BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ATMOSFER KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI. Oleh : SRI ARFINA YULIA NENGSIH ERA1D010025

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada peserta didik, seperti kesulitan dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

I. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi

*Korespondensi Penulis. Telp: , ISSN: ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif dapat. mengembangkan potensi pada dirinya untuk dapat memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman nilai-nilai yang baik dan luhur. Menurut UU No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang masih berkembang, pendidikan di Indonesia masih. sangat rendah dari segi Sumber Daya Manusia (SDM)

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TENTANG MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KELAS XI PAKET C SETARA SMA DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

Pendidikan berperan menciptakan kehidupan manusia yang berkualitas dari berbagai aspek baik pendidikan formal maupun non formal.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia akan dapat menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga kemudian di teruskan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilaksanakan, sebab dengan proses pendidikan manusia akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan seorang mahasiswa yang tidak mempunyai motivasi belajar maka

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

2015 PENGARUH FASILITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. seseorang itu salah satunya adalah motivasi ( Sardiman, 2011:75).

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan salah satu jalan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Gelar Sarjana Strata-1 Program studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia guna

HUBUNGAN MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan tahap anak berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia mengahadapi tantangan pembangunan yang luar biasa

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

LESTARI OCTAVIANI NIM

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

OLEH : DELVIZA SURYANI

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

ARTIKEL/JURNAL OLEH ROBIATUL AINI RRA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No.

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia abad XXI yaitu peserta didik perlu dilatih untuk bisa berfikir (learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Mei sampai 28 Mei 2014 di SDIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

PENGARUH SARANA DAN PRASARANA BELAJAR SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SD MUHAMMADIYAH 1 PROGRAM KHUSUS WONOGIRI TAHUN AJARAN 2013/2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan uraian keaslian penelitian. 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak yang harus dimiliki oleh seluruh warga negara Indonesia, dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 31 ayat (1) bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Hal ini diperkuat dari penjelasan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) yang menyebutkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (dalam, Sanjaya 2006). Proses belajar berperan menghantarkan seseorang untuk menemukan berbagai hal yang dapat bermanfaat bagi masa depannya. Jika suatu negara memiliki mutu pendidikan yang baik, maka negara tersebut akan lebih maju dan berkembang dibanding Negara lainnya. Menurut Education For All Global Report tahun 2012 negara yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahunnya (dalam Harahap, 2013), pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120. USAID (2013) menambahkan dunia pendidikan di Indonesia memiliki beberapa kendala yang berkaitan dengan mutu pendidikan, diantaranya adalah keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru masih dinilai kurang. Menurut Djaali (2008), ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam hal belajar diantaranya adalah motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Motivasi ditunjukan dengan adanya kesadaran dalam belajar untuk memenuhi tanggung jawab sebagai pelajar, sikap ditunjukkan dengan perilaku yang senantiasa bersemangat mengahadapi kendala selama proses belajar berlangsung, 1

2 minat ditunjukkan pada ketertarikan mata pelajaran tertentu, kebiasaan dalam belajar ditunjukkan dengan adanya waktu belajar yang terencana, dan konsep diri ditunjukkan dengan adanya penilaian, pengetahuan, dan harapan dari proses belajar yang dilakukannya. Menurut Djamarah (2008), dalam proses belajar motvasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Proses belajar yang ideal tentunya menginginkan adanya kelancaran baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa itu sendiri. Adapula beberapa hal yang membuat siswa memiliki motivasi belajar yang rendah yaitu karena ketidaksiapan untuk menerima pelajaran di sekolah maupun ketidak siapan untuk mengikuti aturan belajar yang dietetapkan oleh pihak sekolah. Fenomena yang berkaitan dengan tingkat motivasi belajar siswa, ditemukan di SMP Islam Kader Bangsa Bekasi. Berdasarkan hasil wawancara pertama yang dilakukan dengan guru bimbingan dan konseling (BK), pada tanggal 12 Agustus 2016 diketahui adanya permasalahan belajar yang dialami oleh beberapa siswa diantaranya kurang memiliki keinginan belajar, tidak berkeinginan untuk memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru, kurangnya kesadaran dalam mengerjakan pekerjaan rumah maupun memperbaiki hasil belajar yang kurang baik, dan saat proses pembelajaran berlangsung lebih didominasi keaktifan dari pihak guru. Wawancara pada hari yang sama juga dilakukan oleh 22 siswa SMP Islam Kader Bangsa Bekasi, sebanyak 18 siswa saat jam pada saat jam belajar berlangsung lebih memilih untuk tidak mendengarkan penjelasan dari guru maupun lebih memilih untuk mengobrol dengan siswa lain. Hal ini menunjukkan bahwa ada indikasi kurangnya motivasi belajar siswa SMP Islam Kader Bangsa Bekasi untuk dapat belajar secara sungguh-sungguh. Hamalik (2011) berpendapat bahwa tinggi rendahnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan, penjelasan mengenai motivasi belajar akan menentukan rajin tidaknya siswa dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan belajar. Semakin tinggi motivasi belajar maka semakin rajin dalam belajar, sedangkan semakin rendah motivasi belajar maka semakin malas dalam belajar. Menurut Suardi (2015) motivasi belajar adalah keseluruhan daya

3 penggerak psikis dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan siswa, dalam suatu proses pembelajaran aspek yang sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah motivasi belajar siswa untuk mengikuti pelajaran. Sardiman (2010) menyebutkan bahwa terdapat dua aspek dari motivasi belajar, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Baik muncul secara alami atas keinginan siswa atau bahkan karena dorongan dari luar diri individu. Dimyati dan Mudjiono, (2013) menjelaskan diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak dalam belajar. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, ataupun cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi, kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar disebut sebagai motivasi belajar, dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Lama dari kekuatan mental dalam diri individu adalah sepanjang tugas perkembangan manusia. Menurut Monks (dalam dimyati dan Mudjiono, 2013) menambahkan bahwa kekuatan mental atau kekuatan motivasi dapat dipelihara dan dapat dikembangkan, dorongan dari dalam ataupun dari luar sangat berpengaruh terhadap kemajuan individu. Dimyati dan Mudjiono, (2013) menjelaskan salah satu hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar adalah cita-cita atau harapan. Cita-cita yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi motivasi seseorang dalam belajar, dengan kata lain jika seseorang memiliki cita-cita atau harapan maka hal tersebut akan mempengaruhi motivasinya didalam belajar, begitu pula sebaliknya. Calhoun dan Acocella (1990) mengatakan bahwa cita-cita atau harapan merupakan bagian dari konsep diri yang meliputi keinginan yang dicita-citakan dimasa depan. Setiap siswa berharap untuk dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan oleh karena

4 itu seorang siswa dituntut melakukan berbagai usaha sesuai dengan kondisi dirinya. Desmita (2014) mengemukakan banyak bukti yang menguatkan rendahnya prestasi dan motivasi belajar siswa serta terjadinya penyimpangan-penyimpangan perilaku siswa di dalam kelas disebabkan oleh persepsi dan sikap negatif siswa terhadap diri sendiri. Demikian juga dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar, lebih disebabkan oleh sikap siswa yang memandang dirinya tidak mampu melaksanakan tugas-tugas di sekolah. Lumsden (1999) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu peran orang tua, perubahan perkembangan, persepsi diri mengenai kemampuan dan kompetensi yang secara umum disebut sebagai konsep diri, nilai diri dan usaha, atribusi kausal, arti dari tugas tersebut, dan keterkaitan. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah persepsi diri mengenai kemampuan dan kompetensi yang secara umum disebut sebagai konsep diri. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar karena konsep diri sebagai motivasi instrinsik yang berperan dalam menentukan perilaku setiap individu. Konsep diri juga sebagai penentu pengharapan individu, sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri menyebabkan individu menetapkan titik harapan yang rendah yang menyebabkan individu tidak memiliki motivasi yang tinggi. Perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia. Symonds (dalam Agustiani 2006) mengatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat kelahiran, tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya kemampuan perseptif. Diri (self) berkembang ketika individu merasakan bahwa dirinya terpisah dan berbeda dari orang lain. Berdasarkan wawancara awal yang telah dilakukan pada beberapa siswa. Terdapat beberapa bukti yang menguatkan rendahnya motivasi belajar sisiwa di SMP Islam Kader Bangsa Bekasi yang berkaitan dengan konsep diri. Siswa mengaku mengalami kesulitan belajar, lebih disebabkan oleh sikap siswa yang memandang dirinya tidak mampu melaksanakan tugas-tugas di sekolah. Hal ini sejalan dengan King (2012) yang mengatakan bahwa konsep diri merupakan keseluruhan persepsi dan penilaian individu mengenai kemampuan, perilaku dan

5 kepribadiannya. Kurangnya motivasi belajar siswa menyebabkan perilaku siswa negatif terhadap dirinya sendiri. Wawancara kedua yang dilakukan pada guru BK tanggal 20 Agustus 2016, terdapat beberapa keluhan dari wali kelas VII, VIII, dan IX di SMP Islam Kader Bangsa Bekasi mengenai ketidakmampuan siswa dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Siswa lebih memilih untuk mengerjakannya pada saat di sekolah, dengan cara menyontek pekerjaan teman yang dianggap lebih pandai dari siswa tersebut. Selain itu, jika diberikan tugas di sekolah, beberapa siswa sengaja untuk tidak mengerjakannya, bahkan siswa sampai melakukan penolakan dengan tidak mengerjakan tugas sama sekali. Menurut hasil observasi guru BK, adanya perilaku siswa yang ragu-ragu ketika diminta untuk mengerjakan soal di depan kelas, siswa lebih memilih untuk diam dan merasa takut akan ditertawakan oleh teman-temannya ketika salah dalam menjawab pertanyaan. Wawancara lebih lanjut dilakukan pada 10 siswa dari kelas VII, VIII, dan IX di tanggal yang sama, wawancara dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan mengenai konsep diri seperti apa pentingnya sekolah menurut para siswa. Sebanyak 6 siswa menjawab sekolah untuk mendapatkan uang saku dari orang tua. Jawaban berbeda diungkapkan oleh 2 siswa lainnya yang menyatakan bahwa mereka bersekolah hanya untuk mejeng, mencari teman perempuan, menjahili teman, dan agar tidak hanya berdiam diri dirumah. Sementara itu, selebihnya 2 siswa menjawab tujuan dari bersekolah adalah untuk mendapat ilmu, menjadi pintar, dan nantinya mampu meraih cita-cita dimasa depan. Siswa cenderung lebih percaya jawaban teman daripada jawabannya sendiri ketika mendapatkan tugas, terlihat perilaku siswa lebih memilih mencontek daripada mengerjakan sendiri. Wawancara terakhir dilakukan dengan guru Bahasa Indonesia pada tanggal 26 Agustus 2016. Hasil wawancara mengindikasikan kurangnya motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa, seperti ketika diberikan nasehat oleh guru-guru untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, beberapa siswa hanya sekedar mendengarkan tetapi tidak menjalankannya. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zaitun (2015) dengan judul hubungan anatara konsep diri akademik dengan motivasi belajar pada siswa MTs Aisyiyah Palembang, menunjukkan bahwa ada

6 hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar pada siswa. Hasil penelitian lain dari Firdaus, Nugroho, dan Meydianasari (2013) dengan judul konsep diri dengan motivasi belajar konsep diri pada mahasiswa semester IV program studi D-III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta, menunjukkan bahwa sebagian besar mempunyai konsep diri yang positif sebanyak 111 siswa (68,5%) dan motivasi belajar dalam kategori sedang yaitu sebanyak 85 siswa (52,5%) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan motivasi belajar, semakin positif antara konsep diri dengan motivasi belajar dapat diartikan bahwa semakin positif konsep diri seseorang maka akan semakin baik motivasi belajarnya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meniliti hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar pada siswa SMP Islam Kader Bangsa Bekasi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar pada siswa SMP Islam Kader Bangsa Bekasi. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar pada siswa SMP Islam Kader Bangsa Bekasi. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah : a. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dan wawasan bagi disiplin ilmu yang berkaitan dengan konsep diri dengan motivasi belajar. b. Sebagai tambahan referensi bagi ilmu psikologi khususnya bidang pendidikan. c. Sebagai bahan kajian bagi para peneliti dan mahasiswa yang tertarik untuk meneliti terkait konsep diri atau motivasi belajar siswa SMP.

7 1.4.2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah : a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengukur kemampuan peneliti dalam menemukan suatu fenomena atau permasalahan yang terjadi di masyarakat serta untuk menguji kemampuan peneliti dalam menganalisis fenomena konsep diri dengan motivasi belajar pada siswa. b. Hasil penelitian ini memberikan informasi tambahan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam bidang pendidikan terutama SMP Islam Kader Bangsa untuk melakukan usaha membuat metode pembelajaran yang lebih baik dan menyenangkan demi meningkatkan motivasi belajar siswa. c. Memberi kontribusi yang positif bagi pembaca tidak hanya pada bidang psikologi saja tetapi dapat juga menambah wawasan baru ke masyarakat luas. 1.5. Uraian Keaslian Penelitian Berikut beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya adalah sebagai berikut: a. Penelitian yang dilakukan oleh Zaitun (2015) dengan teknik analisis regresi yang berjudul Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Motivasi belajar pada siswa MTs Aisyiyah Palembang menunjukkan hasil uji hipotesis diperoleh nilai koefisien korelasi r = 0,737 dengan nilai signifikansi (p) = 0,000 atau dengan kata lain p < 0,01 yang memiliki makna bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar pada siswa MTs Aisyiyah Palembang. b. Penelitian lain dari Firdaus, Nugroho, dan Meydianasari (2013) dengan judul Konsep Diri Dengan Motivasi Belajar pada mahasiswa semester IV Program studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Respati Yogyakarta, dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif rancangan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Menunjukkan hasil sebagian besar mempunyai konsep diri yang positif sebanyak 111 siswa (68,5%) dan motivasi belajar dalam kategori sedang yaitu sebanyak 85 siswa (52,5%) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan motivasi belajar, semakin positif antara

8 konsep diri dengan motivasi belajar dapat diartikan bahwa semakin positif konsep diri seseorang maka akan semakin baik motivasi belajarnya. Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu : a. Penelitian yang dilakukan oleh Zaitun (2015) dengan judul hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar sisiwa MTs Aisyiyah Palembang, peneliti sebelumnya melakukan penelitian di MTs Aisyiyah Palembang dengan jumlah subjek 123 siswa, sedangkan peneliti melakukan penelitian di SMP Islam Kader Bangsa Bekasi dengan jumlah responden 150 siswa. b. Penelitian yang dilakukan oleh Firdaus, Nugroho, dan Meydianasari (2013) dengan judul Konsep Diri Dengan Motivasi Belajar, Subjek penelitian adalah mahasiswa semester IV Program studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Respati Yogyakarta sebanyak 162 mahasiswa. Berbeda halnya dengan subjek penelitian peneliti adalah siswa SMP Islam Kader Bangsa Bekasi dengan jumlah 150 siswa.