melakukan ijab dan qabul dengan jelas secara lisan berdasarkan jual beli grosir,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PRAKTIK KHIYA>R PADA JUAL BELI KAIN GELONDONGAN DI PERTOKOAN JALAN KAPASAN SURABAYA. A. Gambaran Umum Pertokoan Jalan Kapasan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan unsur-unsur dalam transaksi jual beli. Itu artinya bahwa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

Khiya>r merupakan salah satu akad yang berkaitan erat dengan jual

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Praktik Jual Beli Produk atau Barang Replika di Darmo Trade

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

dengan menggunakan garansi pada barang yang akan dijual. Garansi ada beberapa macam di antaranya yaitu garansi replacement (yaitu

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS FIKIH MAZHAB SYAFII TERHADAP PRAKTIK JIAL BELI HARGA SEPIHAK

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB III JUAL BELI SAPI SECARA KHIY<AR DI PASAR PEGIRIAN SURABAYA. 1. Sejarah Pasar Pegirian Surabaya.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI POWER BANK DI COUNTER VANDHIKA CELL KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV PRAKTIK JUAL BELI INTAN DENGAN PERANTARA DI PASAR INTAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

DEVELOPER PT. SAMI KARYA DI PERUMAHAN GRAHA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV. Surat Keputusan Pemkot Surabaya tentang Ijin Pemakaian Tanah (IPT/ berwarna ijo/surat ijo) dengan cara sewa tanah negara yang dikuasai Pemkot

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

dalam ibadah maupun muamalah. Namun nas-nas syarak tidak secara rinci memberikan solusi terhadap berbagai macam problematika kehidupan manusia.

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD SIMPANAN QURBAN MENJADI PEMBIAYAAN QURBAN DI KJKS DAARUL QUR AN WISATAHATI SURABAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS DATA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 597/KMK.04/2001 TANGGAL 23 NOVEMBER 2001 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan masyarakat yaitu apa yang disebut dengan muamalah. Keperluan hidup

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN FIQH MUAMALAH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BAWANG MERAH KELILING DI KECAMATAN BABADAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENJUALAN HASIL PANEN TANAMAN HORTIKULTURA DI DESA SIMAN KECAMATAN KEPUNG KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sepeda motor yang di jual di beberapa showroom, baik secara tunai

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. antar sesama manusia yang memiliki tujuan untuk menjaga hak-hak manusia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

2001 Fanny Kurniawan, S.H. PERJANJIAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

2001 Fanny Kurniawan, S.H. PERJANJIAN JUAL BELI

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan mu'amalah yang paling banyak dilakukan orang adalah kegiatan

BAB V PENUTUP. yang dipesan melalui PT. Agung Automall dan telah dilakukan pembayaran

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang disebut hablum minallah dan yang kedua bersifat horizontal,

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

PENGGABUNGAN AKAD AL-ISTISHNA DENGAN AL-WAKALAH BERPOTENSI MENIMBULKAN RIBA TERSELUBUNG. Oleh Drs. Herman Supriyadi

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI JANGKRIK DENGAN SISTEM PERKIRAAN DI DESA KACANGAN KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

branding mobil dengan pesanan al-salam yang terjadi di Wana Advertindo Sticker

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK KHIYA>R DALAM JUAL BELI KAIN GELONDONGAN DI PERTOKOAN JALAN KAPASAN SURABAYA A. Analisis Praktik khiya>r dalam Jual Beli Kain Gelondongan di Pertokoan Jalan Kapasan Surabaya Pelaksanaan khiya>r pada transaksi kain gelondongan di pertokoan jalan Kapasan Surabaya dalam ijab dan qabulnya, penjual maupun pembeli melakukan ijab dan qabul dengan jelas secara lisan berdasarkan jual beli grosir, pembeli tidak meminta secara langsung kepada penjual untuk me-retur kain jika terdapat cacat, tapi pembeli telah bertoleransi terhadap adanya cacat ringan yang biasanya di terima di tiap pembelian. Dimulai dari pembeli memilih kain dengan menyebutkan jenis, warna, dan berat kain. Kemudian penjual mengambilkan kain tersebut dan keduanya bersepakat jual beli. Transaksi kain gelondongan di pertokoan jalan Kapasan Surabaya menggunakan 2 (dua) model yakni sistem grosir (jual beli dengan jumlah besar) dan eceran. Pertama, dalam sistem grosir, objek jual beli yang berupa kain gelondongan tersebut kemungkinan terdapat cacat di dalamnya. Adapun cacat kain pada umumnya adalah cacat ringan atau kerusakan pada kain yang berbentuk lubang, serat rusak, dan kotor permanen yang beratnya kurang dari 2 kg (dua kilogram). Hal ini dikarenakan dalam pembelian kain secara grosir yang 65

66 berbentuk rol-rolan penjual maupun pembeli tidak bisa mengetahui kapasitas cacat pada kain yang akan diperjualbelikan. Karena kain berbentuk gulungan yang terbungkus plastik sebagai segel, sangat tidak mungkin jika segel kain dibuka kemudian digelar di toko untuk diketahui kapasitas cacat kain. Karena jika dilakukan maka hal ini membutuhkan waktu yang lama dan menghambat proses jual beli. Kedua, yakni sistem eceran, sistem jual beli kain secara eceran merupakan model jual beli yang bersifat alternatif yang diberikan penjual kepada pembeli kain dalam jumlah kecil. Dalam sistem eceran ini penjual maupun pembeli berhak untuk mengetahui kapasitas cacat pada kain, dengan membuka segel dan menggelar kain di toko. Sehingga dengan sistim eceran ini pembeli mendapat kain yang normal atau bebas dari cacat kain. Objek transaksi dalam penelitian ini adalah kain gelondongan, yang berbentuk gulungan terbungkus plastik sebagai segel dan tertera tulisan berat kain berdasarkan kilogram. Sehingga penjual dan pembeli hanya mengatahui kondisi kain dengan 3 (tiga) hal yakni jenis, warna, dan berat. Kain gelondongan dalam 1 (satu) rol mempunyai berat 25 kg (dua puluh lima kilogram) sampai dengan 33 kg (tiga puluh tiga kilogram), yang di dalamnya kemungkinan terdapat cacat. Adapun cacat pada kain tersebut pada umumnya kurang dari 2 kg (dua kilogram) dan jika lebih dari itu maka merupakan cacat berat. Dalam jual beli kain gelondongan di kapasan Surabaya penjual maupun pembeli telah bertoleransi terhadap adanya cacat ringan yang umum terjadi di

67 tiap pembelian. Realita ini dialami oleh pembeli kain gelondongan di toko Bandung Jaya yakni Marwan, dalam pembelian kain seberat 100 kg (seratus kilogam) yang berjumlah 3 (tiga) rol, Marwan mendapat cacat kain yang beratnya kurang dari 1 kg (satu kilogram) dari masing-masing rol. Namun Marwan tetap meneruskan jual belinya dengan tidak mendatangi ke toko penjual untuk minta retur. Hal ini dikarenakan para penjual dan pembeli kain termasuk Marwan telah mengerti bahwa ini merupakan jual beli secara grosir yang mana di dalam kain ada kemungkinan terdapat cacat. Oleh karena itu pertokoan di jalan Kapasan Surabaya tidak ada peraturan atau perjanjian tertulis terhadap akad transaksi kain gelondongan Praktik khiya>r dalam jual beli kain gelondongan yang di dalamnya kemungkinan terdapat cacat, dalam hal ini apabila pembeli mendapat cacat berat pada kain maka pembeli berhak untuk khiya>r. Dalam hukum Islam khiya>r khiya> syarat ditetapkannya khiya>r harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Adanya cacat pada waktu jual beli atau setelahnya sebelum terjadinya penyerahan. Jika terjadi setelah itu, maka tidak ada khiya>r. 2. Cacat tersebut harus ada pada barang yang perjualbelikan dan barang tersebut masih berada di tangan penjual.

68 3. Ketidaktahuan pembeli terhadap adanya cacat pada barang ketika akad dan serah terima. Jika pembeli mengetahuinya ketika akad atau serah terima barang, maka tidak ada khiya>r baginya, karena berarti dia rela dengan cacat tersebut secara tidak langsung. 4. Cacatnya tidak sedikit, sehingga bisa dihilangkan dengan mudah, seperti najis dalam baju yang bisa dicuci. 5. Cacat pada barang yang diperjualbelikan tidak hilang sebelum adanya fasakh. 6. Cacat tersebut tidak mungkin dihilangkan kecuali dengan susah payah. Apabila cacat bisa dihilangkan dengan mudah maka barang tidak perlu dikembalikan. Pada poin nomor 3 (tiga), dalam realita kasusnya pembeli telah mengetahui dan bertoleransi terhadap adanya cacat pada kain. Akan tetapi dalam hal cacat kain, yang di toleransi pembeli adalah pada saat mendapat cacat kain yang ringan, karena pembeli di tiap pembelian sering mendapat cacat ringan. Namun pada kasus ini pembeli mendapat cacat berat pada kain atau cacat yang tidak pernah ditemuinya saat pembelian kain sebelumnya. B. Analisis Hukum Islam terhadap Eksistensi Hak Khiyar Pembeli dalam Jual Beli Kain Gelondongan di Pertokoan Jalan Kapasan Surabaya Transaksi kain gelondongan di pertokoan jalan kapasan Surabaya menggunakan sistim grosir, yaitu jual beli kain dengan jumlah besar. Dalam

69 sistem grosir ada kemungkinan terdapat cacat pada kain. Kapasitas cacat pada kain tersebut tidak bisa diketahui oleh penjual dan pembeli karena kondisi kain yang diperjualbelikan terbungkus plastik/ bersegel. Sehingga penjual dan pembeli mentransaksikan kain dengan kondisi yang diketahuinya berdasarkan jenis, warna, dan berat. Kain gelondongan dalam satu rol mempunyai berat 25 kg (dua puluh lima kilogram) sampai dengan 33 kg (tiga puluh tiga kilogram). Adapun cacat pada kain pada umumnya yakni kurang dari 2 kg (dua kilogram) atau cacat ringan. Apabila lebih dari 2 kg (dua kilogram) maka dianggap cacat berat. Dalam realita yang terjadi, di tiap pembelian kain gelondongan pada umumnya pembeli mendapat cacat kain yang ringan, maka pembeli meneruskan jual belinya dengan tidak meretur kain cacat tersebut kepada penjual. Dan apabila pembeli mendapat cacat kain yang berat, maka hak pembeli untuk retur cacat kain bergantung pada kesepakatan antara penjual dan pembeli. Terkait kesepakatan penjual dalam menerima retur cacat berat pada kain dari pembeli, dalam hal ini ada 2 (dua) sisi yang dipertimbangkan oleh penjual untuk menerima retur. Pertama, apabila pembeli kain tersebut masih baru artinya belum menjadi pelanggan tetap selama 1 (satu) tahun atau lamanya telah disepakati oleh penjual. Maka penjual tidak menerima retur cacat berat kepada penjual. Kedua, apabila pembeli kain tersebut telah berlangganan kurang lebih 1 (satu) tahun, maka retur cacat berat pada kain diterima oleh penjual.

70 Namun tidak semua penjual bisa menerima retur cacat berat pada kain, karena hal ini dilakukan oleh penjual untuk merawat konsumen yang telah menjadi pelanggannya. Dalam hal ini merupakan asas tolong-menolong yang penjual berikan kepada pembeli. Dan kedua hal di atas tidak diberitahukan oleh penjual kepada pembeli karena keduanya fokus melakukan transaksi berdasarkan sistem grosir. Adapun realita kasus pertama pada transaksi kain gelondongan yang di dalamnya terdapat cacat berat yakni di toko Sinar Mas. Seorang pembeli yang masih baru bernama Sujatno membeli kain teteron cotton KH dengan berat 300 kg (tiga ratus kilogram) yang berjumlah 10 (sepuluh) rol dengan harga Rp. 14.100.000,00 (empat belas juta seratus ribu rupiah). Kemudian kain digelar di tempat pembeli, setelah empat rol kain digelar kemudian pembeli menemukan cacat kain dengan berat 13 kg (tiga belas kilogram). 4 (empat) rol kain tersebut mempunyai berat kurang lebih 120 kg (seratus dua puluh kilogram). Karena cacat kain dianggap tidak seperti biasanya dan masuk dalam kriteria cacat berat, maka Sujatno datang ke toko Sinar Mas untuk minta retur. Namun penjual menolak retur kain dengan alasan penjual akan rugi bila menerima retur kain cacat, karena pabrik rajut/ pembuatan kain tidak menerima retur kain cacat dari agen. Kasus kedua di toko Evershine, seorang pembeli bernama Jumiran membeli kain teteron cotton KH seberat 200 kg (dua ratus kilogram) yang

71 berjumlah 7 (tujuh) rol dengan harga Rp. 9.400.000,00 (Sembilan juta empat ratus rupiah). Setelah 2 (dua) rol kain digelar, Jumiran menemukan cacat kain seberat 9 kg (sembilan kilogram), yang mana 2 (dua) rol kain tersebut seberat 60 kg (enam puluh kilogram). kemudian Jumiran minta retur ke penjual, namun penjual menolak retur cacat kain tersebut dengan alasan bahwa penjual hanya menjual kain apa adanya yang ada di tiap-tiap rol, sehingga penjual tidak mau tahu tentang cacat kain yang ada di dalamnya. Ada beberapa poin untuk menganalisis kasus di atas diantaranya sebagai berikut: Dalam penentuan khiya>r, penjual dan pembeli dalam kasus tersebut telah menentukan khiya>r dan model jual beli yang mereka sepakati. Adapun khiya>r dan model jual beli yang mereka tentukan dalam jual beli kain gelondongan adalah merujuk pada adat kebiasaan jual beli grosir di pertokoan jalan Kapasan Surabaya. Adapun penentuan khiya>r tersebut tidak disebutkan dalam bentuk lisan, namun keduanya sudah paham bahwa jual beli yang mereka lakukan merupakan model jual beli yang merujuk pada adat kebiasaan jual beli grosir di sana. Dalam penentuan khiya>r oleh penjual dan pembeli, hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah:

72 Artinya: masing-masing mempunyai hak khiya>r (boleh memilih antara melangsungkan jual beli atau membatalkannya) selagi keduanya belum berpisah dan keduanya berkumpul. Atau mereka menentukan khiya>r atas yang lain salah seorang dari keduanya, lalu dia menetapkan jual beli dengan perjanjian itu, maka jadilah jual beli itu dengan cara perjanjian tersebut. Jika sesudah berjual beli mereka berpisah, dan salah seorang diantara mereka tidak meninggalkan barang yang Model transaksi kain gelondongan di atas telah menjadi adat kebiasaan di pertokoan jalan kapasan Surabaya, hal ini sesuai dengan kaidah yang artinya adat kebiasaan dapat dijadikan hukum. Sehingga bentuk jual beli yang dilakukan oleh penjual maupun pembeli mempunyai payung hukum yakni adat kebiasaan jual beli kain. Dalam hal hak khiya>r pembeli, Islam memberikan hak khiya>r terhadap adanya cacat berat pada barang (khiya> ) yang dibeli oleh pembeli meskipun tidak disyaratkan. Artinya tidak ada pengkhususan bagi pembeli untuk menerima hak khiya>r terhadap cacat barang, dengan ketentuan bahwa cacat pada barang tersebut bukan karena ulah dari pembeli. Karena pada saat 1 Al-Bukha>ri, S}ah}i>h} Al-Buha>ri Juz II, (Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2009), 21.

73 transaksi jual beli, kain gelondongan telah tersegel dengan plastik sehingga penjual dan pembeli tidak bisa melihat kadar cacat pada kain. Di samping itu dalam jual beli grosir tidak cukup waktu dan tenaga untuk membuka dan menggelar kain di toko. Dilihat dari sisi konsumen, pembeli mengalami kerugian karena mendapat cacat kain berat (cacat yang tidak umum terjadi/ di luar adat kebiasaan). Karena sebagai wirausaha konveksi, adanya cacat berat membuat kalkulasi jauh dari target pembeli dalam jumlah pembuatan kaos. Oleh karena itu pembeli datang ke toko penjual untuk meretur cacat berat pada kain, akan retur tidak terrealisasi. Kasus ini merupakan kasus transaksi kain gelondongan yang di luar dari adat kebiasaan pada umumnya. Karena pada umumnya di setiap pembelian kain gelondongan dalam 1 (satu) rol kain pembeli mendapat cacat kain ringan. Namun pada kasus ini pembeli mendapat cacat kain yang berat dalam pembelian. Dalam kasus di atas secara fikih formal yakni sah karena tidak menggugurkan keabsahan jual beli. Ada atau tidak adanya khiya>r dalam jual beli tidak menghapus keabsahan jual beli. Adanya khiya>r disebabkan oleh akad jual beli yang sah. Tujuan diadakan khiya>r adalah untuk kemaslahatan kedua belah pihak dalam bidang jual beli. Sehingga tidak ada penyesalan diantara keduanya dikemudian hari.

74 Namun melihat keadaan pembeli yang mengalami kerugian dalam transaksi grosir. Akankah hukum Islam khususnya dalam hal jual beli berhenti sampai disini? Dan membiarkan pembeli mengalami kerugian. Apakah tidak ada solusi yang solutif terhadap kasus di atas?. Mengingat hukum Islam merupakan hukum yang fleksibel, elastis, dan adil. Maka secara fikih moral jual beli tersebut menjadi tercela. Karena salah satu dari keduanya mengalami kerugian yang besar. Sedangkan Islam mengajarkan untuk berdagang dan berniaga dengan cara yang baik, supaya hasil yang diperoleh darinya tidak batil yakni dengan cara suka sama suka diantara individu yang bertransaksi. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh al-quran surat an-nisa ayat 29, yang berbunyi: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. 2 Adapun bentuk pengaplikasian dari fikih moral dalam jual beli serta dalil al-quran tersebut, yaitu dengan diadakan hak khiya>r aib bagi pembeli dalam bentuk retur cacat berat pada kain yang direalisasikan oleh penjual. Karena hak khiya>r dalam hukum Islam diperuntukkan bagi pembeli secara 2 Departemen Agama RI, Al-Quran Tajwid dan Terjemahnya,... 83.

75 umum artinya tidak membedakan pembeli baru maupun pembeli lama, atau pengkhususan dalam segi kecacatan kain. Dengan hal ini maka dalam jual beli kain, kerugian dan keuntungan ditanggung penjual dan pembeli. Sehingga tercapainya kemaslahatan dan keadilan dalam transaksi jual beli kain gelondongan diantara keduanya.