Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (9 16)

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan yang mempunyai fungsi perlindungan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 3 No. 1, Januari 2015 (91 102)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Blok Perlindungan Tahura Wan Abdul

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990, taman hutan raya (tahura) adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

SELEKSI POHON INDUK JENIS MERANTI (Shorea spp) PADA AREAL TEGAKAN BENIH IUPHHK-HA PT. SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG

IDENTIFIKASI TINGKAT KERUSAKAN TEGAKAN HUTAN DI AREAL KPPH TALANGMULYA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

III. METODE PENELITIAN

SELEKSI PENETAPAN KANDIDAT POHON PLUS PENAGE CALLOPHYLUM INOPHYLUM L.) DI KECAMATAN MATAN HILIR SELATAN KABUPATEN KETAPANG

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

Jl. Tridharma Ujung No.1 Kampus USU Medan (Penulis Korespondensi,

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK

I. PENDAHULUAN. Hutan pada hakekatnya mempunyai karakteristik multi fungsi yang bersifat

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

Jurnal Sylva Lestari ISSN (print) Vol. 5 No.3, Juli 2017 (1 11) ISSN (online)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

BAB III METODE PENELITIAN

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

POTENSI KAYU RAKYAT PADA KEBUN CAMPURAN di DESA PESAWARAN INDAH KABUPATEN PESAWARAN

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (75 84)

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

Judul Penelitian : Kebijakan pengelolaan Cagar Alam Gunung Celering Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 58 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut

I. PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan,

PENERAPAN ANALISIS VEGETASI DI HUTAN MBEJI DAERAH WONOSALAM JOMBANG

I. PENDAHULUAN. Agroforestry dalam Bahasa Indonesia, dikenal dengan istilah wanatani atau

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kehutanan, 2008). Hutan Indonesia sebagai salah satu sub sektor pertanian

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.33/Menhut-II/2007

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

ABSTRACT STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

SEBARAN POHON PENGHASIL BUAH-BUAHAN DI HUTAN LARANGAN ADAT KENEGERIAN RUMBIO KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

III. METODOLOGI PENELITIAN. tiga tipe kebun kakao di Desa Cipadang. Secara administratif, Desa Cipadang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

PENELITIAN EKOLOGI JENIS DURIAN (Durio spp.) DI DESA INTUH LINGAU, KALIMANTAN TIMUR

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH

BAB IV METODE PENELITIAN

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

VANDALISME DALAM KEGIATAN WISATA HUTAN DI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA BANDAR LAMPUNG

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

Pembangunan Madu Hutan Di Kabupaten Sumbawa

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

III. METODE PENELITIAN

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

BAB III. METODE PENELITIAN

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

KOMPOSISI, STRUKTUR, DAN KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI DI JALUR WISATA AIR TERJUN WIYONO ATAS TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN PROVINSI LAMPUNG

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian populasi siamang dilakukan di Hutan Desa Cugung Kesatuan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

Inventarisasi hutan dalam Indentifikasi High Carbon StoCck

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

Transkripsi:

INVENTARISASI POHON PLUS DALAM BLOK KOLEKSI DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (PLUS TREES INVENTORY ON WAN ABDUL RACHMAN GREAT FOREST PARK COLLECTION BLOCK) Moses Hasibuan, Indriyanto, dan Melya Riniarti Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Pof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 E-mail : moseshasibuan@ymail.com ABSTRAK Inventarisasi pohon plus adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data mengenai pohon plus untuk memenuhi kebutuhan data yang berguna dalam budidaya pohon. Blok koleksi merupakan areal yang berada di dalam kawasan tahura yang berisikan berbagai jenis tumbuhan baik jenis asli maupun tidak asli yang berfungsi sebagai sarana perlindungan dan pelestarian, penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Informasi mengenai keberadaan pohon plus di blok koleksi masih belum memadai, sehingga perlu dilakukan kegiatan inventarisasi pohon plus guna penyediaan serta pemenuhan data. Penelitian ini dilakukan di Blok Koleksi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman pada bulan Februari Maret 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pohon-pohon yang memiliki kriteria sebagai pohon plus yang terdapat di Blok Koleksi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Penelitian ini dilakukan dengan metode garis berpetak yang diletakkan secara sistematik. Data yang dihimpun meliputi jenis pohon, diameter, tinggi bebas cabang, kelurusan, kondisi kesehatan pohon, produksi buah, sudut cabang, kebulatan bentuk lingkar, dan lokasi pohon plus. Berdasarkan hasil penelitian bisa dikemukakan bahwa di blok koleksi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman terdapat 9 spesies pohon yang teridentifikasi sebagai pohon plus, antara lain 7 spesies pohon berkayu yaitu 3 pohon tabu (Tetrameles nudiflora), 1 pohon dadap (Erythrina fusca), 1 pohon bayur (Pterospermum javanicum), 1 pohon ampelas (Ficus ampelas), 6 pohon randu (Ceiba pentandra), 1 pohon suren (Toona sureni), 1 pohon mindi (Melia azedarach) dan 2 spesies pohon MPTS, yaitu 1 pohon durian (Durio zibethinus), serta 1 pohon mangga (Mangifera indica) dengan jumlah keseluruhan individu pohon yang memenuhi kriteria pohon plus sebanyak 16 pohon. Kata kunci : inventarisasi, pohon plus ABSTRACT Plus tree inventory was an activity for collecting and compiling data. Collection block was an area within Great Forest Park region that contains different types of plant, either endemic or non-endemic plants, which serves for protection and preservation, research, science, education, support the cultivation, culture, tourism and recreation. The information about the existence of plus trees on the collection block still rare. So, plus tree inventory still necessary to fulfill the data. This research was held in Wan Abdul Rachman Great Forest Park Collection Block at February to March 2012. The aim of this research is to identify the trees which has plus tree criterias. Data collected by using line terraced layers method which placed systematically. The collected data include the types of trees, trunk diameter, branch height, trunk straightness, tree s health condition, fruit production, branch corner, sphericity form of circumference stem, and the location of the plus tree. Based on the results, there were 9 species of trees that identified as plus trees,7 species of wooden trees, which are 3 taboo trees (Tetrameles nudiflora), 1 dadap tree (Erythrina fusca), 1 purple coral tree (Pterospermum javanicum), 1 sandpaper tree (Ficus ampelas), 6 kapok trees (Ceiba pentandra), 1 red cedar tree (Toona sureni), 1 mindi tree (Melia azedarach) and 2 species of MPTS trees, 1 durian tree (Durio zibethinus), and 1 mango tree (Mangifera indica). Total number of individual tree that meets the plus tree criterias are 16 trees. 9

Key words : inventory, plus trees PENDAHULUAN Kawasan pelestarian alam adalah kawasan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Salah satu kawasan pelestarian alam yang berada di Provinsi Lampung adalah Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Tahura dibagi menjadi beberapa beberapa blok dengan tujuan mempermudah pengelolaannya. Blok koleksi tanaman merupakan areal atau wilayah di dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman yang berisikan jenis tumbuhan asli atau bukan asli, langka maupun tidak langka yang perlu dilindungi dan dilestarikan serta pengembangan sesuai fungsinya. Areal blok koleksi tanaman yang terdapat di dalam kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dapat dijadikan sebagai penunjang budidaya dan pemuliaan yang mencakup berupa kegiatan identifikasi dan seleksi pohon plus. Identifikasi pohon plus merupakan suatu cara dalam mengenali, menganalisis beberapa jenis pohon yang layak untuk dijadikan pohon plus. Identifikasi ini dimaksudkan agar dapat diketahui dan didapatkan secara terperinci informasi mengenai suatu individu pohon secara menyeluruh dari masa berbuah dan berbunga serta informasi lainnya yang menyangkut individu pohon plus tersebut, sehingga dapat membantu kita dalam menentukan pohon plus. Dengan dilakukannya identifikasi, maka nantinya kita dapat memilih individu-individu pohon yang memiliki kualitas fenotipe yang baik yang dapat dijadikan sebagai bahan tanaman berkualitas. Menurut Indriyanto (2008), pohon plus atau pohon induk merupakan pepohonan terpilih di antara pepohonan yang ada di suatu areal pengelolaan hutan yang ditunjuk sebagai pohon tempat penggambilan organ generatif (biji) atau organ vegetatif untuk bahan tanaman. Informasi mengenai keberadaan pohon plus di areal blok koleksi tanaman Tahura Wan Abdul Rachman masih belum memadai. Oleh karena itu, perlu diadakan kegiatan inventarisasi berupa identifikasi dan seleksi pohon plus/induk, sehingga dapat membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan terkait pohon plus untuk referensi bagi pihak pengelola maupun pihak yang ingin memanfaatkannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pohon-pohon yang memiliki kriteria sebagai pohon plus yang terdapat di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Provinsi Lampung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menyediakan data dan informasi mengenai keberadaan pohon plus di areal blok koleksi tanaman Tahura Wan Abdul Rachman. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Blok Koleksi Tanaman Tahura Wan Abdul Rachman. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari 2012 sampai dengan Maret 2012. Objek penelitian berupa pohon yang berada di blok koleksi tanaman. Alat penelitian yang digunakan adalah pita meter, kamera digital, GPS, komputer, cat, kuas, alat tulis, lembar pengamatan (tallysheet), haga, kompas, kalkulator dan meteran nol. Pengambilan data primer dilakukan menggunakan metode garis berpetak. Dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama (Indriyanto, 2006). Penempatan petak-petak pengamatan ini dilakukan sistematik. Plot pengamatan berukuran 20 m x 20 m dengan intensitas sampling 0,04%. Dari luas total 845,54 ha akan diambil luas sampel 3382,16 m 2 yang kemudian dibagi menjadi 9 petak. Jarak antar garis rintis 600 m dan jarak antar plot 300 m. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka. Metode ini digunakan untuk 10

mencari, menganalisis, mengumpulkan data penunjang yang terdapat dalam dokumen resmi seperti mempelajari buku-buku, tulisan-tulisan umum, dan literatur lainnya yang dipakai sebagai bahan referensi. Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Membuat plot berukuran 20 m x 20 m di lapangan sesuai dengan titik koordinat yang telah ditentukan (Tabel 1). Tabel 1. Data pengamatan pohon pembanding. No. Plot Nama Daerah Nama Ilmiah Tinggi (m) Diameter (cm) TBC (m) 1 Kondang Ficus variegate 27 32,12 12 Gintung Bischofia javanica 18 24,26 6 Rambutan Nephelium lappaceum 15 22,32 8 Dadap Erythrina fusca 21 25,64 4 Kenanga Cananga odorata 17 22,21 12 Salam Eugenia polyantha 14 21,39 8 2 Ki Batok Cynometra ramiflora 12 27,07 6 Medangtelor Litsea angulata 11 31,21 6 Tabu Tetrameles nudiflora 15 64,01 3 Durian Durio zibethinus 20 65,92 10 Dadap Erythrina fusca 19 45,22 12 3 Durian Durio zibethinus 20 43,52 2 Melinjo Gnetum gnemon 12 25,48 2 Kemiri Aleurites moluccana 25 35,03 5 Durian Durio zibethinus 15 38,85 6 4 Dadap Erythrina fusca 21 49,68 6 Dadap Erythrina fusca 20 56,05 4 Jengkol Pithecellobium lobatum 18 51,91 5 Dadap Erythrina fusca 19 54,45 4 Nangka Artocarpus integra 18 21,24 6 Dadap Erythrina fusca 20 24,3 6 Dadap Erythrina fusca 21 27,21 10 5 Durian Durio zibethinus 12 29,33 6 Durian Durio zibethinus 25 31,94 4 Durian Durio zibethinus 12 23,43 2 Durian Durio zibethinus 18 29,63 7 Mangga Mangifera indica 9 23,30 2 Bendo Artocarpus elasticus 23 23,39 16 Bendo Artocarpus elasticus 17 21,13 9 Randu Ceiba pentandra 12 21,42 6 Nangka Artocarpus integra 15 22,46 10 6 Mangga Mangifera indica 15 24,1 3 Jengkol Pithecellobium lobatum 13 22,56 4 Wuni Antidesma bunius 12 20,25 5 Kemiri Aleurites moluccana 16 23,97 6 11

Tabel 6 (lanjutan) No. Plot Nama Daerah Nama Ilmiah Tinggi (m) Diameter (cm) TBC (m) 7 Cengkuang Pandanus furcatus 15 105,09 10 Tabu Tetrameles nudiflora 16 70,06 8 Tabu Tetrameles nudiflora 22 101,91 9 Kemiri Aleurites moluccana 25 84,39 11 Kemiri Aleurites moluccana 14 62,10 6 Segawi Adenanthera pavonina 18 65,77 4 8 Durian Durio zibethinus 26 29,30 8 Dadap Erythrina fusca 29 31,21 8 Dadap Erythrina fusca 32 28,89 7 Mangga Mangifera indica 25 27,05 8 9 Dadap Erythrina fusca 30 25,43 5 Melinjo Gnetum gnemon 31 31,22 7 Randu Ceiba pentandra 29 40,51 4 2. Melakukan pengamatan terhadap pohon-pohon yang terdapat dalam petak ukur. 3. Melakukan pengukuran yang meliputi tinggi, diameter, tinggi bebas cabang, kelurusan, permukaan, kondisi kesehatan pohon, produksi buah, sudut cabang, dan kebulatan pada pohon yang layak atau memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan pohon plus tersebut yaitu. a. Tinggi pohon minimal sama dengan rata-rata tinggi pohon pembanding/pohon-pohon yang terdapat di dalam petak ukur. b. Diameter minimal 10% lebih besar dibandingkan dengan pohon pembanding/pohon-pohon yang terdapat di dalam petak ukur. c. Sudut cabang minimal 50 0. d. Pohon sehat. e. Pohon produktif. f. Batang lurus minimal 25% dari tinggi total pohon. 4. Menandai pohon plus dengan cat berwarna kuning dengan bentuk huruf X, kemudian menentukan koordinat lokasi pohon plus tersebut menggunakan GPS. 5. Melakukan pengukuran tinggi, diameter, dan tinggi bebas cabang pada pohon-pohon di sekitar pohon plus. Pohon-pohon ini nantinya akan digunakan sebagai pohon pembanding. 6. Data-data hasil pengukuran kemudian dimasukkan dalam lembar pengamatan (tally sheet) yang telah disediakan. 7. Menganalisis sekaligus membandingkan data-data hasil pengukuran pohon plus dengan pohon pohon yang ada di sekitar pohon plus (di dalam petak ukur) yang telah dicatat dalam lembar pengamatan (tally sheet). 8. Melakukan skoring pohon plus sesuai dengan tabel skoring pohon plus yang terdapat pada Tabel 2. 9. Data hasil dari skoring pohon plus dicatat dalam lembar pengamatan (tally sheet), kemudian dilakukan pembahasan mengenai data tersebut. Analisis data dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Persentase perbandingan tinggi total calon pohon plus terhadap rata-rata tinggi total lima pohon pembanding (RT). 12

2. Persentase perbandingan antara diameter calon pohon plus dengan rata-rata diameter kelima pohon pembanding (RD). Tabel 2. Acuan pembuatan skor untuk pohon plus yang diidentifikasi di lokasi penelitian. Karakteristik Sistem Evaluasi Skor (poin) Tinggi <105% 4 105-110% 5 111-115% 12 116-120% 26 >121 20 Diameter <105% 5 105-110% 7 111-115% 17 116-120% 23 >121% 30 Tinggi Bebas Cabang <35% 3 35-45% 6 46-55% 9 56-<65% 12 >65 15 Kelurusan Lurus dari bawah sampai pucuk 10 Karakteristik Sistem Evaluasi Skor (poin) Kelurusan Lurus dari bawah sampai 75% 7 Lurus dari bawah sampai 50% 5 Lurus dari bawah sampai 25% 3 Permukaan Halus 5 Agak halus 2 Kondisi Kesehatan Sehat (luas tanda-tanda serangan hama penyakit<20%) 5 Tidak sehat (luas tanda-tanda serangan hama penyakit>20%) 0 Produksi buah Produktif 5 Tidak produktif 0 Sudut Cabang <500 0 50-700 2 >700 5 Kebulatan Bulat 5 Agak bulat 2 Berbenjol/tidak beraturan 0 3. Persentase perbandingan antara tinggi bebas cabang dengan tinggi total pohon (RTBC). 4. Kelurusan, permukaan, kondisi kesehatan pohon, produksi buah, sudut cabang, dan kebulatan dari pohon plus dianalisis berdasarkan sistem evaluasi Tabel Skoring Pohon Plus (Tabel 2). HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, pemilihan pohon plus dari setiap petak ukur yang ada ditentukan sesuai dengan kriteria pemilihan pohon plus yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan penelitian, pohon yang teridentifikasi sebagai pohon plus seluruhnya berjumlah 9 spesies 13

pohon dari total keseluruhan jumlah individu pohon plus sebanyak 16 pohon, yang kemudian dilakukan skoring untuk mendapatkan skor dari masing-masing pohon plus tersebut. Pohon plus tersebut dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pohon berkayu dan pohon MPTS (multi purpose tree spesies). Pohon berkayu tersebut antara lain tabu (Tetrameles nudiflora), dadap (Ertythrina fusca), bayur (Pterospermum javanicum), ampelas (Ficus ampelas), randu (Ceiba pentandra), suren (Toona sureni) dan mindi (Melia azedarach). Sedangkan untuk MPTS antara lain durian (Durio zibethinus) dan mangga (Mangifera indica). Dari hasil skoring pohon plus, didapatkan pohon plus yang memiliki total skor tertinggi adalah pohon randu yang terdapat pada petak ukur ke-3 dan mindi pada petak ukur ke-7 dengan total skor masing-masing pohon yaitu 94. Sedangkan untuk pohon dengan total skor terendah yaitu pohon durian yang terdapat pada petak ukur ke-8 dengan total skor 61. Secara rinci, hasil dari pengukuran dan skoring dapat dilihat pada Tabel 3. Dari hasil pengukuran di lapangan, terdapat 9 spesies pohon yang memenuhi kriteria sebagai pohon plus dari seluruh jumlah pohon yang terdapat dalam tiap-tiap petak ukur dengan total keseluruhan jumlah individu pohon plus yaitu 16 pohon plus. Seluruh pohon plus memiliki skor penilaian rata-rata di atas 60. Menurut Departemen Kehutanan (2006), nilai 60 merupakan nilai atau skor standar bagi suatu pohon plus. Kriteria yang digunakan dalam penentuan pohon plus yaitu tinggi pohon minimal sama dengan rata-rata tinggi pohon pembanding yang terdapat dalam tiap petak ukur, diameter lebih besar dibandingkan dengan diameter pohon pembanding, sudut cabang minimal 50 0, pohon sehat dan produktif serta memiliki yang lurus minimal 25% dari tinggi total pohon. Setelah dilakukan pengukuran, terdapat 24 jenis spesies individu pohon dari luas sampel 3382,16 m 2 yang dibagi menjadi 9 petak ukur. Sebagian besar individu pohon tersebut didominasi pohon durian. Durian termasuk ke dalam golongan pohon MPTS (multi purpose trees spesies) yaitu tumbuhan berkayu dimana buah, bunga, getah, daun dan/atau kulit dapat dimanfaatkan. Menurut KPH Kendal (2011), tanaman ini banyak ditemukan di areal perladangan masyarakat. Durian dibudidayakan untuk buahnya yang umumnya dimakan dalam keadaan segar. Petak ukur ke-4 merupakan petak ukur yang didalamnya tidak ditemukan pohon yang memenuhi kriteria pohon plus. Hal ini bukan berarti di dalam petak ukur tersebut tidak terdapat pohon, melainkan pohon-pohon yang ditemukan pada petak ukur tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Petak ukur ini terdapat pada tegakan yang heterogen. Pohon yang mendominasi pada petak ukur ini yaitu dadap, dengan rata-rata tinggi pohon yaitu 20 m. Menurut Departemen Kehutanan (2006), pada hutan tanaman seumur tidak ada perbedaan umur, sedangkan di hutan alam biasanya terdapat perbedaan umur pohon. Perbedaan umur ini menyebabkan perbedaan dalam kompetisi yang pada akhirnya akan menyebabkan perbedaan yang besar dalam volume tegakan (Departemen Kehutanan, 2006). 14

Vol. 1 No. 1. September 2013 (1 8) Tabel 3. Hasil identifikasi dan skoring pohon plus tiap petak ukur. No. Plot Nama Daerah Nama Ilmiah Tinggi (m) Diameter (cm) Tinggi bebas cabang (m) Kelurusan Permukaan SKOR Kesehatan pohon Produksi buah/benih Sudut cabang Kebulatan 1 Tabu Tetrameles nudiflora 20 30 9 5 2 5 5 5 2 83 Tabu Tetrameles nudiflora 20 30 9 5 2 5 5 5 2 83 2 Bayur Pterospermum javanicum 20 30 9 3 2 5 5 5 2 81 Dadap Erythrina fusca 20 30 9 3 2 5 5 2 2 78 Ampelas Ficus ampelas 20 30 6 3 5 5 5 2 5 81 3 Randu Ceiba pentandra 20 30 15 7 2 5 5 5 5 94 Randu Ceiba pentandra 20 30 3 5 5 5 5 5 5 83 4 Tidak ditemukan pohon plus - - - - - - - - - 0 5 Suren Toona sureni 20 23 6 5 2 5 5 5 5 76 6 Mangga Mangifera indica 20 17 12 7 2 5 5 5 5 78 7 Mindi Melia azedarach 20 30 12 7 5 5 5 5 5 94 8 Durian Durio zibethinus 12 17 3 7 2 5 5 5 5 61 Tabu Tetrameles nudiflora 20 30 3 3 2 5 5 5 2 75 9 Randu Ceiba pentandra 5 30 3 5 5 5 5 2 5 65 Randu Ceiba pentandra 4 30 5 5 5 5 5 5 5 69 Randu Ceiba pentandra 20 30 3 3 5 5 5 5 5 81 Randu Ceiba pentandra 20 30 3 5 5 5 5 5 5 83 Total skor 15

Pada petak ukur ke-3 dan ke-7 terdapat pohon plus yang memiliki skor 94. Pohon plus tersebut yaitu petak ukur ke-3 randu dan petak ukur ke-7 mindi. Untuk petak ukur ke-3 terdapat 2 pohon plus yang memiliki jenis spesies yang sama yaitu randu. Satu pohon plus lagi memiliki skor 83. Ini dapat diartikan bahwa pohon plus tersebut merupakan pohon yang lebih superior dibandingkan dengan pohon lain yang terdapat pada petak ukur ke-3. Begitu pula sebaliknya, dapat dilihat pada petak ukur ke-7. Pohon plus mindi memiliki skor 94. Pada petak ukur ke-7 hanya ditemukan satu pohon yang memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Dengan skor tertinggi di antara pohon plus yang lain bukan berarti pohon plus tersebut merupakan pohon plus terbaik dibandingkan dengan pohon plus yang lain, karena skoring pohon plus hanya dilakukan pada pohon yang berada dalam petak ukur yang sama. Dari semua pohon yang teridentifikasi sebagai pohon plus dalam blok koleksi tanaman Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dari total 9 petak ukur yang ada, semua pohon plus tersebut berpotensi untuk dijadikan sumber benih karena telah memenuhi kriteria sebagai pohon plus/pohon induk. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat 9 spesies pohon yang teridentifikasi sebagai pohon plus, antara lain 7 spesies pohon berkayu yaitu 3 pohon tabu, 1 pohon dadap, 1 pohon bayur, 1 pohon ampelas, 6 pohon randu, 1 pohon suren, 1 pohon mindi dan 2 spesies pohon MPTS, yaitu 1 pohon durian, serta 1 pohon mangga dengan jumlah keseluruhan individu pohon yang memenuhi kriteria pohon plus sebanyak 16 pohon. 2. Randu dan mindi memiliki skor tertinggi dibanding pohon plus lain dengan total skor masing-masing pohon sebesar 94, sedangkan durian memiliki total skor terendah sebesar 61. DAFTAR PUSTAKA Akbar, A. 2007. Peranan frekuensi penyiangan manual terhadap penurunan resiko kebakaran pada hutan tanaman. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 4(1):51 67. Departemen Kehutanan. 2006. Seleksi pohon plus. Booklet. Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura. Sumedang. 28p. Djamhuri, E., Supriyanto, I. Z. Siregar, U. Y. Siregar, A. Sukendro, S. Wilarso, P. Pamungkas, dan R. Safei. 2006. Petunjuk Teknis Seleksi Pohon Induk. Buku. IPB. Bogor. 61p. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Buku. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 210p. Indriyanto. 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Buku. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 234p. KPH Kendal. 2011. Monitoring dan evaluasi jenis tanaman rimba eksotik di KPH Kendal. Diakses Mei 2012 14.30 WIB. http://www.kphkendal.comfileseksotik.pdf. Rohandi, A. 2007. Pengaruh tingkat devigorasi dan kerapatan benih krasikarpa terhadap pertumbuhan semainya. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 4(1):13 23. 22