I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan yang selalu menyertai

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak muliah,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara dalam mengembangkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, SARANA PRASARANA, DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan membentuk watak serta peradapan bangsa, yang bermartabat dalam rangka

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, berbangsa dan bernegara. Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang merupakan sistem yang lebih kecil yang unsur unsurnya seperti kurikulum, guru, kepala sekolah, Sarana Prasarana, siswa, orang tua murid, yang semuanya merupakan unsur yang saling terkait satu sama lain. Keterkaitan ini harus selalu dibina, supaya bisa terus terikat dan bisa berkembang sesuai dengan harapan. Semua unsur perlu dikembangkan, dikelola dengan baik supaya output dan outcome dari proses pendidikan tersebut bermutu tinggi. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, diantaranya pada kebijakan pada sektor pendidikan yang bertumpu pada dua paradigma baru yaitu otonomisasi dan demokratisasi sekolah. Dengan adanya undang-undang tersebut kepala sekolah dan guru memiliki tanggung jawab besar peningkatan kualitas proses pembelajaran termasuk penyediaan sarana pendukungnya, seperti kompetensi guru, iklim organisasi (sekolah) yang kondusif, Sarana Prasarana yang memadai, termasuk guru yang memiliki kinerja tinggi sebagai komponen strategis guna meningkatkan kualitas hasil belajar yaitu terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.

2 Sekolah juga diberikan wewenang penuh untuk mengelola dan mengembangkan kegiatan pendidikan. Namun sekolah harus mengacu pada standar pendidikan yang telah ditetapkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana terdapat delapan standar pendidikan nasional yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan,yakni standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian pendidikan." Dunia usaha sebagai pengguna jasa pendidikan juga menuntut dunia pendidikan untuk bisa menciptakan pendidikan yang bermutu, sesuai tujuan pendidikan yaitu mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai hal tersebut adalah guru mempunyai peranan sentral yang kondisinya tidak boleh terabaikan. Guru mempunyai peran sentral dalam proses penyelenggaraan pendidikan, tanpa pengabdian, dan motivasi yang tinggi, serta tanpa kompetensi yang memadai maka tujuan pendidikan sulit dapat dicapai. Setiap guru dituntut untuk melaksanakan tugasnya dengan kinerja yang optimal dan selalu berprestasi dalam menjalankan tugasnya minimalnya memenuhi semua kompetensi yang telah ditetapkan. Di antara kompetensi itu ialah kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Guru yang kurang berpengalaman dalam melaksanakan tugas tersebut akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaanya.

3 Kinerja guru dalam kaitan dengan mutu pendidikan harus di mulai dengan dirinya sendiri. Sebagai pribadi, guru merupakan perwujudan diri dengan seluruh keunikan karakteristik yang sesuai dengan posisinya sebagai pemangku profesi keguruan. Kepribadian merupakan landasan utama bagi perwujudan diri sebagai guru yang efektif baik dalam melaksanakan tugas profesionalnya di iklim lingkungan pendidikan dan iklim lingkungan kehidupan lainnya. Hal ini mengandung makna bahwa seorang guru harus mampu mewujudkan pribadi yang efektif untuk dapat melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai guru. Kinerja guru dalam pembelajaran merupakan kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi perhatian banyak orang, yang tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya. Sementara itu berdasarkan observasi pendahuluan kinerja guru dalam pembelajaran masih rendah dimana dari 3 sekolah kehadiran guru dikelas hanya mencapai sekitar 70%, keterlambatan guru masuk kerja mengajar terutama pada jam-jam awal pelajaran mencapai 30%, guru yang melengkapi administrasi perencanaan pembelajaran sekitar 80%, guru yang melaksanakan analisis hasil ulangan 50%. Berdasarkan hal tersebut maka kinerja guru perlu ditingkatkan, 30% guru belum mengadakan remedial bagi siswa yang memiliki nilai kurang, dan sebagainya. Penilaian mengenai kinerja guru dalam pembelajaran, biasanya selalu dikaitkan dengan hubungan rasio antara keluaran (output) yang dihasilkan dengan masukan (input) dari sumber-sumber yang digunakan untuk mencapai hasil yang

4 diharapkan". Artinya bahwa kinerja guru dalam pembelajaran, dalam hal ini kinerja guru mampu membawa perubahan dan hasil pendidikan yang lebih baik sebagai tujuan akhir, di mana kinerja guru tersebut sangat bergantung kepada sumber-sumber yang ada di sekolah, terutama kompetensi guru itu sendiri dan iklim organisasi yang ada di sekolah. Meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh semua komponen sekolah. Guru yang produktif adalah guru yang mampu mengembangkan kemampuan dan memiliki inovasi dalam melaksanakan tugasnya. Guru memiliki tugas dan tanggung jawab moral yang besar terhadap keberhasilan siswa, walaupun bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan siswa, karena masih banyak faktor lain seperti kurikulum, siswa, dukungan masyarakat, lingkungan pendidikan, dan pembiayaan pendidikan. Kawasan teknologi pembelajaran mencakup lima bidang garapan, yaitu teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian proses. Kinerja guru dalam pembelajaran berada dalam kawasan teknologi pembelajaran. Kinerja guru dalam pembelajaran merupakan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran di dalam kelas. Sehingga penelitian terhadap kinerja guru dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas selama proses pembelajaran. Beberapa hal yang berkaitan dengan rendahnya kinerja guru dalam pembelajaran antara lain: Pertama, guru mempunyai peranan penting bagi suatu bangsa dan negara. Tugas guru tidak sekedar memberikan pelajaran seperti yang terkandung

5 dalam kurikulum formal saja, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan yang tidak tercantum dalam mata pelajaran secara nyata seperti kejujuran, sopan santun, keikhlasan, kerja keras dan lain sebagainya. Kedua, adanya fenomena penurunan kinerja guru, hal tersebut dapat terlihat dari guru yang mangkir dari tugas, guruhnya mengajar saja, tetapi peran sebagai pendidik kurang, sehingga sering terjadi penyimpangan moral yang dilakukan beberapa siswa yang tidak sesuai dengan harapan dari hasil pendidikan. Ketiga, peningkatan mutu pendidikan secara formal, aspek guru memiliki peranan yang amat penting dalam mewujudkan pendidikan para siswanya. Berdasarkan hasil studi di negara-negara berkembang, guru memberikan sumbangan dalam prestasi belajar siswa (36%), manajemen (23%), waktu belajar (22%), dan sarana fisik (22%) saja. Hal-hal yang berkaitan dengan kinerja guru dalam pembelajaran, seperti pengetahuan tentang kependidikan, motivasi kerja guru serta Sarana Prasarana merupakan, persoalan yang berkenaan dengan guru dan jabatan senantiasa disinggung, bahkan menjadi salah satu pokok bahasan yang mendapat tempat tersendiri di tengah-tengah ilmu kependidikan yang begitu luas dan kompleks. Dewasa ini perhatian itu berambah besar sehubungan dengan kemajuan pendidikan dan kebutuhan guru yang semakin meningkat, baik dalam mutu maupun jumlahnya. Masalah kinerja guru dalam pembelajaran merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apa pun. Kinerja guru dalam pembelajaran dapat menjadi baik apabila guru tersebut memiliki pengetahuan tentang kependidikan, guru dalam bekerja selalu memilki motivasi

6 yang tinggi dalam menjalankan pekerjaannya serta Sarana Prasarana di madrasah memadai. Kinerja guru dalam pembelajaran menjadi optimal, jika dalam setiap guru memiliki pemahaman yang cukup tentang pendidikan khususnya pengetahuan tentang siswa. Dalam proses pendidikan guru memiliki tugas yang penting. Menurut Usman, bahwa tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.(usman, 2002:7) mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada diri siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam pembelajaran dipenuhi secara layak dan memadai, maka akan menunjukkan kualitas kinerja guru menjadi lebih maksimal di dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Sampai saat ini masih ada sebagian guru yang belum memiliki pemahaman tentang siswa secara baik, dimana metode pembelajaran yang dipergunakan masih belum memperhitungkan kemampuan siswa dan pemahaman landasan kependidikan masih rendah. Beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk bekerja menurut Mulyasa, (2003: 185) diantaranya yaitu kesempatan untuk maju dalam karir, motivasi, rasa aman terhadap pekerjaan yang dimiliki, penghasilan yang memadai, teman kerja yang kompak, suasana yang menyenangkan. Rendahnya motivasi dapat ditunjukan pada disiplin kerja, kesungguhan dalam bekerja, menjaga kualitas atau mutu pembelajaran, dan bertanggungjawab terhadap seluruh sistem pembelajaran.

7 Hubungan antara sarana dan prasarana dengan sebagai sarana penunjang kinerja guru sangat penting. Sarana dan prasarana yang lengkap dan rapi akan menciptakan kondisi yang menyenangkan untuk pembelajaran. Tersedianya alat dan fasilitas belajar yang memadai secara kualitatif dan kuantitatif serta relevan dengan kebutuhannya dapat dimanfaatkan secara optimal dan mendukung kinerja guru untuk kepentingan proses pembelajaran (Mulyasa, 2002: 50). Kondisi yang ada di sekolah belum lengkap atau sarana sarana yang ada lengkap tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh guru. Tuntutan profesi untuk menjadikan guru yang memiliki kompetensi yang tinggi sesuai dengan penghargaan kinerjanya untuk dapat diakui oleh pemerintah masih jauh dari harapan. Kaitannya dengan penilaian kinerja guru MTs Negeri di Kabupaten Lampung Selatan masih kurang, hal ini ditunjukkan dari hasil survei awal sebelum penelitian ada beberapa indikasi yang mengarah kepada kinerja guru, (1) Kualifikasi pendidikan guru masih ada yang belum S-1, (2) belum adanya penghargaan kepada guru terutama bagi guru berpreatasi, (3) Ketersediaan sarana dan prasaran yang masih banyak memerlukan perawatan operasional untuk memperlancar proses pembelajaran kondisi seperti meja, kursi, lantai, kamar kecil, ruang guru, dan masih ada dalam kondisi sebagian kurang layak pakai, dan sebagainya. Menyadari tuntutan guru menjadi pusat perhatian untuk melakukan kinerja secara optimal dalam proses pembelajaran. Guru adalah subyek dalam proses pembelajaran, karenanya guru harus memiliki kompetensi pedagogik, motivasi kerja yang tinggi, dan peran aktif dalam setiap kegiatan belajar. Peran guru dalam

8 kegiatan itu dituntut sebagai tenaga yang berkompeten dan fasilitator yang membantu memudahkan siswa dalam mencapai tujuan belajar guru menghantarkan para siswa menjadi manusia yang berkualitas. Menyadari hal ini, maka guru sebagai salah satu komponen sekolah yang memiliki peranan penting dan turut menentukan kelancaran dan keberhasilan lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang diembannya. Agar guru dapat melaksanakan dan menyelenggarakan kinerjanya dengan baik, maka dituntut untuk memiliki memiliki pengetahuan dan motivasi kerja yang tinggi. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan tentang kependidikan, motivasi kerja guru dan sarana parsarana dengan kinerja guru MTs Negeri di Kabupaten Lampung Selatan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Kinerja guru dalam pembelajaran masih rendah, dimana masih banyak guru yang belum mengembangkan administrasi perencanaan pembelajaran secara baik, dan kedisiplinan guru masuk dikelas masih rendah 2. Pembelajaran yang diberikan masih belum memperhitungkan kemampuan siswa dan pemahaman landasan kependidikan masih rendah

9 3. Motivasi kerja masih belum maksimal dimana disiplin kerja masih rendah, kesungguhan dalam bekerja dan peningkatan mutu pembelajaran belum maksimal. 4. Ketersediaan sarana dan prasaran untuk memperlancar proses pembelajaran kondisi seperti meja, kursi, lantai, kamar kecil, ruang guru, belum lengkap dan masih ada dalam kondisi sebagian kurang, atau sarana yang ada lengkap tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh guru. 5. Kualifikasi pendidikan guru masih ada yang belum s-1, sehingga kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan perlu ditingkatkan. 6. Belum adanya penghargaan kepada guru terutama bagi guru berprestasi/guru yang inovatif sehingga guru kurang termotivasi untuk bekerja, 7. Guru kurang kedisiplinan dalam mengajar terutama pada jam-jam awal pelajaran, 8. Kelengkapan administrasi pembelajaran belum lengkap dan belum mencerminkan pendidikan karakter siswa. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan penelitian ini, maka dalam penelitian ini dibatasi pada empat variabel penelitian saja, yaitu pengetahuan tentang kependidikan, motivasi kerja guru, dan Sarana Prasarana madrasah, ketiga viabel ini sebagai variabel bebas dan kinerja guru dalam pembelajaran sebagai variabel terikat pada guru MTs Negeri yang di Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013.

10 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat hubungan yang positif, erat, dan signifikan antara pengetahuan tentang kependidikan dengan kinerja guru dalam pembelajaran? 2. Apakah terdapat hubungan yang positif, erat, dan signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja guru dalam pembelajaran? 3. Apakah terdapat hubungan yang positif, erat, dan signifikan antara Sarana Prasarana dengan kinerja guru dalam pembelajaran? 4. Apakah terdapat hubungan yang positif, erat, dan signifikan antara pengetahuan tentang kependidikan, motivasi kerja guru, dan Sarana Prasarana secara bersama-sama dengan kinerja guru dalam pembelajaran? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis: 1. Hubungan antara pengetahuan tentang kependidikan dengan kinerja guru dalam pembelajaran. 2. Hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru dalam pembelajaran. 3. Hubungan antara Sarana Prasarana dengan kinerja guru dalam pembelajaran.

11 4. Hubungan antara pengetahuan tentang kependidikan, motivasi kerja guru, dan Sarana Prasarana secara bersama-sama dengan kinerja guru dalam pembelajaran. 1.6 Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini berguna sebagai informasi perkembangan pengetahuan, khususnya pada peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan kinerja guru dan masukan bagi berbagai pihak, di antaranya : 1. Kegunaan secara Teoretis Secara teoretis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep, prinsip, teori dan prosedur teknologi pendidikan dalam kawasan pengelolaan berkaitan dengan sarana dan prasarana pembelajaran. 2. Kegunaan Praktis a) Bagi guru Penguasaan kompetensi guru, terutama penguasaan metodologi pengajaran dengan baik dapat memperlancar proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas, dimana guru mengenal lebih dekat siswanya baik kemampuan intelektual, potensi bakatnya, maupun yang dibutuhkan oleh siswanya. Motivasi kerja guru dan pengetahuan tentang kependidikan dapat ditingkatkan dengan ditandai oleh persiapan tugas-tugas secara baik, tertib, dan tepat waktu (efektif dan efisien). Guru sebagai praktisi yang

12 berhadapan langsung dengan masyarakat pengguna jasa pendidikan, yaitu siswa dan orang tua siswa, guru dapat memotivasi diri dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat bekerja dengan sebaik baiknya. b) Bagi Sekolah Sebagai bahan informasi bagi pengelola MTs Negeri di Kabupaten Lampung Selatan dalam rangka meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran dapat dikaitkan dengan motivasi kerja guru dan pengetahuan tentang kependidikan, agar guru diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kompetensinya dalam mempersiapkan tugas-tugas secara baik, tertib, dan tepat waktu. Bagi sekolah diharapkan mampu menumbuh kembangkan motivasi kerja guru yang melaksanakan tugas di wilayah setempat. c) Bagi Intansi Kementerian Agama Intansi Kementerian Agama dapat mengambil manfaat berupa upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan kaitannya dengan kinerja guru dalam pembelajaran secara optimal, maka perlu ditingkatkan pelaksanaan manajemen madrasah agar lebiha baik melalau pembinaan dan pengawasan, begitu pula peningkatan motivasi kerja guru dan pengetahuan tentang kependidikan melalui pendidikan khusus, pelatihan, atau penataran-penataran, mengadakan seminar maupun simposium yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi ini, untuk menambah wawasan pengetahuan, dan menambah keterampilan guru.