BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat dan pembangunan (Siahaan, 2010:9). Sedangkan pajak

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pajak dengan

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

Keterangan Pers POKOK-POKOK PENGATURAN UNDANG-UNDANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak. Menurut UU Republik Indonesia No 28 tahun 2007, pajak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi besar terhadap pembangunan negara. Pajak. digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang luas, nyata dan bertanggung jawab Kepada Daerah secara profesional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dan cita-cita Negara Indonesia yang tercantum dalam. adalah untuk melaksanakan pembangunan yang dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan dana pembangunan baik yang diperoleh dari sumber-sumber pajak

BAB I PENDAHULUAN. suatu bentuk apresiasi pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan. kewenangan yang semakin besar kepada daerah dalam rangka

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun Kebijkan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perekonomian Indonesia akan diikuti pula dengan kebijakankebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Salah satunya adalah tuntutan pemberian otonomi yang luas kepada pemerintah daerah, yang dikenal sebagai kebijakan Otonomi Daerah. Pengertian Otonomi Daerah menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 adalah hak, wewenang, dan kebijakan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Prinsip dasar pemberian otonomi didasarkan atas pertimbangan bahwa daerahlah yang lebih mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya. Atas dasar pertimbangan ini, maka pemberian otonomi diharapkan akan lebih mampu mengacu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah pemerintah daerah harus melakukan peningkatan kapasitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sumber-sumber peningkatan daerah. Pelaksanaan otonomi daerah suatu langkah untuk pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan, dimana suatu daerah mempunyai kesempatan untuk mengelolah, mengembangkan, dan membangun daerahnya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh setiap masing-masing daerah. Pelaksanaan pembangunan tidak lain merupakan suatu proses yang berlangsung secara sadar, terencana, dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk 1

2 meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat suatu bangsa. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan kepentingan masyarakat didasarkan atas pertimbangan bahwa daerah lebih mengetahui kebutuhan dan potensi-potensi yang ada di daerahnya. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh pemerintah daerah dalam penyelenggaraan dan pembangunan adalah terhambatnya sumber pembiayaan pembangunan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasamemerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan, sehingga daerah dituntut untuk mencari alternatif sumber penerimaan melalui potensipotensi yang sudah ada. Sehubungan dengan hal tersebut, daerah dituntut untuk benar-benar mempersiapkan diri baik secara kelembagaan, sumber daya manusia, dan teknologi untuk dapat mewujudkan ekonomi, serta desentralisasi secara nyata, dinamis, dan bertanggung jawab. Untuk itu pemerintah dituntut untuk melakukan perbaikan kelembagaan dilingkungannya. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, salah satu upaya yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah peningkatan pendapatan daerah, memperbaiki jenis dan struktur pajak daerah maka diterbitkannya Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tersebut sebagai pengganti dari Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1997 dan Undan-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Dalam Undang-Undang tersebut terdapat penambahan 4 jenis pajak daerah yaitu 1 jenis pajak provinsi dan 3 jenis pajak kabupaten/kota, jadi keseluruhan terdapat 16

3 jenis pajak daerah. Jenis pajak provinsi yang baru yaitu Pajak Rokok, sedangkan 3 jenis pajak kabupaten/kota yang baru yaitu Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Sarang Burung Walet. Pemikiran dasar yang melatarbelakangi dibentuknya Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) ini antara lain jenis Pajak Daerah dan Retribusi daerah yang diatur dalam undang-undang yang lama sudah tidak memadai lagi dengan kebutuhan daerah dan juga dalam mendukung peningkatan PAD sehingga daerah selalu menunggu besaran Dana Alokasi Umum (DAU) untuk membiayai penyelenggaraan urusan otonomi. Selain itu, pada kenyataannya daerah banyak merumuskan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang bertentangan dengan prisip efisiensi, kemudahan investasi, mobilisasi penduduk, dan barang antar daerah. Penerapan UU PDRD ini mempunyai beberapa tujuan antara lain memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah, memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis pungutan daerah dan sekaligus dasar hukum pungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Adanya penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 diharapkan hasil penerimaan pajak dan retribusi daerah memadai dan memiliki peran yang

4 relatif besar terhadap pendapatan daerah karena pajak dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Selain itu, dapat memberikan peluang untuk mengenakan pungutan baru yang diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah. Sugiono (2012) menyatakan bahwa setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pemerintah daerah tidak memberi peluang untuk menggali jenis-jenis pajak daerah baruselain yang ditetapkan didalam undang-undang dan tidak dapat menetapkan serta memungut pajak kecuali yang diatur dalam perundang-undangan. Posisi pajak dan retribusi daerah sangat strategis bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah (baik kabupaten/kota maupun provinsi) khususnya sebagai indikator keberhasilan otonomi daerah dengan aspek kemampuan keuangan daerah guna membiayai pelaksanaan daerah (Bagijo,2011). Penetapan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah pada dasarnya tidak menjadi urusan pemerintah sebagai pihak yang menetapkan serta memungut pajak dan retribusi daerah. Melainkan berkaitan dengan masyarakat pada umumnya. Sebagai anggota masyarakat yang memenuhi ketentuan peraturan pajak daerah maupun yang menikmati jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah, maka harus membayar pajak atau retribusi daerah yang terutang. Hal ini menunjukkan proses pemungutan pajak dan retribusi daerah akan memberikan beban pada masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat perlu memahami ketentuan pajak daerah dan retribusi daerah dengan jelas agar memenuhi kewajibannya dengan penuh tanggung jawab.

5 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Sumber Pendapatan Daerah terdiri dari: 1. Pendapatan Asli Daerah yang disebut PAD, yaitu: a. Hasil pajak daerah, b. Hasil retribusi daerah, c. Hasil perngelolaan daerah yang dipisahkan, dan d. Lain-lain pendapatan kekayaan daerah yang sah. 2. Dana perimbangan 3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memiliki kontribusi yang penting terhadap PAD yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Seberapa besar kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah akan menjadi salah satu tolak ukur kemakmuran dan kemandirian suatu daerah. Oleh karenanya dibuatlah seperangkat aturan perundang-undangan yang menjadi pedoman pengelolaan pajak dan retribusi daerah serta upaya-upaya pemerintah daerah untuk mengoptimalkan pendapatan daerahnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang akan diuraikan oleh peneliti adalah: 1. Bagaimana kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sidoarjo?

6 2. Bagaimana efektivitas penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta upaya Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam mengoptimalkan daerahnya? 2.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui efektivitas penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta upaya Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam mengoptimalkan daerahnya. 2.2 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kontribusi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk perbaikan dan pertimbangan alternatif pemecahan masalah yang mungkin dapat diambil mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah juga Pendapatan Asli Daerah bagi instansi pemerintah khususnya pada Pemerintah Kota Sidoarjo khususnya Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset.

7 2. Kontribusi Teoretis a. Diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai perpajakan. b. Diharapkan dapat meningkatkan motivasi guna memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dan dapat dijadikan bahan refrensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian sejenis selanjutnya. c. Mencoba menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan. 3. Kontribusi Kebijakan Sebagai tambahan informasi dan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. 2.3 Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang sesuai dengan yang diharapkan dan untuk menghindari pembahasan yang tidak terarah dan terlalu luas, maka dalam penulisan penelitian ini peneliti membatasi masalah mengenai Efektivitas Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Kota Sidoarjo. Penulis memberi batasan pada penelitian ini yaitu tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dari tahun 2005 sampai dengan 2013. Faktor-faktor diluar Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak dimasukkan dalam lingkup ini.