BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

hiperkolesterolemia, asam urat, dan lain-lain. Pada tahun 2003 WHO (World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

I. PENDAHULUAN. terlokalisasi pada bagian-bagian tubuh tertentu (Sudoyo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi berlebihnya lemak dalam tubuh yang sering

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat (Depkes RI 2008). World Health Organization (WHO) menyebutkan obesitas akan menimbulkan konsekuensi kesehatan yang serius dan merupakan resiko mayor untuk mengalami penyakit kronik seperti Penyakit Kardiovaskular, Diabetes Mellitus, gangguan Muskuloskeletal dan Kanker dengan kata lain obesitas bertanggungjawab dalam meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Obesitas saat ini disebut sebagai the New World Syndrome atau sindrom dunia baru, angka kejadiannya terus meningkat dimana-mana termasuk di Indonesia. Jika gizi kurang sering dihubungkan dengan penyakit infeksi maka obesitas dianggap sebagai sinyal pertama munculnya penyakit non infeksi yang telah menimbulkan beban ekonomi dan kesehatan masyarakat yang besar (Hadi, 2005). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 juga menunjukkan adanya peningkatan kasus penyakit tidak menular secara cukup bermakna, menjadikan Indonesia mempunyai beban ganda yaitu penyakit infeksi dan penyakit degeneratif. Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktifitas fisik, dan meningkatnya pencemaran lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak

menular yaitu obesitas. Dampak buruk obesitas terhadap kesehatan sangat berhubungan erat dengan penyakit serius, dengan meningkatnya kasus obesitas pada masyarakat Indonesia sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyakit seperti; Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker, Diabetes Mellitus (DM) dan Hipertensi. Menurut Seidell, dikatakan obesitas jika Indeks Massa Tubuh (IMT) 30 kg/m 2 dan atau lebih, sedangkan menurut Wiramihardja (2004) obesitas atau kegemukan bila lemak di dalam tubuh berakumulasi lebih dari 20 % di atas jumlah normal. Kejadian obesitas dipengaruhi oleh interaksi genetik, lingkungan dan faktor prilaku. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai keadaan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan dijaringan adiposa sampai kadar tertentu, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Untuk mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit, sehingga pengukur pengganti seperti body mass index (BMI) digunakan untuk menentukan berat badan obesitas pada orang dewasa (Soegondo 2002). Kemajuan teknologi telah mempengaruhi keadaan sosial ekonomi masyarakat dan menyebabkan perubahan pada gaya hidup menjadi gaya hidup sedentary serta perubahan pada pola konsumsi pangan. Perubahan gaya hidup ini mengarah kepada peningkatan prevalensi obesitas. Berbagai laporan terkini bahwa prevalensi obesitas di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang telah meningkat dalam jumlah yang mengkhawatirkan. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa antara tahun 1980 dan 2008 prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat hampir dua kali lipat. Pada tahun 1980, sebesar 5% dari laki-laki dan 8% dari perempuan di seluruh dunia mengalami obesitas sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 10% dan 14%. Pada saat ini diperkirakan sekitar 500 juta orang (12%) dari populasi seluruh dunia) mengalami obesitas (WHO 2012).

Peningkatan prevalensi obesitas yang dramatis merupakan masalah serius karena obesitas berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas serta penurunan angka harapan hidup. Kajian dari 500.000 orang Amerika yang berumur antara 50 sampai 71 tahun selama 10 tahun terdapat peningkatan mortalitas antara 20 sampai 40% pada laki-laki dan perempuan pada yang obesitas 40 sampai 60% (Wilson et al. 2002). Obesitas merupakan masalah yang sangat diperhatikan karena berkaitan dengan peningkatan jumlah lemak dalam tubuh. Tingginya penderita obesitas pada usia > 25 tahun termasuk lanjut usia, dikarenakan oleh seiring bertambahnya usia timbul beberapa perubahan pada tubuh, metabolisme tubuh menurun (syndrome metabolik), dan bertambahnya lemak dalam tubuh. Konsekuensinya dapat meningkatkan risiko kematian dan kesakitan akibat dari penyakit degeneratif, serta menurunkan usia harapan hidup. Prevalensi obesitas di Amerika Serikat tahun 2009 dan 2010 menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) adalah 35.5% pada laki-laki dan 35.8% pada perempuan (Ogden et al. 2012). Di Singapura, menurut National Health Survey (NHS) (2010) prevalensi obesitas adalah sebesar 10.8%. Menurut WHO (2003) Obesitas telah mencapai proporsi epidemik global lebih dari 1 Milyar orang dewasa mengalami kelebihan berat badan, dimana 300 juta diantaranya mengalami obesitas. Hal ini merupakan penyumbang terbesar terhadap beban global penyakit kronik. Epidemi obesitas tidak hanya terjadi dinegara maju tetapi juga terjadi peningkatan angka penderita obesitas lebih cepat di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan prevalensi obesitas sebanyak 18,8 (SLI, 2009). Riskesdas 2007 melaporkan bahwa tiga prevalensi obesitas tertinggi, yaitu Sulawesi Utara, Gorontalo, dan DKI Jakarta berturut-turut 31.5%, 27%, dan 27.9%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) ditemukan bahwa prevalensi obesitas yaitu sebanyak 11,2% wanita dan 9,6% pria

menderita obesitas. Kelompok dengan karakterisitik obesitas sentral tertinggi di Indonesia berada dalam rentan umur 45 54 tahun sebanyak 27,4% (Riskesdas, 2007). Menurut jenis pekerjaan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) menempati urutan pertama karakterisitik penderita obesitas dengan prevalensi tertinggi sebesar 27,3%, ABRI 26,4% dan wiraswasta sebesar 26,5% (Istiqamah,2013). Di Indonesia menurut hasil Riskesdas 2010, prevalensi obesitas adalah 11.7% sedangkan di Propinsi Sumatera Barat prevalensi obesitas lebih tinggi dibandingkan angka nasional yaitu sebesar 12.5% (Depkes 2011). Tingginya angka kematian dan kesakitan yang disebabkan oleh penyakit tidak menular ini maka di Kota Padang Panjang perlu disosialisasikan bagi masyarakat karena gaya hidup yang salah seperti diet tinggi lemak, kurang aktifitas dan merokok merupakan faktor resiko terhadap penyakit yang tidak menular. Berdasarkan data Kota Padang Panjang ditemukan kategori gemuk pada orang dewasa 18 tahun ke atas sebanyak 37%, yang merupakan prevalensi tertinggi dibandingkan dengan kabupaten / kota lainnya di Sumatera Barat. Sedangkan menurut jenis kelamin ditemukan kategori gemuk sebanyak 22,2 % pada laki-laki. Data obesitas yang didapatkan dari masingmasing puskesmas dari diketahui Puskesmas Plus Bukit Surungan memiliki kejadian obesitas tertinggi yaitu 38% diikuti oleh Puskesmas Koto Katik 31%, Puskesmas Kebun Sikolos 26%, Puskesmas Gunung 4,3%. (DKK Padang Panjang, 2013). Kemajuan ilmu pengobatan telah membuat penyakit menular tidak lagi menjadi ancaman utama kematian, namun gaya hidup yang tidak sehat telah membuat Penyakit Tidak Menular (PTM) jadi penyebab terbanyak kematian. Dari Riskesdas tahun 2007, diketahui 60% kematian itu bukan karena penyakit menular, tapi karena PTM seperti stroke dan kanker. Dan itu semua terkait pola makan dan aktivitas fisik. PTM banyak diderita masyarakat karena kurangnya pengetahuan maupun kesadaran untuk menerapkan gaya hidup sehat maupun mengonsumsi makanan yang bergizi tepat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Monica (2009), faktor utama penyebab obesitas adalah kelebihan kalori yang diterima dalam tubuh. Di dalam tubuh kelebihan kalori akan disimpan dalam bentuk lemak. Bila suatu waktu diperlukan, cadangan lemak ini akan dipakai. Namun, kelebihan kalori yang terjadi terus menerus menyebabkan produksi lemak menumpuk terus sehingga tubuh menjadi obesitas. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi terjadinya obesitas adalah karakteristik responden yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Data Riskesdas (2010) diketahui bahwa lebih dari seperempat (26,34%) penduduk berusia 25-65 tahun menderita gizi lebih dan obesitas. Berdasarkan observasi penulis di lapangan tingginya kejadian obesitas di Kota Padang Panjang disebabkan karena masyarakat yang kurang aktif dalam melakukan aktifitas fisik seperti jalan kaki, olah raga dikarenakan daerah beriklim dingin. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa aktifitas fisik dapat mengurangi total lemak dan berat badan. Peningkatan aktifitas fisik waktu bekerja ternyata berhubungan dengan berkurangnya berat badan. Hereditas (keturunan) menjadi salah satu faktor penyebab kegemukan. Peluang seorang anak mengalami kegemukan adalah 10% meskipun bobot badan orang tua termasuk dalam kategori normal. Bila salah satu orang tua mengalami obesitas peluangnya menjadi 40%, dan kalau kedua orang tua obesitas peluang si anak meningkat sebesar 80% (Supariasa, 2002). Disamping itu orang yang sebelumnya tidak gemuk dapat mulai menjadi gemuk saat berumur setengah baya. Keadaan ini disebabkan setiap 10 tahun sesudah umur 25 tahun, metabolisme sel-sel tubuh berkurang sebanyak 4%, dengan kata lain kebutuhan energi per hari menurun, maka total energi yang digunakan juga berkurang, bila konsumsi makanan relatif tetap, maka kelebihan energi disimpan berupa lemak. Oleh karena itu pada orang yang sudah mencapai umur 30 40 tahun harus sudah membatasi porsi makannya serta tetap melakukan aktivitas fisik olah raga dengan intensitas sedang, misalnya jalan cepat atau jogging agar berat badan tetap terjaga (Sarpini,2004).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Asmayuni (2007), ditemukan lebih dari setengah perempuan dewasa usia 25-50 tahun di kota Padang Panjang mengalami berat badan berlebih yakni 53,1 %. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas Plus Bukit Surungan diketahui bahwa 6 orang dari 15 responden yaitu 40% diketahui mengalami berat badan berlebih. Berdasarkan program yang ada dalam pencegahan dan penanggulangan obesitas di Kota Padang Panjang yang telah dijalankan yaitu terintegrasi dalam program penyakit tidak menular. Salah satu program yang digalakkan oleh Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan pertama adalah Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Penyakit Tidak Menular. Program yang dikembangkan dalam pencegahan penanggulangan obesitas di puskesmas Kota Padang Panjang adalah diadakannya senam rutin setiap sabtu kepada warga di masing-masing wilayah kerja di puskesmas Kota Padang Panjang untuk meningkatkan aktifitas fisik, selain daripada itu bagian gizi di puskesmas juga mengembangkan program diet terpantau oleh ahli gizi sehingga dapat menurunkan berat badan penderita agar Indek Massa Tubuh tetap berada pada rentangan 18,5-24,9 kg/m 2. Berdasarkan data awal yang diperoleh penulis dari permasalahan diatas tertarik untuk melakukan penelitian analisis faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada orang dewasa serta pencegahan dan penanggulangannya di wilayah kerja Puskesmas Bukit Surungan Kota Padang Panjang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada orang dewasa serta upaya pencegahan dan penanggulangannya di wilayah kerja Puskesmas Plus Bukit Surungan Kota Padang Panjang.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Diketahuinya faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada orang dewasa serta didapatkannya gambaran mengenai upaya pencegahan dan penanggulangannya di wilayah kerja 1.3.2. Tujuan Khusus Kuantitatif 1.3.2.1 Diketahui distribusi frekuensi kejadian obesitas di wilayah kerja Puskesmas Plus Bukit Surungan Kota Padang Panjang. 1.3.2.2 Diketahui rerata umur di wilayah kerja Puskesmas Plus Bukit Surungan Kota Padang Panjang. 1.3.2.3 Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan di wilayah kerja Puskesmas Plus Bukit Surungan Kota Padang Panjang. 1.3.2.4 Diketahui distribusi frekuensi status pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Plus Bukit Surungan Kota Padang Panjang. 1.3.2.5 Diketahui distribusi frekuensi aktifitas fisik di wilayah kerja Puskesmas Plus Bukit Surungan Kota Padang Panjang. 1.3.2.6 Diketahuinya rerata asupan energi total penduduk usia dewasa di wilayah kerja 1.3.2.7 Diketahuinya rerata asupan lemak total penduduk usia dewasa di wilayah kerja 1.3.2.8 Diketahuinya rerata asupan karbohidrat total penduduk usia dewasa di wilayah kerja 1.3.2.9 Diketahuinya perbedaan rerata umur dengan kejadian obesitas di wilayah kerja

1.3.2.10 Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian obesitas di wilayah kerja 1.3.2.11 Diketahuinya hubungan antara status pekerjaan dengan kejadian obesitas di wilayah kerja 1.3.2.12 Diketahuinya hubungan antara tingkat aktifitas fisik dengan kejadian obesitas di wilayah kerja 1.3.2.13 Diketahuinya perbedaan rerata asupan energi total dengan kejadian obesitas di wilayah kerja Puskesmas Bukit Surungan Kota Padang Panjang. 1.3.2.14 Diketahuinya perbedaan rerata asupan lemak total dengan kejadian obesitas di wilayah kerja 1.3.2.15 Diketahuinya perbedaan rerata asupan karbohidrat total dengan kejadian obesitas di wilayah kerja 1.3.2.16 Diketahuinya faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian obesitas di wilayah kerja Puskesmas Bukit Surungan Kota Padang Panjang. 1.3.2 Tujuan Khusus Kualitatif Diketahuinya informasi mendalam tentang upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan dan penanggulangan masalah obesitas pada orang dewasa di wilayah kerja 1.4 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai Masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang umumnya dan Puskesmas Plus Bukit Surungan, untuk kepentingan kebijakan intervensi dalam penanggulangan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas serta pencegahan dan

penanggulangannya di wilayah kerja Puskesmas Plus Bukit Surungan Kota Padang Panjang. 2. Dapat digunakan sebagai bahan referensi, untuk pengembangan penelitian selanjutnya tentang faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas serta pencegahan dan penanggulangannya di wilayah kerja Puskesmas Plus Bukit Surungan Kota Padang Panjang.