PERBANDINGAN EFEKTIFITAS MISOPROSTOL SUBLINGUAL 25 mcg, PERVAGINAM 25 mcg DAN DRIPS OKSITOSIN 5 IU UNTUK INDUKSI PERSALINAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STUDI PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MISOPROSTOL DOSIS 50 µg DAN DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Perbandingan Induksi Misoprostol Dengan Induksi Oksitosin Terhadap Lama Persalinan Pada Kehamilan Postterm di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Patofisiologi. ascending infection. Infeksi FAKTOR LAIN. infeksi intraamnion. Pembesaran uterus kontraksi uterus dan peregangan berulang

BAB IV METODE PENELITIAN

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V10.i3 ( )

EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA

INDUKSI PERSALINAN. Kanadi Sumapradja.

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

Yayan A. Israr, S. Ked Christopher A.P, S. Ked

Lampiran 1 TABEL DATA RESPONDEN DENGAN KONDISI SERVIKS YANG BELUM MATANG

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN OKSITOSIN DRIP DENGAN RUPTUR JALAN LAHIR SPONTAN PADA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSUD

KARAKTERISTIK PERSALINAN KEMBAR DI RSUP Dr.KARIADI TAHUN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

STUDI DESKRIPTIF PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

INSIDENSI INFEKSI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN OKSITOSIN DI RSUD.PIRNGADI MEDAN

ISSN No Media Bina Ilmiah 29

ASUHAN. Oleh : R commit to user

PERBANDINGAN KEBERHASILAN PERSALINAN ANTARA MISOPROSTOL DAN FOLEY KATETER PADA POSTTERM Isnamaya Kartika Wulandari 1, Sumarah 2, Margono 3

Relationship between Gestational Age and Incident of Macrosomia

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PADA KASUS INERTIA UTERI TERHADAP JENIS PERSALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

MISOPROSTOL UNTUK INDUKSI PERSALINAN PADA KEHAMILAN ATERM

ABSTRAK. Nabila Mazaya Putri, 2017 : Rimonta F. Gunanegara, dr., SpOG., M.Pd.Ked.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

Latviya Rahmani Husein Putri 1, Supriyatiningsih 2. Yogyakarta ABSTRACT

Misoprostol Cytotec Serly Dan Mifeprestone Mifeprex Obat Terlambat Haid

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. S G 2 P 1 A 0 HAMIL 40 MINGGU DENGAN INDUKSI ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RSUD SUKOHARJO

INDUKSI PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR LABOR INDUCTION WITH THE INCIDENT OF ASPHYXIA NEWBORN

MASALAH. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. sebelum proses persalinan berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

Perdarahan Post Partum Akibat Anemia pada Ibu Hamil di RSUD Tugurejo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa salah satunya diukur dari besarnya angka kematian (morbiditas). Makin

KARAKTERISTIK DAN LUARAN PREEKLAMPSI DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Persalinan adalah Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

Pengaruh Pemberian Misoprostol 25 µg Peroral Ambulatoir pada Tenggat Waktu Persalinan Wanita Hamil > 40 Minggu Resiko Rendah

Persalinan Preterm. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan

METODE-METODE PEMATANGAN SERVIKS DAN INDUKSI PERSALINAN

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

PERBEDAAN SKOR APGAR PADA KETUBAN PECAH DINI USIA KURANG DARI 34 MINGGU YANG DIBERI DAN TIDAK DIBERI DEKSAMETASON JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

LUARAN PARTUS LAMA DI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan sangat membahagiakan setiap keluarga. Maka segala dukungan moral dan. kesejahteraan ibu dan janinnya. (Maryunani, 2010).

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN PERVAGINAM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARULAHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

sekresi Progesteron ACTH Estrogen KORTISOL menghambat peningkatan sintesis progesteron produksi prostaglandin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Karakteristik kehamilan dan persalinan pada usia <20 tahun di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari Desember 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di bagian Rekam Medik RSUP dr. Kariadi

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

ABSTRAK. Audylia Hartono Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara, dr., Sp.OG. Pembimbing II : July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN DENGAN TINDAKAN VAKUM EKSTRAKSI DI RSUD BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

Gambaran Karakteristik Ibu, Penanganan Persalinan, dan Fetal Outcome pada Kehamilan Post-term

LUARAN IBU BERSALIN MENOPOUSE. Outcome Maternal Labor In Menopousal Age

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

Dinamika Kesehatan Vol. 7 No. 2 Desember 2016 Salmarini, et. al., Faktor-faktor yang...

HUBUNGAN PREEKLAMSIA DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN

KEHAMILAN GANDA. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Cara Induksi. Induksi persalinan secara operaif/indakan. Membrane stripping

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. rahim, tanpa rasa sakit dan koordinasi yang di sebut Braxton Hiks. Kontraksi ini

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kegagalan Induksi Persalinan

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

Istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan

Senam Hamil Mempengaruhi Lama Persalinan Normal pada Primigravida. Pregnant Exercise Influence Vaginal Term Labor On Primigravid

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

PROFIL SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2011

HUBUNGAN PARTUS LAMA DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUANG VK BERSALIN RSUD. DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

PERBANDINGAN KEJADIAN ASFIKSIA ANTARAPERSALINAN PRETERM DAN ATERM PADA PREEKLAMSIA BERAT DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG. Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA. Endang Wahyuningsih, Saifudin Zukhri 1

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN YANG DI RUJUK DENGAN KASUS KETUBAN PECAH

PROFIL PERSALINAN KEHAMILAN KEMBAR DI BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2011

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERSALINAN SUNGSANG DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

Keywords : Duration, Third Stage duration of labor.

Transkripsi:

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS MISOPROSTOL SUBLINGUAL 25 mcg, PERVAGINAM 25 mcg DAN DRIPS OKSITOSIN 5 IU UNTUK INDUKSI PERSALINAN THE COMPARISON EFFECTIVENESS SUBLINGUAL MISOPROSTOL 25 mcg, VAGINALLY 25 mcg AND OXYTOCIN 5 IU DRIPS FOR INDUCTION OF LABOUR Esa Lestary, John Rambulangi, Retno B. Farid Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi: Esa Lestary Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar HP : 081241225399 Email: lestaryesa80@yahoo.co.id

ABSTRAK Induksi persalinan terjadi antara 10%-20% dari seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik ibu maupun janin, Beberapa penelitian menyebutkan misoprostol sangat efektif untuk induksi persalinan karena dapat mematangkan serviks dan memacu kontraksi miometrium.penelitian ini bertujuan untuk menilai lama persalinan, jenis persalinan efek samping/komplikasi obat, dan hasil luaran neonatal setelah pemberian misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 IU intravena untuk induksi persalinan. Penelitian dilakukan di kamar bersalin BLU. RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan beberapa RS jejaring di kota Makassar, selama 3 bulan periode Februari 2013 sampai April 2013. Merupakan studi intervensi. Cara pengambilan sampel metode clinical eksperimen dengan randomized single blind. Subjek penelitian adalah ibu hamil aterm (38-42 minggu) dan telah memenuhi kriteria inklusi yang merupakan suatu studi intervensi. Uji statistik menggunakan uji chi square dengan analisa ANOVA dan uji-t atau uji x 2, uji statistik ini dianggap signifikan jika p<0.05.terdapat 90 sampel penelitian, masing-masing untuk misoprostol sublingual 25 mcg (30 sampel), misoprostol pervaginam 25 mcg (30 sampel) dan drips oksitosin 5 IU intravena (30 sampel). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama persalinan pada misoprostol sublingual 25 mcg lebih cepat yaitu 9,9±1,62 jam, nilai p=0,000, dibandingkan misoprostol pervaginam 25 mcg 12,63±3,44 jam dan drips oksitosin 5 IU intravena 13,87±3,28 jam. Jenis persalinan untuk ketiga kelompok terbanyak adalah partus pervaginam. Efek samping/komplikasi terjadi lebih banyak pada pemberian misoprostol (baik sublingual maupun pervaginam) dibandingkan drips oksitosin, yaitu efek menggigil (26,7%) pada pemberian sublingual dan efek mual (16,7%) pada pemberian pervaginam, sedangkan tidak ada efek samping (0%) pada drips oksitosin. Efek samping gawat janin masing-masing 1 kasus (3,3%) pada pemberian misoprostol (sublingual dan pervaginam). Hasil luaran neonatal pada ketiga kelompok tidak berbeda bermakna, semua bayi langsung menangis dengan APGAR skor 8/10 dan Berat badan bayi baru lahir rata-rata 3000 gram. Kata kunci: Efektifitas, keamanan, misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg, oksitosin 5 IU Abstract Induction of labor between 10% -20% of all deliveries with both maternal and fetal indications, some studies say misoprostol for induction of labor is very effective because it can ripen the cervix and stimulate contractions of the myometrium. This study aimed to assess duration of labor, type of delivery side effects / complications of the drug, and the results of neonatal outcomes after administration of sublingual misoprostol 25 mcg, 25 mcg vaginal misoprostol and oxytocin 5 IU of intravenous drips to induce labor. The study was conducted in the delivery room BLU. RS. Dr.. Wahidin Sudirohusodo and some hospital networks in the city of Makassar, during the 3 month period from February 2013 until April 2013. An intervention study. Way clinical sampling method with randomized single blind experiment. Subjects were pregnant women at term (38-42 weeks) and have met the inclusion criteria was an intervention study. Statistical test using the chi square test with ANOVA analysis and t-test or x2 test, the test is considered statistically significant if P <0.05. There are 90 research samples, respectively to 25 mcg sublingual misoprostol (30 samples), 25 mcg vaginal misoprostol (30 samples) and 5 IU oxytocin intravenous drips (30 samples). The results showed that a long labor at 25 mcg sublingual misoprostol faster is 9.9 ± 1.62 days, p = 0.000, compared vaginal misoprostol 25 mcg 12.63 ± 3.44 hours and 5 IU oxytocin intravenous drips 13.87 ± 3.28 hours. The third type of delivery for most groups is vaginal parturition. Side effects / complications occurred more in the misoprostol (both sublingual and vaginal) compared oxytocin drips, the effects of shivering (26.7%) in the sublingual administration and the effects of nausea (16.7%) in the vaginal delivery, whereas no side effects (0%) in the oxytocin drips. Side effects of fetal distress each 1 case (3.3%) in the misoprostol (sublingual and vaginal). Results neonatal outcomes in all three groups was not significant, all the baby started to cry with Apgar score of 8/10 and the new born baby weighed an average of 3000 grams. Keywords: Effectiveness, safetiness, sublingual misoprostol 25 mcg, 25 mcg vaginal misoprostol, oxytocin 5 IU.

PENDAHULUAN Induksi persalinan terjadi antara 10% - 20% dari seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik ibu maupun janin. Dikenal dua jenis induksi yaitu secara mekanis dan medisinalis. Pemakaian balon kateter, batang laminaria, dan pemecahan selaput ketuban termasuk cara mekanis. Induksi medisinalis dapat dengan menggunakan infus oksitosin intravena dengan keuntungan waktu paruh yang pendek hingga mudah diawasi dan dikendalikan bila terjadi komplikasi, na\mun sangat bergantung pada skor bishop sehingga perlu pematangan serviks terlebih dahulu (Elasari, et al., 2007) Bahan induksi persalinan yang bersifat nonmekanik paling sering menggunakan prostaglandin E. adalah analog prostaglandin E1 (PGE1) yang direkomendasikan oleh FDA untuk pengobatan dan pencegahan ulkus peptikum dan sekarang telah banyak digunakan di bidang obstetri (Goldberg, A.B., et al., 2004, Anonim, 2006). Beberapa penelitian menyebutkan misoprostol sangat efektif untuk induksi persalinan karena dapat mematangkan serviks dan memacu kontraksi miometrium sehingga dianjurkan untuk ibu hamil dengan serviks yang belum matang. Kerugian terutama efek samping sistemiknya dan kesulitan pengaturan pemberiannya sebagai bahan induksi persalinan. Walaupun demikian prostaglandin telah dikembangkan sebagai bahan pertimbangan yang membantu dimulainya induksi persalinan pada serviks yang belum matang. (Elasari, et al., 2007, Anonim, 2006, Goldberg, A.B., et al., 2004). Wing et al (2007) pada penelitiannya menggunakan misoprostol dosis berbeda 25 µg dan 50 µg ternyata memperlihatkan efektifitas yang sama dalam menimbulkan induksi persalinan. Dosis 50 µg berhubungan dengan lebih pendeknya interval persalinan yang terjadi, tetapi menunjukkan angka takisistol yang tinggi, namun tidak dilaporkan adanya perbedaan mengenai hasil luaran pada keduanya (Elasari, et al., 2007, Knoch, J., et al., 2007). ACOG Committee menyatakan bahwa dosis 25 mcg vaginal sebaiknya dipertimbangkan sebagai dosis inisial untuk induksi dan pematangan serviks. Hal ini berdasarkan kenyataan tingginya insiden terjadinya takisistol pada dosis yang lebih besar (Elasari, et al., 2007) Penelitian oleh kelompok peneliti dari bagian Obstetri dan Ginekologi Aberdeen Maternity Hospital Skotlandia dalam penelitiannya menemukan bahwa pemberian misoprostol sublingual tampak lebih efektif dan lebih dapat diterima pasien dibandingkan pemberian misoprostol oral (Shetty, et al., 2007). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan prostaglandin menunjukkan hasil yang lebih baik pada pematangan serviks dibanding penggunaan oksitosin. (Elasari, et al., 2007, Anonim.,2006).

Dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya dari segi keamanan, efektifitas, efek samping dan biaya maka misoprostol dapat merupakan suatu alternatif pilihan untuk induksi persalinan di negara berkembang. Penelitian pendahuluan mengenai perbandingan efektifitas dan keamanan induksi persalinan menggunakan misoprostol sublingual 25 µg interval 4 jam dan 6 jam, telah dilakukan oleh Yuanei dkk di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, RS. Dr. Sardjito, Yogyakarta, dengan hasil tidak terdapat perbedaan anatara kelompok perlakuan dan kontrol, pada keberhasilan mencapai kala II dan lama mencapai kala II. (Yuane, et al., 2010) Saat ini data mengenai efektifitas penggunaan misoprostol sublingual dosis 25 µg untuk induksi persalinan belum ada di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. Setelah melihat latar belakang penelitian mengenai kelemahan penggunaan misoprostol 50 µg untuk induksi persalinan, maka peneliti tertarik untuk menilai efektifitas dan keamanan penggunaan misoprostol sublingual dosis 25 µg dibandingkan oksitosin untuk induksi persalinan. BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi intervensi dengan sampel tunggal terhadap wanita hamil yang memenuhi syarat untuk dilakukan induksi persalinan. Penelitian ini dilaksanakan di RS. Wahidin Sudirohusodo dan beberapa rumah sakit pendidikan bagian Obsteri dari ginekologi FK UNHAS Makassar, antara lain: BLU RS Wahidin Sudirohusodo, RS Pelamonia, RSI Faisal, RSU Labuang Baji, RS Bhayangkara, dan RS Stella Maris. Waktu pelaksanaan mulai bulan Februari sampai April 2013 atau jika sampel sudah terpenuhi. Cara pengambilan sampel adalah metode clinical eksperimen dengan, yaitu setiap penderita yang memenuhi kriteria dan bersedia mengikuti penelitian randomized single blind dimasukkkan sebagai subjek penelitian. Populasi penelitian adalah semua ibu hamil aterm yang masuk ke BLU RS Wahidin Sudirohusodo, RS Pelamonia, RSI Faisal, RSU Labuang Baji, RS Bhayangkara, dan RS Stella Maris. Populasi target adalah ibu hamil 38-42 minggu, dan telah setuju diikutsertakan dalam penelitian. Sampel penelitian adalah ibu yang akan bersalin dan telah memenuhi kriteria inklusi yang merupakan suatu studi intervensi pada perempuan yang memenuhi syarat.

Metode pengumpulan data Cara pengambilan sampel adalah metode clinical eksperimen dengan randomized single blind, yaitu setiap penderita yang memenuhi kriteria dan bersedia mengikuti penelitian dimasukkkan sebagai subjek penelitian hingga sampel mencapai jumlah yang mencukupi. Analisis data Data yang telah dikumpulkan melalui formulir penelitian, kemudian diolah dengan bantuan komputer dan disajikan dalam bentuk tekstular (narasi) dan tabular. Uji statistik menggunakan uji chi square. Menggunakan analisa uji-t atau uji x 2 dengan α 5%. HASIL PENELITIAN Telah dilakukan penelitian dengan jumlah total sampel 90 sampel wanita hamil aterm dengan umur kehamilan 38-40 minggu yang mendapat dosis awal misoprostol 25 mcg sublingual, misoprostol 25 mcg pervaginam dan drips 5 IU oksitosin intravena untuk induksi persalinan yang masing-masing kelompok terdiri atas 30 sampel. Hasil dari penelitian ini memberi gambaran bahwa induksi persalinan pada ketiga kelompok sampel (misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 IU) menunjukkan keberhasilan dalam persalinan Karakteristik sampel Ditemukan hasil pada. Tabel 1 memperlihatkan karakteristik umum sampel penelitian. Pada kelompok umur ibu terbanyak adalah 20-35 tahun untuk ketiga kelompok (90 sampel). Paritas ditemukan sama rata untuk kelompok sampel sublingual, pervaginam, oksitosin yaitu primipara (50,0% dan 53,3%). Pekerjaan ibu yang terbanyak adalah wiraswasta untuk kelompok sampel sublingual dan pervaginam (43,3% dan 36,7%) serta pekerjaan IRT yang terbanyak untuk kelompok sampel oksitosin (40,0%). Tingkat pendidikan ibu terbanyak untuk kelompok sampel misoprostol sublingual dan oksitosin adalah Sekolah Dasar (SD) (30,0%), dan pendidikan terbanyak untuk misoprostol pervaginam adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) (26,7%). Distribusi sampel penelitian Tabel 2 memperlihatkan distribusi sampel penelitian pada kelompok sampel misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 IU intravena. Bishop Skor tertinggi adalah >6 untuk misoprostol sublingual 25 mcg sebanyak 19 (63,3%), misoprostol pervaginam 25 mcg sebanyak 21(70,0) dan drips oksitosin sebanyak 20 (66,7%).

Distribusi Efek Samping setelah pemberian misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 Iu intravena Pada tabel 3 tampak keluhan mual, muntah, menggigil dan gawat janin untuk ketiga kelompok sampel. Beberapa keluhan mual, muntah dan gawat janin dan menggigil masingmasing banyak ditemukan pada kelompok sampel misoprostol pervaginam 25 mcg. Keluhan menggigil terbanyak ditemukan pada kelompok sampel misoprostol sublingual 25 mcg (26,7%). Dan kelompok sampel dengan keluhan tidak ada terbanyak adalah kelompok drips oksitosin 5 IU sebanyak 30 sampel (100%). Perbandingan Lama persalinan Pada tabel 4 didapatkan tidak ada perbedaan pada variabel Umur pasien (p=0,669), dan berat badan bayi (p=0,974) untuk keberhasilan induksi persalinan setelah pemberian misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg, dan drips oksitosin 5 IU intravena. Perbandingan Jenis persalinan Dari Tabel 5 didapatkan jenis persalinan terbanyak adalah pervaginam dengan persentase yang tidak jauh berbeda antara ketiga kelompok sampel, dengan perbedaan tidak bermakna nilai p=0,084 PEMBAHASAN Penelitian ini memperlihatkan gambaran bahwa induksi persalinan pada ketiga kelompok sampel (misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 IU) menunjukkan keberhasilan dalam persalinan. Lama persalinan dapat dicapai dalam 12 jam pada kelompok misoprostol sublingual dan pervaginam, masing-masing sebesar 96,7% dan 63,3% dengan rerata lama interval waktu dari awal induksi sampai pembukaan lengkap pada kelompok misoprostol sublingual dan pervaginam adalah 9,90±1,62 dan 12,63±3,44. Kelompok misoprostol sublingual menunjukkan waktu yang sedikit lebih cepat dibandingkan pervaginam, sedangkan kelompok oksitosin juga menunjukkan keberhasilan persalinan hanya interval waktu sedikit lebih lama dibandingkan kelompok misoprostol sublingual dan pervaginam yaitu dicapai > 12 jam dengan rerata 13,87±3,28 jam..( Maged R, dkk 2003) Menurut Feitosa,dkk (2005), misoprostol sublingual lebih cepat karena kadar plasma misoprostol dan daerah di bawah kurva secara signifikan lebih besar ketika dosis yang sama diberikan sublingual daripada vagina, rute sublingual lebih efektif dimana proporsi kelahiran pervaginam dalam waktu 12 jam sedikit lebih tinggi.

Secara farmakokinetik dijelaskan bahwa misoprostol terbukti cepat diabsorbsi. sangat mudah larut dan mengalami esterifikasi yang cepat menjadi asam lemak yang bertanggung jawab dalam aktifitas klinisnya. Waktu untuk mencapai kadar puncak induksi adalah 12±3 menit dengan paruh waktu 20-40 menit. Pada penelitian ini menunjukkan efektifitas misoprostol sublingual lebih cepat karena misoprostol sublingual mengalami penyerapan yang lebih cepat melalui sublingual dan terhindar dari metabolisme melalui hati sehingga konsentrasi maksimal dapat dicapai dalam waktu singkat. Sedangkan lama persalinan oleh kelompok kerja oksitosin jauh lebih lama sekitar >12 jam (56,7%) dengan rerata lama interval waktu induksi persalinan adalah 13,87±3,28, kemungkinan karena aktifitas oksitosin dapat dihilangkan oleh enzim oksitosinase melalui pemecahan ikatan peptida yang diduga sumber enzim oksitosinase adalah plasenta. Phaneuf et al (2005) menggambarkan perubahan reseptor oksitosin selama proses persalinan. Setelah 12 jam kerja konsentrasi mrna reseptor oksitosin miometrium adalah sekitar 50 kali lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi mrna reseptor oksitosin yang diperoleh untuk kurang dari 12 jam. Adachi et al (2008) melaporkan bahwa konsentrasi reseptor oksitosin pada sel miometrium tergantung pada konsentrasi oksitosin yang ditambahkan dan waktu setelah penambahan oksitosin. Studi ini memberikan latar belakang dengan pengalaman klinis. Dimana sering memulai infus oksitosin selama persalinan aktif untuk meningkatkan frekuensi dan intensitas kontraksi rahim. Hal ini mungkin karena perubahan konsentrasi reseptor oksitosin selama persalinan. Namun, setelah memulai induksi oksitosin kerja, durasi dan konsentrasi obat yang diberikan mungkin memiliki efek berlawanan pada proses persalinan dengan desensitising reseptor rahim untuk oksitosin eksogen dan endogen. Keberhasilan persalinan sangat dipengaruhi oleh nilai bishop. Pada penelitian ini, ketiga kelompok sampel dinilai bishopnya setelah dua kali pemeriksaan dalam. Rerata nilai bishop yang diakumulasi adalah nilai bishop pada pemeriksaan dalam kedua yaitu nilai >6, pada ketiga kelompok sampel menunjukkan masing-masing tidak jauh berbeda 63,3%, 70% dan 66,7%. Dari kepustakaan disebutkan bahwa proses pasti pada pematangan serviks sehingga menyebabkan terjadinya pendataran dan pembukaan serviks masih belum jelas. Ada berbagai elemen penting yang terlibat termasuk dekorin, asam hialuronat, hormon, sitokin, dan protease. Faktor-faktor ini tampaknya mengalami interaksi yang kompleks. Pada penelitian ini, penggunaan misoprostol tidak terlepas dari adanya efek samping yaitu demam atau menggigil 8 kasus (26,7%) untuk kelompok misoprostol sublingual,

keluhan gastrointestinal seperti mual 5 kasus (16,7%), muntah 2 kasus (6,7%), menggigil 1 kasus (6,7%) namun hal tersebut tidak memperlihatkan efek yang serius pada pasien, sehingga penggunaan misoprostol dapat menjadi suatu alternatif dalam metode induksi persalinan dan induksi dapat dilanjutkan. Keluhan mual, mual-muntah, dan menggigil sebenarnya berkurang setelah mendapatkan terapi. Penyebab mual-muntah kemungkinan karena peningkatan kontraktilitas traktus gastrointestinal setelah pemberian obat, namun dapat juga akibat dari reaksi hipersensitifitas tubuh terhadap obat. Penyebab demam atau menggigil kemungkinan karena terganggunya termoregulator suhu di hipotalamus. Demam merupakan efek dari prostaglandin E 1 yang termediasi secara sentral. Disamping itu prostaglandin memberikan efek uterotonik yang ditandai dengan ritme kontraksi uterus (Parson S et al., 2007) Dalam suatu literatur dikatakan bahwa efek samping misoprostol dapat berupa hiperpireksia dan peningkatan kontraktilitas traktus gastrointestinal (Jordan, S. dkk. 2003). Menurut Hariadi,dkk, (2008) indikasi seksio sesaria karena gawat janin mungkin karena efek misoprostol berupa takisistol atau sindrom hiperstimulasi karena kompresi tali pusat akibat jumlah air ketuban yang sangat sedikit. Pada penelitian ini terdapat masingmasing 1 kasus (3,3%) persalinan perabdominal (seksio sesaria) akibat gawat janin, sedangkan pada drips oksitosin terdapat 5 kasus (16,7%) persalinan pervaginam akibat Posisi oksiput posterior persisten dan Cephalopelvik Disproportion (CPD). Kejadian asfiksia bayi baru lahir pada penelitian ini untuk ketiga kelompok sampel misoprostol sublingual, misoprostol pervaginam dab drips oksitosin intravena, dinilai pada menit pertama kelahiran, tidak bernilai bermakna secara statistik yaitu rerata nilai APGAR 9,9±0,25 dengan nilai p=0,892. Menurut Hariadi,dkk (2008) pada penelitian sebelumnya, resiko terjadinya asfiksia pada menit pertama sebanyak 12%, hal ini bisa disebabkan karena perbedaan dalam cara penilaian skor APGAR. Berdasarkan hasil luaran berat badan bayi baru lahir terhadap pemberian misoprostol baik sublingual maupun pervaginam dengan dosis 25 mcg dan drips oksitosin 5 IU intravena menunjukkan nilai tidak bermakna secara statistik dengan rerata berat badan 3000 gram, nilai p=0,974. Hal ini berarti induksi persalinan pada ketiga kelompok sampel menunjukkan hasil luaran yang sama, bisa dipengaruhi oleh pengambilan sampel dimana taksiran berat janin dinilai besar dimasukkan dalam kriteria ekslusi, tidak diikutkan dalam penelitian. Melalui penelitian ini diharapkan misoprostol sublingual dapat sebagai metode alternatif yang cukup efektif, murah, mudah, dan mampu laksana sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian merujuk terutama dari daerah pelosok dengan fasilitas yang

kurang memadai. Juga diharapkan sebagai suatu metode alternatif untuk menurunkan angka kejadian seksio sesaria. KESIMPULAN DAN SARAN Keefektifan misoprostol sublingual 25 mcg tidak berbeda dibandingkan misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 IU intravena. Lama waktu induksi sampai pembukaan lengkap pada kelompok misoprostol sublingual 25 mcg lebih cepat dibandingkan misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 IU intravena. Kejadian seksio sesaria atau persalinan perabdominal lebih tinggi pada kelompok drips oksitosin 5 IU intravena dibandingkan kedua kelompok misoprostol sublingual 25 mcg dan misoprostol pervaginam 25 mcg. Kejadian efek samping berupa rangsangan mual, muntah, menggigil dan gawat janin lebih tinggi pada kelompok misoprostol pervaginam 25 mcg, sedangkan efek samping menggigil lebih tinggi pada pemberian misoprostol sublingual 25 mcg. Hasil luaran berupa asfiksia bayi baru lahir yang dinilai dengan skor APGAR pada menit pertama dan berat badan bayi tidak berbeda bermakna. Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian ini adalah: Pemberian misoprostol baik sublingual maupun pervaginam harus diikuti pengawasan yang ketat karena dapat menimbulkan efek samping terhadap ibu dan janin.

DAFTAR PUSTAKA Adachi, Oku, Arias, F. (2008). Pharmacology of oxytocin and prostaglandins. Clinical Obstet Gynecology. 43, p. 455-68. Anonim. (2006). Kedu dan Diy. Suara Merdeka. Jakarta. Elasari, T., Mirani, P., Ansyori, M.H., Syamsuri, K.A., Husin. (2007). Efektifitas dan efek samping misoprostol dosis 25 mg vaginal untuk induksi persalinan. Pertemuan Ilmiah Tahunan VIII Fetomaternal. Jogya. p. 189-202. Feitosa, Sulistia, G. (2005). Prostaglandin. Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 406-7. Goldberg, A.B., Greenberg, M.B., Darney, P.D. (2004). and Pregnancy. Review Article. The New England Journal of Medicine. Number 1. Volume 344. p. 38-47. Hariadi, Soewarto, S. (2008). Ketuban Pecah Dini. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. p. 677-81. Jordan, S., Hartono, A. (2003). Prostaglandin. Obat yang meningkatkan kontraktilitas uterus/oksitosik. Farmakologi Kebidanan. Jakarta. EGC. p. 142-55. Knoch, J., Susanto, H., Sukarya, S.W., Prawira, B.H. (2007). Perbandingan efektifitas Prostaglandin E2 dan Oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan aterm dengan ketuban pecah sebelum waktunya. Meternal-Fetal Medicine Devision Departement of Obstetrics and Ginekology. UNPAD. Maged R, Handaya, Edwin A. (2003). Peranan misoprostol dalam penanganan perdarahan postpartum. Dalam kumpulan makalah bebas. KOGI XII 2003. Yogyakarta. Subagian Fetomaternal SMF Obsgin FK-UI. Jakarta Parson S, Frohn, W.E., Simmons, S, Carlan, S.J (2007). Prostaglandin E2 gel versus misoprostol for servical ripening in patients with premature Rupture of Membranes after 34 weeks. American Journal of Obstetric and Gynecology. Vol 99. no 2. p. 206-10. Phaneuf, Bricker, L., Luckas, M. (2004). Amniotomy alone for induction of labour. Cochrane Database Syst Rev. 2. CD002862. Abstract. Shetty, A., Daniellian, P., Templeton, A. (2007). sublingual untuk induksi persalinan aterm. Am J Obstet gynecol. 186(1). p. 72-6. Wing S., Norwitz, E., Robinson, J., Repke, J. (2007). Labor and delivery. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, eds. Obstetrics: normal and problem pregnancies. 4th ed. New York. Churchill Livingstone. p. 353-94. Yuane, Ludmir, J., Sehdev, H.M. (2010). Anatomy and physiology of the uterine cervix. Clin Obstet Gynecol. 43. p. 433-9.

Tabel 1. Karakteristik umum sampel penelitian Karakteristik Umur ibu (thn) Sublingual Pervaginam Oksitosin Drips intravena N % N % N % < 20 4 13,3 2 6,7 3 10,0 20-35 24 80,0 28 93,3 27 90,0 > 35 2 6,7 0 0 0 0 Paritas Primipara 15 50,0 16 53,3 15 50,0 Multipara 15 50,0 14 46,7 15 50,0 Pekerjaan IRT 10 33,3 8 26,7 12 40,0 Wiraswasta 13 43,3 11 36,7 11 36,7 PNS 3 10,0 4 13,3 3 10,0 Tani 4 13,3 7 23,3 4 13,3 Pendidikan Tidak sekolah 5 16,7 7 23,3 5 16,7 SD 9 30,0 5 16,7 9 30,0 SMP 8 26,7 6 20,0 5 16,7 SMA 5 16,7 8 26,7 8 26,7 PT 3 10,0 4 13,3 3 10,0

Tabel 2. Distribusi sampel penelitian Karakteristik sublingual Pervaginam Dips oksitosin intravena Bishop Skor N % N % N % 6 11 36,7 9 30,0 10 33,3 >6 19 63,3 21 70,0 20 66,7 Lama Persalinan (jam) 12 29 96,7 19 63,3 13 43,3 >12 1 3,3 11 36,7 17 56,7 Jenis Persalinan Pervaginam 29 96,7 29 96,7 25 83,3 Perabdominam 1 3,3 1 3,3 5 16,7 Hasil luaran Apgar Skor (AS) 8/10 28 93,3 28 93,3 27 90,0 7/9 1 3,3 0 0 3 10,0 6/8 1 3,3 2 6,7 0 0 Berat Badan (BB) (gram) 2500-3500 27 90,0 29 96,7 26 86,7 >3500 3 10,0 1 3,3 4 13,3 Tabel 3. Distribusi Efek Samping setelah pemberian misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 Iu intravena Keluhan sublingual pervaginam Drips Oksitosin intravena N % N % N % Mual 0 0 5 16,7 0 0 Muntah 0 0 2 6,7 0 0. Menggigil 8 26,7 2 6,7 0 0 Gawat Janin 1 3,3 1 3,3 0 0. Tidak ada 21 70, 20 66,7 30 100,0 Uji Pearson Chi-Square (Uji X 2 ) Nilai p 0,000

Tabel 4. Perbandingan Lama persalinan Variabel sublingual pervaginam Drips Oksitosin intravena Nilai p Umur ibu 28,10±4,96 28,40±4,08 27,40±4,18 0,669 (tahun) Umur 39,93±0,90 40,76±0,67 39,9±0,90 0,000 kehamilan (minggu) Berat 3010,00±336,15 3006,67±295,87 3025,00±362,40 0,974 Badan bayi Lama 9,90±1,62 12,63±3,44 13,87±3,28 0,000 Persalinan * Uji t ** Uji Pearson Chi-Square (Uji X 2 ) Tabel 5. Perbandingan Jenis persalinan Variabel sublingual pervaginam Drips Oksitosin intravena Nilai p Perabdominam 1 (3,3%) 1 (3,3%) 5 (16,7%) 0,084 Pervaginam 29 (96,7%) 29 (96,7%) 25 (83,3%) ** Uji Pearson Chi-Square (Uji X 2 )