonoid. 35 a. Tannin Tannin adalah kelompok zat fenolik primer yang bersifat astringentyang ditemukan hampir di setiap bagian tanaman yang ditandai oleh aktivitas antibakteri pada inaktivasi sifat adhesi bakteri, enzim, selubung envelope bakteri, dan protein transpor bakteri. 54,55 Tannin berperan dalam stimulasi sel fagosit, aktivitas host mediated tumor, antibakteri, antijamur dan berbagai tindakan antiinfeksi. 55,56 b. Saponin Saponin adalah senyawa bioaktif yang dihasilkan terutama oleh tanaman dan beberapa organisme laut dan serangga. Saponin bersifat seperti sabun dalam air yang menghasilkan busa. Karena sifat lyobipolar, saponin dapat berinteraksi dengan membran sel dan juga mampu menurunkan tegangan permukaan larutan berair. Saponin mengerahkan beberapa aktivitas antibakteri melalui penggabungan dengan membran sel untuk menimbulkan perubahan morfologi sel yang mengakibatkan sel lisis. Kegiatan farmakologi yang telah dilaporkan dari saponin adalah antibakteri, antijamur, antivirus, hepatoprotektif antiinflamasi, anti ulkus, antitumor, antikanker, antimalaria. 57-59 c. Coumarin Coumarin adalah metabolit sekunder dari tanaman yang memiliki aktivitas biologis yang bervariasi. Aktivitas dari coumarin seperti aktivitas antiplatelet agregasi, antiinflamasi, antitumor, antibakteri, antivirus, antijamur, dan kegiatan vasodilatasi. 60-62 Coumarin telah ditemukan untuk merangsang makrofag, yang dapat memiliki efek negatif tidak langsung pada infeksi. Lebih khusus, coumarin telah digunakan untuk mencegah kekambuhan dari luka yang disebabkan oleh HSV-1 pada

18 manusia. 61 Sifat antimikroba coumarin dengan mengubah konformasi dari asam nukleat dan menghambat replikasi DNA dari bakteri, yang menyebabkan modifikasi dalam pertumbuhan sel bakteri dan inhibitor enzim. Coumarin juga membentuk kompleks ion tembaga yang bersifat antibakteri dengan sifat toksisitas terhadap bakteri. 62,63 d. Flavonoid Flavonoid adalah kelompok utama polifenol yang telah dipublikasikan untuk bertindak terhadap pengoksidasi seperti radikal hidroksil, anion superoksida, dan radikal peroksida. Salah satu peran flavonoid adalah melindungi tanaman terhadap serangan bakteri. Selain itu beberapa flavonoid telah ditemukan dan didokumentasikan menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap strain yang berbeda dari bakteri Staphylococcusaureus, Streptococcus agalactiae, Escherichia coli and Klebsilla pneumonia. 64 Setelah ditemukan untuk disintesis dari tanaman terhadap respon infeksi mikroba, flavonoid menunjukkan keefektifan secara in vitro dalam beragam zat antimikroba. Kemampuan flavonoid disebabkan oleh kemampuannya untuk bergabung dengan bagian ekstraseluler, protein yang larut, dinding sel bakteri, serta merusak membran sel bakteri. Flavonoid juga memiliki kemampuan untuk memodulasi respon imun sel mononuklear dan meningkatkan persentase darah perifer. 55,65,66 e. Alkaloid Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik bioaktif yang paling awal terisolasi dari tanaman. Alkaloid berasal dari asam amino dan nitrogen yang memberi sifat alkali. Mekanisme kerja antibakteri dari alkaloid adalah kemampuan alkaloid untuk berikatan dengan DNA sel, penghambatan enzim (esterase, RNA polimerase, DNA polimerase), penghambatan respirasi sel sehingga menggangu fungsi sel. 66 Banyak juga penyelidikan tentang alkaloid menunjukkan senyawa ini sebagai penemuan baru dalam pembentukkan obat melawan banyak penyakit untuk mengobati banyak penyakit. Peran alkaloid ditemukan dalam mengobati malaria, kolik lambung dan ulser lambung, serta menghasilkan banyak efek farmakologis seperti antimikroba dan obat antikanker. 67,68

19 f. Anthraquinone Quinone merupakan cincin aromatik dengan dua substitusi keton. Dengan menyediakan sumber radikal bebas yang stabil, quinone diketahui dapat melengkapi asam amino nukleofil dalam protein secara irreversibel, sehingga mengakibatkan inaktivasi dari protein dan hilangnya fungsi selular. Oleh karena itu, quinone memiliki potensi yang tinggi pada efek antimikroba. Target yang terdapat pada sel mikroba adalah adhesin yang terdapat pada permukaan, polipeptida dinding sel, dan enzim yang berikatan dengan membran. Quinone juga dapat menyebabkan substrat menjadi tidak dapat digunakan oleh mikroorganisme. 68

20 2.4 Kerangka Teori Infeksi primer dan sekunder saluran akar Bakteri Fusobacterium nucleatum Perawatan saluran akar Cleaning and shaping Medikamen saluran akar Ekstrak etanol umbi lobak (Raphanus sativus L.) Aktivitas antibakteri Tannin Saponin Coumarin Flavonoid Alkaloid Anthraquinone Inaktivasi sifat adhesi bakteri, enzim, selubung envelope dan protein transpor Bersifat lyobipolar Membentuk senyawa kompleks melalui ikatan Membentuk kompleks ion tembaga Membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler Membran sel bakteri rusak Berikatan dengan DNA sel, menghambat kerja enzim, dan menghambat respirasi sel Mendenaturasi protein Permeabilitas dinding sel hancur Sel lisis