BAB I PENDAHULUAN. Akuntan dalam konteks profesi bidang bisnis, bersama-sama. dengan profesinya lainnya, mempunyai peran yang signifikan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggung jawaban pengelolaan keuangan daerah merupakan sesuatu hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah menantang pemerintah daerah untuk. mewujudkan pemerintah yang akuntabilitas dan transparan.

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah yang baik menuju pada terwujudnya good. governance, karena good governance telah menjadi suatu paradigm baru

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan Otonomi Daerah sesuai dengan aturan Undangundang. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Auditor pemerintah terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan berisikan data yang menggambarkan keadaan. keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul dan Syam (2012: 108) menyatakan bahwa:

VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. governance dalam hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menunjukkan buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean government. Seiring dengan hal tersebut, pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB1 PENDAHULUAN. Salah satu agenda reformasi adalah desentralisasi keuangan dan. otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang selanjutnya data tersebut digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing auditor berbeda. Auditor pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses sistematik yang dilakukan untuk. mengevaluasi bukti secara objektif atas pernyataan-pernyataan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Auditor dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Tahun 2008 disebut

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Salah satunya dilakukan dalam penyajian laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi dasar manajemen lainnya yaitu perencanaan dan pelaksanaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. penyebab atau motif perilaku seseorang. Pada dasarnya, ketika kita mengamati

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. disusun oleh manajemen berserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti

PERTEMUAN 1: AUDIT DAN STANDAR AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit yang berkualitas dapat membantu mengurangi penyalahgunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan atau audit. Audit pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Akuntan dalam konteks profesi bidang bisnis, bersama-sama dengan profesinya lainnya, mempunyai peran yang signifikan dalam operasi suatu perusahaan. Dewasa ini akuntan telah menjadi salah satu profesi kunci di dalam bidang bisnis. Ada dua tanggung jawab akuntan publik dalam menjalankan pekerjaan profesionalnya, yaitu menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam melaksanakan pekerjaannya dan menjaga mutu pekerjaan profesionalnya. Seorang akuntan publik yang profesional dapat dilihat dari kinerja auditor dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Pengertian kinerja auditor adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan (Mulyadi, 1998:11).

Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik khususnya instansi pemerintah mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta Value for money dalam menjalankan aktifitasnya. Diperlikan audit terhadap organisasi sektor publik tersebut. Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan good government namun demikian praktiknya sering jauh dari yang diharapkan. Audit dalam pemerintahan Indonesia terdapat beberapa kelemahan, diantaranya tidak tersedia indikator kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output yang dihasilkan yaitu berupa pelayanan publik tidak mudah diukur, dengan kata lain ukuran kualitas audit masih menjadi suatu perdebatan (Mardiasmo, 2005). Salah satu lembaga pemerintah daerah yang melakukan pemeriksaan adalah inspektorat daerah. Isnperktorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepada daerah, sehingganya dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal yang melaksanakan audit internal. Audit Internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi. Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota digolongkan sebagai auditor internal hal ini disebabkan adanya pemberian otonomi dan desentralisasi yang kuat, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah kabupaten/kota

sehingga membawa konsekuensi perubahan terhadap pemeriksaan daerah (Mardiasmo,2005). Selanjutnya, Mardiasmo (2005: 189) mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Ketiga hal tersebut pada dasarnya berbeda baik secara konsepsi maupun aplikasinya. Pengawasan mengacu pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif (yaitu masyarakat dan DPR/DPRD) untuk turut mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian (control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif (pemerintah) untuk menjamin dilaksanakannya sistem dan kebijakan manajemen sehingga tujuan organisasi tercapai. Pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan. Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007, dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan, Insperktorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Perencanaan program pengawasan, 2. Perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan,

3. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan dalam pengelolaan keuangan daerah. Oleh sebab itu, aparat pemeriksa dituntut untuk selalu membenahi diri, meningkatkan pengetahuan dalam hal teknis pelaksanaan audit dan mengikuti perkembangan penerapan aplikasi pengelolaan keuangan dan aset. Goverment Accountability Office (GAO), menjelaskan bahwa audit itu sebagai ketaatan terhadap standar profesi dan ikatan kontrak selama melaksanakan audit (Lowenshon, 2005). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu bahwa audit yang dilakukan oleh auditor dikatakan berkualitas jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu (Elfarini, 2006). Sama halnya hasil dari audit operasional yang berkualitas hanya dapat dihasilkan jika audit tersebut dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku. Kualitas audit operasional juga berati kemungkinan bahwa seorang auditor operasional akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang terjadi pada sistem akuntansi klien, hal ini tergantung kompetensi auditor operasional itu dan independensi auditor operasional itu sendiri. M.Guy (2002) dalam Renaldo (2010) menyatakan bahwa kompetensi adalah pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Standar audit internal butir 1210 mengenai proficiency dinyatakan bahwa

auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Selain harus kompoten seorang auditor juga harus memiliki sikap independensi dalam melakukan audit agar dapat memberikan pendapat atau kesimpulan apa adanya tanpa ada pengaruh dari pihak yang berkepentingan (BPKP, 2008). Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, dalam Lampiran II menyebutkan: Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemerikasaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, eksternal, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Independensi memang marupakan sala satu standar yang harus dipenuhi oleh seorang auditor untuk dapat melakukan audit dengan baik. Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum diatur dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dankabupaten/kota. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan; ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan. Peran dan fungsi tersebut

kemudian dijabarkan dalam Peraturan Kepala Daerah pada masingmasing wilayah Inspektorat. Dalam standar umum pertama auditing disebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Standar umum tersebut menegaskan bahwa betapapun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing, (Agoes, 2004: 32). Kualitas audit sangat penting dalam kegiatan audit, karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain itu adanya kekhawatiran akan merebaknya kasus korupsi yang tidak pernah tuntas, dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap laporan hasil pemeriksaan dan profesi Auditor, (Tambunan, 2010: 4). DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Probabilitas penemuan suatu pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan independensi auditor tersebut. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik yang besar akan berusaha

untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. DeAngelo (1981) juga menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dari tingkat kepatuhan auditor dalam melaksanakan berbagai tahapan yang seharusnya dilaksanakan dalam sebuah kegiatan pengauditan. Sedangkan menurut Tambunan (2010) bahwa untuk menghasilkan laporan pemeriksaan yang berkualitas auditor harus memiliki keahlian dalam melakukan audit, dimana keahlian seorang auditor ditentukan melalui pendidikan serta pengalaman yang memadai dalam bidang akuntansi dan audit. Hasil yang sama juga dibuktikan oleh penelitian Indah (2010), Efendy (2010), dan Nataline (2007) yang menyimpulkan bahwa pengalaman dalam melakukan audit dan pengetahuan auditor berpengaruh positif terhadap tingkat kualitas pemeriksaan. Auditor yang berpengalaman cenderung memiliki ketelitian dan kemampuan yang baik dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya sedangkan semakin tinggi tingkat pengetahuan auditor, maka semakin tinggi pula tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit. Pengetahuan dan pengalaman auditor sangat penting dalam menghasilkan audit yang berkualitas. Tubbs (1992) menyatakan bahwa dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi. Tubbs (1992) dalam penelitiannya juga memberikan kesimpulan bahwa pertambahan pengalaman akan meningkatkan perhatian auditor dalam melakukan pelanggaran-pelanggaran untuk tujuan pengendalian.

Penelitian Asih (2006) juga menunjukkan bahwa pengalaman yang diperoleh dari lamanya bekerja, banyaknya tugas pemeriksaan, dan banyaknya jenis perusahaan yang diaudit berpengaruh positif terhadap peningkatan keahlian auditor dalam bidang auditing. Ishak (2011) dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa pengetahuan auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian Batubara (2009) dan Sucipto (2007) juga membuktikan bahwa pengalaman dan pengetahuan berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi penyimpangan dan kekeliruan. Djamil (2006) dalam penelitiannya yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit pada sektor publik dan beberapa karakteristik untuk meningkatkannya menyimpulkan bahwa kualitas audit pada sektor publik lebih rendah dibandingkan dengan kualitas audit pada sektor swasta. Rendahnya kualitas audit pada auditor pemerintah, karena mereka dihadapkan pada litigationrisk yang rendah dan perbedaan tersebut kemungkinan dikarenakan: (1) tipe auditor firm dan auditee yang berbeda, (2) sifat industri dan proses audit yang berbeda, (3) tipe kualitas yang melakukan review, dan (4) metode pemilihan audit untuk melakukan review yang berbeda. Peran penting dari insperktorat dalam memeberikan masukan kepada gubernur, butpati, walikota, mengenai apa yang mesti dilakukan supaya program-program pembangunan berjalan secara ekonomis, efektif

dan efisien. Peran tersebut hanya dapat dijalankan apabila para auditor sudah profesional dan memiliki kemampuan yang dapat diandalkan. Kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh inspektorat di Provinsi Gorontalo masih tergolong rendah dan belum maksimal. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya temuan yang didapati oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagaimana yang dipublikasikan dalam siaran pers bulan Juni 2010 pada website Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Gorontalo yaitu Kota Gorontalo dengan 22 temuan pemeriksaan yang terdiri dari 11 temuan berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan 11 temuan ketidakpatuhan terhadap perundangan yang berlaku; Kabupaten Gorontalo dengan 17 temuan pemeriksaan yang terdiri dari 9 temuan berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan 8 temuan ketidakpatuhan terhadap perundangan yang berlaku; Kabupaten Bone Bolango dengan 27 temuan pemeriksaan yang terdiri dari 11 temuan berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan 16 temuan ketidakpatuhan terhadap perundangan yang berlaku; Kabupaten Boalemo dengan 22 temuan pemeriksaan yang terdiri dari 9 temuan berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan 13 temuan ketidakpatuhan terhadap perundangan yang berlaku; Kabupaten Pohuwato dengan 19 temuan pemeriksaan yang terdiri dari 11 temuan berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan 8 temuan ketidakpatuhan terhadap perundangan yang berlaku, dan; Kabupaten Gorontalo Utara dengan 23 temuan pemeriksaan yang terdiri dari 11

temuan berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan 12 temuan ketidakpatuhan terhadap perundangan yang berlaku. Masih banyaknya temuan-temuan tersebut berimplikasi pada opini laporan keuangan sehingga dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun anggaran 2009 hanya Kabupaten Gorontalo yang dinyatakan Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) sedangkan Kota Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, dan Kabupaten Gorontalo Utara dinyatakan Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion). Pada saat pengawasan sering kali timbul masalah antara lain : tidak jelasnya tujuan pengawasan tersebut, kurangnya jumlah tenaga auditor, kualifikasi auditor yang tidak memadai, dan tidak tersedianya sarana yang memadai, yang pada akhirnya dapat berakibat ketidak sesuaian hasil pengawasan atau kualitas hasil pemeriksaan dengan yang diharapkan (Ulum, 2009). Hal ini juga terjadi di Inspektorat Provinsi Gorontalo dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengawas keuangan daerah dan anggota dari aparat pengawasan internal pemerintah (APIP) sebagaimana auditor pada umumnya. Seringkali aparat Insperktorat barada di bawah pengaruh pihak penentu kebijakan yaitu kepala daerah sehingga akan menjadi dilema profesi aparat inspektorat untuk menjunjung tinggi kompetensi dan independensi dalam menghasilkan

audit yang berkualitas sehingga hal ini bisa mempengaruhi independensi aparat inspektorat Provinsi Gorontalo. Penelitian-penelitian di bidang auditing mengenai kualitas audit ini banyak dilakukan sala satunya penelitian mengenai kualitas audit adalah penelitiannya Haslinda (2010) yang menyatakan bahwa variabel independensi yang sangat berpengaruh terhadap kualitas audit Inspektorat Provinsi Sumut, beda halnya dengan penelitian Efendy (2010) Kompetensi dan Motivasi yang berpengarah positif terhadap kualitas audit Inspektorat Kota Gorontalo. Mayangsari (2003) yang melakukan penelitian tentang hubungan independensi auditor dengan pandapat audit menyimpulkan bahwa auditor yang independen memberikan pendapat yang lebih tepat dibandikan auditor yang tidak independen. Penelitian selanjutnya dalam bidang auditing salah satunya yaitu penelitian Renaldo (2010) yang menyatakan independensi dan kompetensi mempengaruhi kualitas audit insperktorat Kota Padang. Selanjutnya Giu (2011) dan Tambunan (2010) yang berjudul Pengaruh Keahlian dan Independensi Pemeriksa Terhadap KualitasHasil Pemeriksaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keahlian berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman pemeriksa berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Irawati (2011), Indah (2010) dan Efendy (2010) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit memberikan bukti empiris bahwa kompetensi yang

berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Rasa tanggung jawab dan independensi merupakan suatu keadaan yang dirasakan oleh auditor bahwa pekerjaan yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur dan standar akuntan publik sehingga dapat dipertanggungjawabkan mengenai kesimpulan yang dibuat untuk pihakpihak yang berkepentingan baik langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti ingin mengkaji penelitian dengan judul: PENGARUH PENGETAHUAN DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah pengetahuan berpengaruh terhadap kualitas audit? 2. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit? 3. Apakah Pengetahuan dan independensi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit.? 3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengetahuan aparat Inspektorat Provinsi Gorontalo terhadap kualiats audit.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh independensi aparat Inspektorat Provinsi Gorontalo terhadap kualiats audit. 4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pemegang kebijakan, dalam hal ini pemerintah daerah, hasil penelitain ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi kualitas audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. 2. Bagi inspektorat, sebagai masukan dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah khusunya peranan inspektorat daerah dalam pengawasan keuangan daerah dalam mewujudkan good governance. 3. Bagi akademisi, memberikan konstribusi pengembangan literatur akuntansi sektor publik di indonesia, selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan mendorong dilakukannya penelitianpenelitian kualitatif lainnya di bidang akuntansi sektor publik. Hasil peneliain ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi penelian berikutnya.