UMUR, PARITAS, KEHAMILAN GANDA DAN RIWAYAT PENYAKIT IBU HAMIL TRIMESTER III YANG MELATARBELAKANGI KEJADIAN PRE EKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM BANGIL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAPONGAN KABUPATEN SITUBONDO

Jurnal Kebidanan 09 (02) Jurnal Kebidanan http : /

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012, Angka kematian ibu adalah 395 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang muncul ditrimester kedua

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Gambaran kejadian Hipertensi Gravidarum Berdasarkan Karakteristik di Bidan Ny. Y Kelurahan Sambongpari Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya

KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI BLU RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita, dimana kehamilan merupakan proses fertilisasi atau

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia adalah timbulnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI), sehingga menempatkannya diantara delapan tujuan Millennium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMSIA DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2012 OLEH : Ajeng Galuh Wuryandari SST.

BAB I PENDAHULUAN. perdarahan, pereklamsi/eklamsi, dan infeksi ( Saifuddin, 2001 ).

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA BERAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DI POLI KEBIDANAN RUMAH SAKIT KESDAM BANDA ACEH. Mayang Sari 1, Imelda 2

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEYER I KABUPATEN GROBOGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di Ruangan Camar II RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Millenium development goal (MDG) menargetkan penurunan AKI menjadi

ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD BANGIL PASURUAN 2013 IMELDA ANUGRAH PUTRI TEGA MULIA DESCRIPTION

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium

BAB I PENDAHULUAN. berkembang organ demi organ lengkap dengan segala fungsi masing-masing, dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE BERDASARKAN PENGETAHUAN DAN SUMBER INFORMASI di RSU Dr.WAHIDIN SUDIRO HUSODO KABUPATEN MOJOKERTO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN IBU AKIBAT PRE EKLAMSI/EKLAMSI DI RSUD INDRAMAYU TAHUN 2013

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PREEKLAMPSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS BATURADEN I BANYUMAS

Disusun oleh : Intiyaswati. membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein didalam urine

PENGARUH USIA KEHAMILAN TERHADAP RISIKO PRE EKLAMSI EKLAMSI PADA KEHAMILAN

FAKTOR RISIKO IBU HAMIL KUNJUNGAN PERTAMA DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Ayu Cahyaningtyas 1, Sujiyatini 2,Nur Djanah 3

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1400 perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

Hubungan Umur dan Paritas Dengan Kejadian Abortus Di RSUD Kabupaten Rokan Hulu 2015

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

Hubungan Riwayat Hipertensi, Diabetes Melitus, dan Kehamilan Ganda dengan Kejadian Preeklampsi pada Ibu Hamil Di Rumah Sakit Umum Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSIA DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PONTIANAK TAHUN Telly Katharina*, Katarina Iit*

KARAKTERISTIK DAN LUARAN PREEKLAMPSI DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN. tahun diperkirakan wanita di dunia meninggal sebagai akibat. per kelahiran hidup (Wiknjosastro, 2006).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG ARTIKEL APRILIA MEGAWATI NIM A010

Unnes Journal of Public Health

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dikenal dengan Millennium Development Goals (MDG s) hingga tahun 2015 adalah dengan menurunkan ¾ risiko jumlah

PENGARUH USIA DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN PRE EKLAMPSIA DI RSUD SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

FAKTOR IBU YANG MELATARBELAKANGI KEJADIAN BBLR DI RSUD JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan ibu hamil, kurangnya Antenatal Care (ANC), diabetes

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nelawati Radjamuda 1, Agnes Montolalu 2, 1. Jurusan Kebidanan STIKES Muhammadiah Manado. 2. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRE-EKLAMSIA PADAHAMIL DI POLI KEBIDANAN RUMAH SAKIT TINGKAT II ISKANDAR MUDA BANDA ACEH TAHUN 2014

USIA DAN PENDIDIKAN DENGAN PREEKLAMSI DI RSUD Dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO

GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN

KARAKTERISTIK IBU HAMIL PRE EKLAMSI DI BPM SITI SUJALMI SOCOKANGSI JATINOM KLATEN INTISARI

Dini Dwi Jayani dan Bambang Kuntarto/ Hubungan Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Preeklamsi/1-11

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMSIA PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD CILACAP PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena

GAMBARAN KANDUNGAN PROTEIN DALAM URIN PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE EKLAMPSI DI RSUD

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsi Di Ruang Bersalin BLU-RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RUANG BERSALIN RSUD BANGIL PASURUAN ELSA ALNIYANTI. Subject :Paritas, Preeklampsia, Ibu Bersalin

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA

1

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

HUBUNGAN PREEKLAMSIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

HUBUNGAN USIA IBU HAMIL RESIKO TINGGI DENGAN PERSALINAN PREMATURE DI RSUD BANGIL TAHUN 2013 DWI RAKHMA YUSLIYANTI DESCRIPTION

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

KARAKTERISTIK IBU DENGAN RIWAYAT PREEKLAMSIA PADA SAAT PERSALINAN

BAB 1 PENDAHULUAN. normal. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERISIKO TERHADAP PREEKLAMSIA PADA IBU

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIMPANG RAMBUTAN KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2015

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSI DAN EKLAMPSI DI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN 2013 SAMPAI 2014

KOMPLIKASI PERSALINAN USIA DI ATAS 35 TAHUN PADA IBI DAN BAYI D RSD SIDOARJO TAHUN 2013 NOVIA ANGGUN SAFITRI

KERENTANAN KESEHATAN IBU HAMIL PADA MASYARAKAT NELAYAN DI DESALANDANGAN KECAMATAN KAPONGAN KABUPATEN SITUBONDO RAMZATUL WIDA

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian yang dialami ibu selama masa kehamilan masih cukup tinggi di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. maternal di Kabupaten Bantul tahun didapatkan hasil sebagai

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Transkripsi:

UMUR, PARITAS, KEHAMILAN GANDA DAN RIWAYAT PENYAKIT IBU HAMIL TRIMESTER III YANG MELATARBELAKANGI KEJADIAN PRE EKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM BANGIL Mega Lolytasari Agustin 11002161 Subject : Umur, Paritas, Kehamilan Ganda, Riwayat Penyakit, Pre eklampsia, Ibu Hamil trimester III yang mengalami pre eklamsia Description Faktor yang melatarbelakangi kejadian pre eklamsia, antara lain umur ibu, riwayat kehamilan yang lalu, kehamilan kembar, status gizi, paritas, riwayat keluarga, dan riwayat penyakit. Tujuan penelitian adalah mengetahui umur, paritas, kehamilan ganda, dan riwayat penyakit ibu hamil trimester III yang melatarbelakangi kejadian pre eklamsia di Rumah Sakit Umum Bangil Kabupaten Pasuruan. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif dengan rancang bangun survey. Variabel dalam penelitian ini adalah umur, paritas, kehamilan ganda, dan riwayat penyakit ibu hamil trimester III yang melatarbelakangi kejadian pre eklamsia. Populasi yaitu seluruh ibu hamil trimester III yang menderita pre eklamsia di RSUD Bangil Pasuruan pada bulan Februari 2013- Februari 2014 sebanyak 330 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Penelitian dilakukan pada tanggal 19-20 Mei 2014. Data diperoleh dari data sekunder yang ada di ruang Rekam Medik RSUD Bangil Pasuruan. Instrumen yang digunakan adalah lembar checklist. Hasil analisis menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang melatarbelakangi kejadian pre eklamsia adalah ibu hamil trimester III dari 330 orang, diantaranya umur 35 tahun (83,5%), paritas nulipara (77,0%), kehamilan tunggal (90,1%), riwayat preeklamsia (40,7%) mengalami preeklamsia berat dan umur 20-35 tahun (47,7%), paritas primipara (43,0%), riwayat hipertensi (70,8%) mengalami pre eklamsia ringan. Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya pre eklamsia. Diantaranya umur ibu yang 35 tahun, nulipara dan mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Hal itu disebabkan karena penurunan fungsi sistem organ reproduksi dan pembentukan antibodi penghambat yang belum sempurna. Oleh sebab itu diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya meningkatkan pelayanan antenatal care sebagai bentuk deteksi dini kehamilan yang beresiko tinggi pre eklamsia agar ibu dengan kehamilan tunggal tidak berisiko pre eklamsia. ABSTRACT Factors predisposed the incidence of pre-eclampsia, such as maternal age, history of past pregnancies, twin pregnancies, nutritional status, parity, family history, and disease history. The purpose of the study was to determine the age, parity, multiple pregnancy, and the disease history of third trimester pregnant women predisposed the incidence of pre-eclampsia in the RSUD Bangil Pasuruan.

This research used descriptive with survey as research design. The variables in this study were age, parity, multiple pregnancy, and the disease history of third trimester pregnant women predisposed the incidence of pre-eclampsia. The population is the entire third trimester pregnant women suffering from pre-eclampsia in RSUD Bangil Pasuruan in February 2013 - February 2014 as much as 330 people using the total sampling technique. The study was conducted on 19 to 20 May 2014. The data was obtained from secondary data available in Medical Records RSUD Bangil Pasuruan. The instrument was used a checklist sheet. The results will be analysed by using frequency distributions and cross-tabulations. The results showed that predisposing factors for the incidence of preeclampsia is third trimester pregnant women from 330 people, including age more than 35 years (83.5%), parity nulliparous (77.0%), single pregnancies (90.1%), history of pre-eclampsia (40.7%) had severe pre-eclampsia and aged 20-35 years (47.7%), parity primiparous (43.0%), history of hypertension (70.8%) had mild preeclampsia. There were several factors that led to pre-eclamsia, i.e. mothers aged more than 35 years, nulliparous and had a history of hypertension. It is caused due to a decrease in reproductive organ system function and formation of inhibitory antibodies are not yet perfect. Therefore health workers especially are expected to improve antenatal care as a part of early detection of pregnancies at high risk of pre-eclampsia that women with single pregnancies at unrisk of pre-eclampsia. Keywords: Age, Parity, Pregnancy Doubles, disease history, Pre-eclampsia Contributor Date : 7 Juni 2014 : 1. Ika Yuni Susanti S.ST 2. Elyana Mafticha, S.ST Type Material : Laporan Penelitian Edentifier : - Right Summary : LATAR BELAKANG : Open Document Pre eklamsia merupakan salah satu penyakit yang muncul pada masa kehamilan dengan di tandai adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Kelainan sering terjadi pada primigravida, terkait dengan geografis/demografis/etnis (proverawati dan Asfuah, 2009: 264) Sindroma pre eklamsia ringan sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul pre eklamsia berat, bahkan eklamsia (Prawirohardjo, 2006: 282).

Ibu hamil yang mengalami pre eklamsia berisiko tinggi mengalami keguguran, gagal ginjal akut, perdarahan otak, pembekuan darah intravaskular, pembengkakan paru-paru kolaps pada sistem pembuluh darah. Bahaya pre eklamsia bagi bayi adalah dapat menghambat asupan darah ke plasenta (jalur penyerapan udara dan makanan untuk janin) sehingga bayi bisa mengalami kekurangan oksigen (hypoxia) dan makanan (Sulistioningsih, 2011: 131). Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal di dunia karena eklamsia. Insiden eklamsia di negara berkembang berkisar dari 1:100 sampai 1:1700. Beberapa kasus memperlihatkan keadaan yang tetap ringan sepanjang kehamilan. Pada stadium akhir yang disebut eklamsia, pasien akan mengalami kejang. Jika eklamsia tidak ditangani secara cepat akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan otak. Eklamsia menyebabkan angka kematian sebesar 5% atau lebih tinggi (Rozikhan, 2007: 2). Pre eklamsia (25%) termasuk penyebab langsung tingginya AKI di Indonesia setelah perdarahan (32%), disusul infeksi (5%), partus lama (5%), dan abortus (1%), penyebab lain-lain (32%) cukup besar, termasuk di dalamnya penyebab penyakit non obstetrik (RISKESDAS, 2010 dalam Depkes, 2012: 2). Berdasarkan data di RSU Dr.Soetomo, kejadian preeklamsia tercatat 30 hingga 50 kasus per tahunnya. Prevalensi 1,08% menunjukkan angka kejadian preeklamsia ini lima kali lebih tinggi daripada angka kejadian di Bangkok dan 10 kali lebih besar dari Singapura (Gumilar, 2008: 1). Studi pendahuluan dilakukan di Rumah Sakit Umum Bangil pada tanggal 29 April 2014 dengan mengobservasi data rekam medis rumah sakit, khususnya di bagian Poli Kandungan. Hasil studi pendahuluan diketahui sepanjang tanggal 20-27April 2014 terdapat 5 ibu hamil yang terdiagnosis pre eklamsia, yaitu 2 ibu hamil dengan pre eklamsia berat dan 3 ibu hamil dengan pre eklamsia ringan. Hasil rekam medis menunjukkan 1ibu hamil dengan pre eklamsia berat adalah nulipara, umur <20 tahun, kehamilan ganda, dan tidak mempunyai riwayat penyakit risiko pre eklamsia (diabetes mellitus, hipertensi, pre eklamsia). Satu ibu hamil dengan pre eklamsia berat lainnya adalah primipara, umur >35 tahun, kehamilan tunggal, dan memiliki riwayat hipertensi. Sedangkan 3 ibu hamil dengan pre eklamsia ringan menunjukkan karakteristik primipara, umur 20-35 tahun, kehamilan tunggal, dan hanya 1 yang mempunyai riwayat diabetes mellitus, sedangkan 2 orang lainnya tidak mempunyai riwayat penyakit risiko pre eklamsia. Faktor yang melatarbelakangi pre eklamsia, antara lain umur ibu, riwayat kehamilan yang lalu, kehamilan kembar, status gizi, paritas, riwayat keluarga dan riwayat penyakit (Marlina, 2013: 4). Umur ibu pada saat kehamilan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat resiko kehamilan dan persalinan. Wanita yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki resiko tinggi terhadap kejadian pre eklamsia (Langelo, dkk., 2013: 6). Selain itu pada umumnya pre eklamsia diperkirakan sebagai penyakit pada kehamilan pertama. Bila kehamilan sebelumnya normal, maka insiden pre eklamsia akan menurun, bahkan abortus pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor protektif terhadap kejadian pre eklamsia. Hal ini disebabkan pada kehamilan pertama atau nulipara, pembentukan antibodi penghambat belum sempurna, sehingga meningkatkan risiko terjadinya pre eklamsia (Indriani, 2012: 9). Gangguan hipertensi akibat kehamilan jauh lebih besar

kemungkinan timbul pada janin multipel. Hipertensi juga cenderung timbul lebih awal dan lebih parah (Leveno, 2009: 506). Diabetes juga merupakan riwayat penyakit yang merupakan faktor risiko pre eklamsia (Indriani, 2012: 11). Salah satu justifikasi pelayanan antenatal adalah untuk menurunkan risiko pre eklamsia. Layanan antenatal harus ditujukan hanya untuk penanganan penyakit jika penyakit tersebut sudah muncul. Namun, kemungkinan untuk upaya pencegahan preeklamsia tetap diteruskan, dan kemungkinan ada faktor penting yang belum diketahui (Proverawati dan Asfuah, 2009: 32). Tugas bidan dalam menghadapi pre eklamsia, antara lain melakukan pengawasan antenatal yang intensif sehingga dapat menggerakkan secara dini kemungkinan komplikasi hipertensi dalam kehamilan dalam bentuk pre eklamsia-eklamsia, seperti namanya eklamsia khususnya terjadi mendadak bagaikan halilintar, maka sebaiknya bila dijumpai kemungkinan komplikasi hipertensi dalam kehamilan segera melakukan rujukan ke pusat dengan fasilitas yang cukup, terutama yang harus diperhatikan adalah superimposed hipertensi dalam kehamilan karena komplikasinya akan lebih berat dan gawat (Manuaba, 2008: 103). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui umur, paritas, kehamilan ganda dan riwayat penyakitibu hamil trimester III yang melatarbelakangi kejadian pre eklamsia di Rumah Sakit Umum Bangil. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif dengan menggunakan pendekatan survey. Variabel dalam penelitian ini adalah umur, paritas, kehamilan ganda dan riwayat penyakit ibu hamil trimester III yang melatarbelakangi kejadian pre eklamsia. Populasinya adalah seluruh ibu hamil trimester III yang menderita pre eklamsia di Rumah Sakit Umum Bangil pada bulan Februari 2013- Februari 2014 sebanyak 330 orang. Sampel diambil dengan menggunakan total sampling. Lokasi Penelitian : Penelitian ini di lakukan di Rumah Sakit Umum Bangil Pasuruan dan Waktu Penelitian : pengumpulan data dilaksankan pada tanggal 19-20 Mei 2014. Teknik Pengumpulan data : dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi untuk mendapatkan data sekunder. a. Kejadian pre eklamsia, kriteria: 1) Pre eklamsi ringan: a) Peningkatan tekanan darah: Sistol >140-<160 mmhg; diastol >90-<110 mmhg b) Protein urin: kuantitatif > 0,3 g/24 jam atau kualitatif +1-2 c) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan 2) Pre eklamsi berat: a) Peningkatan tekanan darah: Sistol >160 mmhg; diastol >110 mmhg b) Protein urin: > 5g/24 jam c) Edema umum dan paru serta sesak dan sianosis (Manuaba, 2008: 91; Tjandra dan Rambulangi, 2006: 1)

b. Umur, kriteria: 1) <20 tahun 2) 20-35 tahun 3) >35 tahun c. Paritas, kriteria: 1) Nulipara 2) Primipara 3) Multipara 4) Grande multipara d. Kehamilan ganda, kriteria: 1) Kehamilan ganda 2) Kehamilan tunggal e. Riwayat penyakit, kriteria: 1) Hipertensi 2) Diabetes mellitus 3) Pre eklamsia HASIL PENELITIAN Ibu berumur >35 tahun mengalami pre eklamsia terbanyak yaitu sebanyak 218 responden (66,0%). Ibu dengan paritas nulipara mengalami pre eklamsia terbanyak yaitu sebanyak 195 responden (59,0%). Ibu dengan kehamilan ganda mengalami pre eklamsia terbanyak yaitu sebanyak 284 responden (86,0%). Ibu dengan riwayat penyakit mengalami pre eklamsia terbanyak yaitu 197 responden (59,7%). kejadian pre eklamsia terbanyak adalah pre eklamsia berat yaitu sebanyak 208 responden (63,0%). dalam tabulasi silang kejadian pre eklamsia ringan hampir setengah terjadi pada ibu yang berumur 20-35 tahun dengan 62 responden (47,7%), sedangkan kejadian pre eklamsia berat hampir setengah terjadi pada ibu yang berumur >35 tahun dengan 167 responden (83,5 kejadian pre eklamsia ringan sebagian besar terjadi pada ibu dengan primipara sebanyak 71 responden (43,0%), sedangkan kejadian pre eklamsia berat hampir seluruhnya terjadi pada ibu dengan nulipara sebanyak 127 responden (77,0%). Pada kehamilan ganda kejadian pre eklamsia berat lebih banyak terjadi yaitu sebanyak 29 responden (63,0%). kejadian pre eklamsia ringan sebagian besar terjadi pada ibu dengan riwayat penyakit hipertensi sebanyak 150 responden (70,8%), sedangkan kejadian pre eklamsia berat hampir setengah terjadi pada ibu dengan riwayat pre eklamsia sebanyak 48 responden (40,7%). Hampir setengah Ibu hamil Trimester III yang berumur >35 tahun sebanyak 218 responden (66,0%) mengalami pre eklamsia. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa kejadian pre eklamsia ringan hampir setengah terjadi pada ibu yang berumur 20-35 tahun dengan 62 responden (47,7%), sedangkan kejadian pre eklamsia berat hampir setengah terjadi pada ibu yang berumur >35 tahun dengan 167 responden (83,5%). Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya pre eklamsia/ eklamsia (Rozikhan, 2007: 41). Menurut Sarwono (2006), faktor yang berhubungan dengan terjadinya pre eklampsia yaitu faktor usia dan paritas. Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20

tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi, psikologi, social dan ekonomi (Tuslihah, 2011: 1). Umur ibu pada saat kehamilan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat resiko kehamilan dan persalinan. Wanita yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki resiko tinggi terhadap kejadian pre eklamsia (Langelo, dkk., 2013: 6). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rozanna (2009) menunjukkan bahwa ibu yang berusia 35 tahun merupakan faktor resiko terhadap kejadian pre eklamsia dengan nilai OR 2.75. Hasil yang sama juga ditunjukkkan oleh Utama (2008) adanya hubungan yang bermakna antara umur ibu melahirkan dengan kejadian pre eklamsia. Resiko kejadian pre eklamsia ibu melahirkan dengan umur 20 tahun dan 35 tahun adalah 3,67 kali lebih besar. Berdasarkan hasil penelitian, ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun, rentan terjadinya pre eklamsia. dengan bertambahnya umur cenderung meningkatkan penyebab terjadinya resiko pre eklamsia. Ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun cenderung mengalami pre eklamsia berat karena pada umur yang sudah berlebih sistem hormone dan organ tubuh tidak seperti dulu atau melemah. Oleh karena itu rentan terhadap berbagai penyakit yang menyertai. Dan biasanya ibu hamil dengan umur 20-35 tahun juga udah dapat mengalami pre eklamsia ringan. Hal ini bisa dikarenakan kurangnya ibu untuk melakukan pemeriksaan antenatal. Tinggi rendahnya umur seseorang mempengaruhi terjadinya pre eklamsia. Hampir setengah Ibu hamil Trimester III dengan paritas nulipara sebanyak 195 responden (59,0%) yang mengalami pre eklamsia. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa kejadian pre eklamsia ringan sebagian besar terjadi pada ibu dengan primipara sebanyak 71 responden (43,0%), sedangkan kejadian pre eklamsia berat hampir seluruhnya terjadi pada ibu dengan nulipara sebanyak 127 responden (77,0%). Para adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm (Manuaba, 2010: 166). Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan aborsi (Salmah, dkk., 2006: 133). Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah mencapai kehamilan melewati tahap abortus. Ia mungkin pernah hamil, mungkin juga tidak, atau mungkin pernah mengalami spontaneous abortus atau elektif (Leveno, 2009: 41). Pada umumnya pre eklamsia diperkirakan sebagai penyakit pada kehamilan pertama. Bila kehamilan sebelumnya normal, maka insiden pre eklamsia akan menurun, bahkan abortus pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor protektif terhadap kejadian pre eklamsia. Hal ini disebabkan pada kehamilan pertama atau nulipara, pembentukan antibodi penghambat belum sempurna, sehingga meningkatkan risiko terjadinya pre eklamsia (Indriani, 2012: 9). Dari hasil penelitian pasien nulipara pada kelompok kasus adalah 53,8% dan pada nulipara non preeklamsia 48,8% sedangkan pada pasien preeklamsia yang sudah pernah melahirkan anak 1-4 proporsinya adalah 46,3 dan pada yang non preeklamsia adalah 48,8 % sama dengan yang nulipara dan untuk yang sudah pernah melahirkan >4 pada sampel pasien preeklamsia tidak ada atau 0%, sedangakan nilai odds ratio (OR) untuk kelompok nulipara menunjukkan bahwa ibu nulipara mempunyai resiko 1.222 lebih besar untuk mengalami pre eklamsia daripada ibu yang sudah melahirkan sebelumnya (Indriani, 2012: 38).

Berdasarkan hasil penelitian, ibu dengan paritas nulipara lebih beresiko preklamsia karena ibu dengan nulipara masih berada pada awal usia reproduksi dengan usia yang masih muda sehingga sangat rentan untuk terjadinya pre eklamsia. Hal itu menyebabkan ibu dengan nulipara dapat mengalami pre eklamsia ringan maupun berat. Karena masih minimnya pengetahuan dan sistem reproduksi yang masih belum matang, ibu dengan nulipara harus lebih taat melakukan pemeriksaan antenatal guna mengetahui perkembangan janinnya. Hampir setengah Ibu hamil Trimester III dengan kehamilan tunggal sebanyak 284 responden (86,0%) mengalami pree eklamsia. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebagian besar kejadian pre eklamsia berat terjadi pada ibu dengan kehamilan ganda sebanyak 29 responden (63,0%). Kehamilan ganda atau hamil kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sejak ditemukannya obat dan cara induksi ovulasi, maka laporan dari seluruh pelosok dunia, frekuensi kehamilan kembar cenderung meningkat. Bahkan sekarang telah ada hamil kembar lebih dari enam (Mochtar, 2013: 179). Kejadian kehamilan ganda dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor genetik atau keturunan, umur dan paritas, ras/suku bangsa, dan obat pemicu ovulasi (Prawirohardjo, 2010: 311). Kehamilan ganda merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi kejadian pre eklamsia. tetapi dari hasil penelitian, didapatkan data yaitu paling banyak ibu hamil trimester III di RSUD Bangil Pasuruan yang mengalami pre eklamsia adalah ibu dengan kehamilan tunggal. Dikarenakan ibu dengan kehamilan tunggal tersebut memiliki faktor lain yang mendukung kuat untuk terjadinya pre eklamsia. seperti saat kehamilan disertai dengan hipertensi, odema, dan lain sebagainya. Jadi tidak selalu ibu hamil dengan kehamilan ganda yang dapat mengalami pre eklamsia saja, tetapi ibu dengan kehamilan tunggal dapat mengalami pre eklamsia rinagn maupun pre eklamsia berat. Dari 330 orang yang diteliti di RSUD Bangil Pasuruan didapatkan 284 orang yang mengalami preeklamsia dengan kehamilan tunggal. Sebagian besar Ibu hamil Trimester III mengalami pre eklamsia dengan riwayat penyakit hipertensi sebanyak 19 responden (59,7%). Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa kejadian pre eklamsia ringan sebagian besar terjadi pada ibu dengan riwayat penyakit hipertensi sebanyak 150 responden (70,8%), sedangkan kejadian pre eklamsia berat hampir setengah terjadi pada ibu dengan riwayat pre eklamsia sebanyak 48 responden (40,7%). Faktor predisposing lainnya dari terjadinya pre-eklampsia atau eklampsia adalah adanya riwayat hipertensi kronis atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya atau hipertensi esensial. Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga diantara para wanita penderita tekanan darahnya tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain (Rozikhan, 2007: 40). Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Terdapat banyak fackor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan,yaitu kelompok primigravida, hiperplasentosis seperti mola hidatodosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus,bayi besar, hidrops

fetalis, lalu umur yang ekstrim, riwayat keluarga pernah pre eklamsia, penyakitpenyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, obesitas (Sarwono, 2006: 531). Kebanyakan ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit terutama seperti hipertensi di kehamilan yang lalu ataupun riwayat kesehatannya, memicu terjadinya preeklamsia pada kehamilannya sekarang ataupun mendatang. Hipertensi dalam kehamilan tentu saja dipicu oleh faktor lain yang mempengaruhinya. Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi lebih banyak dimasukkan dalam ketegori preeklamsia ringan, jika hanya hipertensi yang diderita, tetapi dapat juga mengalami pre eklamsia berat jika melebihi batas syarat pre eklamsia. dari hasil penelitian, menyatakan bahwa dari 330 orang yang diteliti di RSUD Bangil Pasuruan yang mengalami preeklamsia dengan riwayat penyakit hipertensi sebanyak 150 orang. Sebagian besar ibu hamil Trimester III pada Februari 2013 Februari 2014 di RSUD Bangil Pasuruan didapatkan data bahwa hampir setengah responden adalah 208 responden (63,0%) mengalami pre eklamsia berat. Pre eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias, yaitu hipertensi, proteinuria dan edema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya (Mochtar, 2013: 143). Wanita hamil cenderung dan mudah mengalami pre eklamsia bila mempunyai faktorfaktor predisposisi antara lain, nulipara umur belasan tahun, pasien yang miskin dengan pemeriksaan antenatal yang kurang atau tidak sama sekali dan nutrisi yang buruk terutama dengan diet kurang protein, mempunyai riwayat pre eklamsia/eklamsia dalam keluarga, mempunyai penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya. Kehamilan-kehamilan dengan trofoblas yang berlebihan ditambah vili korion: kehamilan ganda, mola hidatidosa, diabetes mellitus, hidrops fetalis (Taber dalam Indriani, 2012: 11). Diagnosis dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan mortalitas rendah bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadinya pre eklamsia sukar dicegah, namun pre eklamsia berat dan eklamsi biasanya dapat dihindarkan dengan mengenal secara dini penyakit itu dan dengan penanganan secara sempurna. Pada umumnya, diagnosis pre eklamsia didasarkan atas adanya 2 dari trias tanda utama: hipertensi, edema dan proteinuria. Namun diagnosis diferensial antara pre eklamsia dengan hipertensi menahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran (Prawirohardjo, 2006: 288). Ibu hamil dengan pre eklamsia perlu di tindak lanjuti mengingat AKI dan AKA semakin banyak karena kasus pre eklamsia. Sekarang sudah banyak ibu hamil yang mengalami pre eklamsia berat dari pada pre eklamsia ringan, itu tandanya kalau sudah pre eklamsia berat takutnya malah menuju ke eklamsia. Pencegahan sejak dini sangat diperlukan mulai dari pengawasan pada saat pemeriksaan antenal, menjauhkan dari faktor yang melatarbelakangi kejadian pre ekalmsia. Dari hasil penelitian didapatkan hasil ibu hamil yang mengalami preeklamsia lebih banyak menderita preeklamsia berat yaitu sebanyak 208 orang dari 330 orang, sisanya adalah ibu hamil yang menderita preeklamsia ringan.

SIMPULAN 1. Kejadian pre eklamsia ibu hamil trimester III di RSUD Bangil Pasuruan sebagian besar adalah pre eklamsia berat sebanyak 208 responden (63,0%). 2. Umur ibu dengan kejadian pre eklamsia sebagian besar adalah kelompok usia beresiko tinggi ( > 35 tahun ) sebanyak 218 responden (66,0%). 3. Paritas Ibu dengan kejadian pre eklamsia sebagian besar adalah pada nulipara sebanyak 195 responden (59,0%). 4. Kehamilan Ganda ibu dengan kejadian pre eklamsia tidak berpengaruh melainkan didapatkan hasil kehamilan tunggal dengan kejadian pre eklamsia hampir seluruhnya adalah 284 responden (86,0%). 5. Riwayat penyakit ibu dengan kejadian pre eklamsia sebagian besar adalah dengan riwayat penyakit hipertensi sebanyak 197 responden (59,7%). REKOMENDASI 1. Bagi peneliti dan peneliti selanjutnya Diharapkan untuk peneliti lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang penelitian sehingga pada penelitian berikutnya akan lebih mengembangkan permasalahan sedangkan bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat menggunakan metode penelitian yang lain atau judul yang lebih bervariatif sehingga hasil penelitian akan membantu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan. 2. Bagi instansi pendidikan Dapat memberikan tambahan materi dalam pembelajaran antenatal care sehingga dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang umur, paritas, kehamilan ganda, dan riwayat penyakit ibu hamil trimester III yang melatarbelakangi kejadian preeklamsia, serta dapat dijadikan data awal bagi penelitian selanjutnya dalam permasalahan yang sama. 3. Bagi instansi kesehatan Lebih meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan yang bekerja di instansi agar mampu memberikan pelayanan terutama saat antenatal care dengan lebih baik dan terampil seperti mengikuti seminar atau pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan tugas pelayanan. 4. Bagi masyarakat Diharapkan pada masyarakat untuk lebih meningkatkan informasi tentang umur, paritas, kehamilan ganda, dan riwayat penyakit ibu hamil trimester III yang melatarbelakangi kejadian preeklamsia untuk kesejahteraan kesehatan ibu. 5. Bagi tenaga kesehatan Diharapkan untuk meningkatkan ketermpilan yang dimiliki terutama tentang umur, paritas, kehamilan ganda, dan riwayat penyakit ibu hamil trimester III yang melatarbelakangi kejadian preeklamsia melalui seminar maupun pelatihan sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dan dapat memberikan pelayanan yang lebih untuk memantau kondisi ibu yang beresiko preeklamsia.

6. Bagi tempat penelitian Instansi pelayanan kesehatan lebih intensif lagi dalam memberikan pendidikan kesehatan terutama tentang umur, paritas, kehamilan ganda, dan riwayat penyakit ibu hamil trimester III yang melatarbelakangi kejadian preeklamsia sehingga pengetahuan ibu dapat lebih ditingkatkan dan dapat mencegah kehamilan di usia tersebut. Alamat Korespondensi : - Alamat rumah : PERUM SUKODONO PERMAI jl. Kesemek 09 RT 34 RW 06 desa Selok Besuki Kec. Sukodono - Email : megalolytasari@gmail.com - No. HP : 085707615500