BAB IV DATA DAN ANALISA SERTA APLIKASI ANTENA. OMNIDIRECTIONAL 2,4 GHz

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA ANTENA MIKROSTRIP. mejelaskan secara tepat mengingat sangat banyaknya faktor yang

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ANTENA. OMNIDIRECTIONAL 2.4 GHz

BAB III PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUKURAN PARAMETER ANTENA HORN PIRAMIDA

karakteristik dan implementasi antena horn piramida yang digunakan dalam komunikasi antar titik jaringan LAN nirkabel (wifi) yang beroperasi pada

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. dan dengan siapa saja. Teknologi wireless merupakan teknologi yang dapat

BAB III PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH RECTANGULAR SLOT DUAL BAND 2,4 GHz - 5,8 GHz

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL..i ABSTRAKSI...v KATA PENGANTAR.vi DAFTAR ISI..viii DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR TABEL..xiii

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

IMPLEMENTASI ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG-H UNTUK LINK LOS WIRELESS-LAN 2,4 GHz

BAB IV HASIL SIMULASI, PENGUKURAN DAN ANALISA Simulasi Parameter Antena Mikrostrip Patch Circular Ring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA

BAB III. PERANCANGAN ANTENNA YAGI 2,4 GHz

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi Alat dan Cara Penggunaan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Bab IV Pemodelan, Simulasi dan Realisasi

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

RANCANG BANGUN ANTENA OMNIDIRECTIONAL 15 dbi UNTUK PENGUAT SINYAL WIRELESS FIDELITY (Wi-Fi)

Gambar 4.1 Konfigurasi pengukuran port tunggal

PERANCANGAN ANTENA HELIX UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA ULTRAWIDEBAND

BAB I PENDAHULUAN. wireless dimana transmisi sinyal tanpa menggunakan perantara konduktor / wire.

RANCANG BANGUN ANTENA SLOT OMNIDIRECTIONAL 13 dbi UNTUK APLIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (LAN) Rahmi Sari Marina Daulay NIM :

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

BAB IV. Perancangan Dan Realisasi Antena Horn

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang II. Definisi Acces Point III. Fungsi Acces Point

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISA SINYAL WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM BERDASARKAN JARAK ANTAR ACCES POINT PADA PERPUSTAKAAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

LAMPIRAN 1 GRAFIK PENGUKURAN PORT TUNGGAL

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz

[Type the document title]

InSSIDer. Noviatur Rohmah Penegretian SSID dan inssider. Lisensi Dokumen:

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

Perancangan, Realisasi, dan Pengujian Antena Helik Mode Axial pada Access Point Wireless-G 2,4 GHz Broadband Linksys

Transmisi Signal Wireless. Pertemuan IV

Software Wireless Tool InSSIDer untuk Monitoring Sinyal Wireless

BAB II TEORI DASAR. pengenalan wireless LAN dan konektor yang digunakan dalam pembuatan antena.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PLANAR ARRAY

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin

DAFTAR PUSTAKA. 1. Balanis Constatantine, A John Wiley - Sons Analysis And Design Antena Theory Third Edition.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

BAB III PERANCANGAN, PEMBUATAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SIRKULAR UNTUK APLIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

Rancang Bangun Antena Quad-Horn Dengan Feeding Monopole Implementasi pada Wireless LAN pada Frekuensi 2,4 GHz

RANCANG BANGUN ANTENA SLOT WAVEGUIDE 2,4 GHZ. Reza Farizqi 1,Mudrik Alaydrus 2 1,2

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI BAHAN PADA PEMBUATAN ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG MEDAN LISTRIK (E)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Jaringan Wireless. Komponen utama pembangun jaringan wireless. 1. PC Personal Computer)

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)

ANTENA OMNIDIREKT10NAL 2,4 GHZ

OPTIMALISASI PERENCANAAN KONFIGURASI WIRELESS LAN DENGAN METODE DRIVE TEST (Studi kasus : Kantor Wireless Broadband Telkom Malang)

SETTING MIKROTIK WIRELESS BRIDGE

BAB III PEMBAHASAN Kegiatan Kerja Praktek

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

ANTENA MIKROSTRIP MONOPOLE PITA LEBAR SEGI EMPAT UNTUK APLIKASI DVB-T

Perancangan Antena Metamaterial Berbasis NFRP Pada Frekuensi GPS L1 (1,5754 GHz) Untuk Sistem Transfer daya Nirkabel

BAB IV ANALISA PENGUKURAN PERFORMAN IMPLEMENTASI WI-FI OVER PICOCELL

Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERINTAH MAGANG... SURAT KETERANGAN SELESAI MAGANG... INTISARI... ABSTRACT...

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUJIAN DAYA PANCAR ANTENA YAGI TERHADAP EMPAT JENIS ANTENA PENERIMA

Desain Antena Log Periodik Mikrostrip Untuk Aplikasi Pengukuran EMC Pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz

TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.

BAB 4 PENGUKURAN ANTENA, HASIL dan ANALISA

BAB XIII. Wireless LAN dan Hotspot

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

Membuat Jaringan Point-to-Point Wireless Bridge antar BTS dengan Router Mikrotik RB 411 dan Antena Grid

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tersebut dapat diketahui hasil sinyal Wi-Fi. 1. Pergerakan penumpang Terminal 3

PERCOBAAN VII Komunikasi Data WLAN Indoor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pertemuan 9 SISTEM ANTENA. DAHLAN ABDULLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertemuan ke-6 Sensor : Bagian 2. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

ANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010

BAB I PENDAHULUAN. Wireless Local Area Network (WLAN) merupakan salah satu aplikasi

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0

BAB I PENDAHULUAN. Penyesuaian impedansi (matching impedance) adalah suatu upaya untuk

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dalam implementasi Passive

PERCOBAAN 8 WIRELESS LAN MODE INFRASTRUKTUR (SETTING ACCESS POINT)

BAB I PENDAHULUAN. Antena merupakan perangkat telekomunikasi yang berfungsi untuk

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

LAPORAN LAB TEKNIK HF DAN ANTENNA

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2,3 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED

Transkripsi:

BAB IV DATA DAN ANALISA SERTA APLIKASI ANTENA OMNIDIRECTIONAL 2,4 GHz 4.1 Umum Setelah melakukan proses perancangan dan pembuatan antena serta pengukuran atau pengujian antena Omnidirectional 2,4 GHz, proses selanjutnya adalah membandingkan serta menganalisa hasil pengukuran dengan hasil simulasi dan mengaplikasikan antena Omnidirectional 2,4 GHz yang telah dibuat untuk digunakan pada komunikasi data atau jaringan komputer secara wireless dengan frekuensi 2,4 GHz. Ada beberapa aplikasi yang digunakan pada antena Omnidirectional 2,4 GHz yaitu sebagai pemancar dan penerima. 4.2 Data Hasil Pengukuran VSWR dan Impedansi Input Antena Omnidirectional Dari hasil pengukuran antena Omnidirectional menggunakan R3770 Network Analyzer (NA) pada frekuensi 2,4 dan 2,441 GHz, maka diperoleh nilai VSWR dan nilai impedansi input pada tabel sebagai berikut. Tabel 4.1 Hasil Pengukuran VSWR No. Frekuensi (GHz) Nilai VSWR 1 2,400 1,681 2 2,441 2,872 50

51 Dari tabel diatas dapat dilihat nilai VSWR antena Omnidirectional pada frekuensi 2,400 GHz yaitu 1,681. Meskipun nilai tersebut kurang baik akan tetapi yang didapat masih <2. Ketika frekuensi dinaikkan pada 2,441 Ghz nilai VSWR yang didapat semakin besar yaitu 2,872. Jadi perbedaan nilai frekuensi menimbulkan perbedaan terhadap nilai VSWR dan perubahan tersebut diakibatkan adanya interferensi dimana sinyal mengalami attenuasi di ruang bebas dan dipantulkan oleh benda-benda di sekitar ruangan. Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Impedansi Input No. Frekuensi (GHz) Nilai Real (Ω) Nilai Imajiner (Ω) Induktansi ( H) 1 2,400 74,739 22,740 1,508 2 2,441 61,597 54,747 3,569 Pada tabel di atas dapat dilihat besaran nilai impedansi input antena Omnidirectional dalam bilangan kompleks yang dihasilkan dari pembacaan data hasil pengukuran dalam bentuk smitch chart pada frekuensi 2,4 GHz dan 2,441 GHz. Dimana bilangan kompleks tersebut memiliki bagian real dan bagian imajiner. Bagian real merupakan resistansi (tahanan) masukan yang menyatakan daya yang diradiasikan oleh antena pada medan jauh. Sedangkan bagian imajiner merupakan reaktansi masukan yang menyatakan daya yang tersimpan pada medan dekat antena. Dari hasil pengukuran, nilai impedansi input antena Omnidirectional pada frekuensi 2,4 GHz seperti yang tertera pada tabel di atas, yaitu memiliki

52 impedansi input sebesar 74,739 Ω + 22,740 Ω. Besar nilai impedansi input ternyata mempengaruhi nilai VSWR, karena apabila antena Omnidirectional dihubungkan dengan saluran transmisi yang mempunyai impedansi karakteristik sebesar 50 Ω, maka akan menimbulkan gelombang pantul yang perbandingannya kita kenal dengan istilah VSWR. 4.3 Data Hasil Pengukuran Pola Radiasi Setelah melalui langkah-langkah pengukuran pola radiasi antena Omnidirectional 2,4 GHz pada bidang E dan H, maka dapat diketahui bentuk pola radiasi yang diperoleh dari pengukuran level sinyal antena dan data pengukuran tersebut dinormalisasi, dan setelah itu diproses sehingga mendapatkan pola radiasi yang sesuai dengan data yang didapat. Data hasil pengukuran serta normalisasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

53 Tabel 4.3 Data hasil pengukuran pola radiasi bidang H Posisi (derajat) Sinyal (dbw) Sinyal (mw) 0-26 2,511 1 10-28 1,585 0,631 20-28 1,585 0,631 30-26 2,511 1 40-28 1,585 0,631 50-26 2,511 1 60-26 2,511 1 70-28 1,585 0,631 80-28 1,585 0,631 90-26 2,511 1 100-28 1,585 0,631 110-28 1,585 0,631 120-28 1,585 0,631 130-26 2,511 1 140-26 2,511 1 150-26 2,511 1 160-26 2,511 1 170-28 1,585 0,631 180-26 2,511 1 190-28 1,585 0,631 200-28 1,585 0,631 210-26 2,511 1 220-26 2,511 1 230-26 2,511 1 240-26 2,511 1 250-26 2,511 1 260-26 2,511 1 270-26 2,511 1 280-28 1,585 0,631 290-28 1,585 0,631 300-26 2,511 1 310-26 2,511 1 320-28 1,585 0,631 330-26 2,511 1 340-26 2,511 1 350-28 1,585 0,631 360-26 2,511 1 Sinyal Ternormalisasi

54 Gambar 4.1 Pola radiasi bidang H Dari gambar pola radiasi diatas dapat dilihat bahwa pola radiasi bidang H menyebar ke segala arah. ini disebabkan karena level sinyal terbesar ada pada posisi antena 0º. Pada posisi tersebut antena menerima sinyal secara maksimal. Kemudian ketika antena diputar level sinyal yang ditangkap akan berkurang. Ini karena posisi antena tidak tepat mengarah pada pemancar dalam hal ini adalah Access Point. Dari data hasil pengukuran pula dapat diketahui level sinyal berkisar -26 dbm dan -28 dbm, hal ini membuat gambar grafik pola radiasi bidang H pada Gambar 4.1 hampir menyebar ke segala arah.

55 Tabel 4.4 Data hasil pengukuran pola radiasi bidang E Posisi (derajat) Sinyal (dbw) Sinyal (mw) 0-38 0,1585 0,126 10-37 0,1995 0,158 20-35 0,316 0,251 30-35 0,316 0,251 40-38 0,1585 0,126 50-37 0,1995 0,158 60-36 0,251 0,199 70-33 0,501 0,398 80-35 0,316 0,251 90-34 0,398 0,316 100-34 0,398 0,316 110-31 0,794 0,631 120-30 1 0,794 130-33 0,501 0,398 140-34 0,398 0,316 150-34 0,398 0,316 160-34 0,398 0,316 170-34 0,398 0,316 180-33 0,501 0,398 190-33 0,501 0,398 200-32 0,631 0,501 210-35 0,316 0,251 220-37 0,1995 0,158 230-36 0,251 0,199 240-35 0,316 0,251 250-33 0,501 0,398 260-34 0,398 0,316 270-34 0,398 0,316 280-33 0,501 0,398 290-33 0,501 0,398 300-34 0,398 0,316 310-32 0,0631 0,501 320-32 0,0631 0,501 330-34 0,398 0,316 340-29 1,259 1 350-30 1 0,794 360-38 0,1585 0,126 Sinyal Ternormalisasi

56 Gambar 4.2 Pola radiasi bidang E Sedangkan untuk pola radiasi bidang E nilai level sinyal tertinggi yaitu -29 dbm, sehingga membuat sudut 0º dan 180º tampak seperti sudut lancip pada grafik polar bidang E. Dimana sudut 0º pada bidang E diasumsikan posisi antena berdiri tegak lurus pada permukaan bumi dengan posisi konektor dibawah. Hal ini juga membuat gambar grafik pola radiasi bidang E hampir menyebar ke segala arah. 4.4 Data Hasil Pengukuran Gain berikut: Data yang didapat dari hasil pengukuran tertera pada tabel 4.5 sebagai

57 Tabel 4.5 Gain pada antena Omnidirectional dan antena standar Level Penerimaan Gain No Jarak (m) Antena Omnidirectional Pt (-dbm) Antena Standar Ps (-dbm) Antena Omnidirectional Gt (dbi) 1 200-59 -64 9,15 2 500-88 -90 6,15 3 700-89 -89 4,15 4 1000-94 -96 6,15 5 1500-98 -98 4,15 Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengukuran Gain Antena Omnidirectional Dari hasil pengukuran seperti yang tertera pada tabel 4.5 dapat diketahui nilai gain antena Omnidirectional pada frekuensi 2,4 GHz mendekati besar nilai gain yang diinginkan yaitu 9,15 dbi pada jarak 200. Harga faktor penguatan pada tabel diatas nilainya tergantung pada faktor attenuasi pada attenuator, temperatur (kondisi ruangan dan pengaruh benda-benda disekitarnya, sehingga sulit untuk dicari nilai yang tepat) dan jarak yang tertangkap oleh antena tersebut.

58 4.5 Perbandingan Hasil Simulasi Parameter Antena dengan Hasil Pengukuran dan Analisa Setelah diperoleh hasil pengukuran parameter antena, selanjutnya hasil tersebut dibandingkan dengan hasil simulasi menggunakan software SuperNEC. Di bawah ini ada table perbandingan antara nilai parameter yang dihasilkan dari hasil simulasi dan hasil pengukuran. Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Parameter Antena Omnidirectional Hasil Simulasi dengan Hasil Pengukuran pada Frekuensi 2,4 GHz No Jenis Parameter Antena Nilai Parameter Antena Hasil Simulasi Nilai Parameter Antena Hasil Pengukuran 1 VSWR 1,7 1,681 2 Impedansi 58,7 Ω j27,7 Ω 74,733 Ω + j 22,740 Ω 3 Gain 9,13 dbi 9,15 dbi Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan dimana nilai parameter yang dihasilkan lebih baik hasil pengukuran, karena posisi ground pada antena hasil rancangan lebih baik dari hasil simulasi, sehingga nilai VSWR yang didapat lebih baik hasil pengukuran dibanding dengan hasil simulasi. Nilai impedansi input yang dihasilkan akan berubah seiring dengan perubahan nilai VSWR, maka hasil nilai impedansi input hasil pengukuran lebih baik dari pada hasil simulasi dikarenakan besar impedansi input dipengaruhi oleh nilai VSWR. Nilai VSWR hasil pengukuran dikatakan cukup baik dikarenakan nilai VSWR yang dihasilkan masih <2 dan >1.

59 Untuk nilai gain pula sama lebih baik hasil pengukuran dari pada hasil simulasi karena nilai gain dipengaruhi oleh kondisi ketika melakukan pengukuran seperti: radiasi sinyal yang dipancarkan peka terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga sinyal yang berada di sekitar terserap oleh antena hasil pembuatan. Sedangkan perbandingan untuk pola radiasi pada bidang H dan bidang E lebih baik hasil simulasi karena hasil pengukuran dipengaruhi oleh beberapa hal seperti: a. Setting alat pada saat pengukuran sulit dipertahankan ketepatannya. b. Gelombang pantul yang cukup besar, karena benda-benda disekitar pengukuran. c. Radiasi sinyal yang dipancarkan sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya, karena sinyal akan mengalami attenuasi di ruang bebas dan dipantulkan atau diserap oleh benda-benda di ruangan, juga bahan yang digunakan mempengaruhi daya pancarnya. 4.6 Aplikasi Antena Omnidirectional pada jaringan Wireless-LAN 2.4 GHz Setelah melakukan pengukuran beberapa parameter, antena Omnidirectional telah siap digunakan pada jaringan Wireless-LAN 2,4 GHz. Pada pengujian antena pada jaringan Wireless-LAN ini kita tetap memanfaatkan bantuan Access Point. Antena Omnidirectional dipasang sebagai antena pada Access Point. 4.6.1 Aplikasi Antena Sebagai Antena Pemancar Sebelumnya Access Point kita set SSID sekaligus nomor IP nya. SSID yang diberikan kepada antena yang terpasang pada Access Point adalah

60 SAMSA_ELEKTRO. Konfigurasi jaringan wireless dapat dilihat seperti gambar 4.4 di bawah ini: Gambar 4.4 Konfigurasi jaringan wireless Pada gambar diatas antena terhubung dengan Access Point menggunakan kabel pigtail. Disekitar antena tersebut dapat diletakkan beberapa client yang diwakili oleh laptop yang memiliki perangkat wireless. Aktivitas wireless dapat terpantau dari laptop dengan menggunakan software Netstumbler. Sebelumnya akan dipantau jaringan wireless mana saja yang dapat ditangkap oleh laptop. Dengan memilih menu View Wireless Connection pada laptop.

61 Gambar 4.5 Jaringan wireless yang dapat tertangkap Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa SSID SAMSA_ELEKTRO telah tertangkap oleh laptop. Selanjutnya pilih connect pada SSID tersebut. Dengan software tersebut dapat pula melihat status wireless yang terjadi. Gambar 4.6 Tampilan Network Stumbler Dari gambar tampilan Netstumbler diatas dapat dilihat bahwa laptop telah mengenali SSID yang telah diset pada antena yang terpasang pada Access Point yaitu SSID SAMSA_ELEKTRO pada channel enam. Kekuatan sinyal yang diterima oleh laptop dapat pula dipantau. Dengan memilih SSID SAMSA_ELEKTRO. Antena yang terpasang pada Access Point adalah antena

62 Omnidirectional 2,4 GHz hasil pembuatan. Kekuatan sinyal dapt dilihat pada tampilan Netstumbler sebagai berikut: Gambar 4.7 SNR pada antena Omnidirectional 2,4 GHz Dari tampilan netstumbler pada Gambar 4.6 dapat dilihat besar sinyal yang dapat diterima oleh laptop ketika line of sight yaitu -13 dbm dengan signal noise to ratio (SNR) sebesar 87 db dan noise -100 db. Tampilan netstumbler ketika membaca sinyal pada Gambar 4.7 dapat dilihat sinyal yang diterima oleh laptop dari antena hampir stabil dengan kecepatan 54 Mbps. Dengan demikian antena Omnidirectional dapat dikatakan bisa digunakan sebagai pemancar pada jaringan wireless. Selanjutnya dapat pula dikombinasikan jaringan wireless dengan banyak konfigurasi. 4.6.2 Aplikasi Antena Sebagai Antena Penerima Ketika antena diaplikasikan sebagai antena penerima digunakan dua buah Access Point yang mana satu AP digunakan sebagai pemancar dan yang satu lagi digunakan sebagai penerima dimana antena pada AP yang digunakan sebagai penerima digantikan dengan antena hasil pembuatan. Sama halnya dengan antena

63 yang diaplikasikan sebagai pemancar dilakukan terlebih dahulu penyetingan pada Access Point yaitu pada Wireless Mode pilih Client, SSID broadcast dipilih enable. Dan untuk channel dipilih dengan memilih survey kemudian AP list kita akan keluar, setelah pilih SSID yang mempunyai nilai sinyal paling besar kemudian pilih connect. Setelah itu muncul status pada software di AP. Gambar 4.8 Tampilan Status dari Access Point Dari gambar diatas dapat dilihat status antena sebagai client dari AP dengan SSID Cybercity Server1 dengan mode 54 Mbps (802.11g). Selanjutnya level sinyal dapat dipantau dengan memilih menu Antena Aligment. Gambar 4.9 Tampilan besar sinyal yang diterima

64 Gambar 4.10 Tampilan Wireless Monitor dari sinyal yang diterima Dari Gambar 4.9 dapat dilihat sinyal yang diterima yaitu 63 db dengan presentasi sinyal 100%. Sedangkan pada Gambar 4.10 terdapat dua garis yaitu garis yang warna ungu menunjukkan besar sinyal yang diterima dan garis yang berwarna biru menunjukkan besar sinyal yang dipancarkan pada Gambar 4.10 dapat dilihat grafik sinyal dimana garis yang berwarna ungu mengalami peningkatan yang besar dengan nilai penerimaan maksimal sebesar 34,8906 Kbps dan penerimaan minimalnya sebesar 2,6347 Kbps sedangkan level disisi pemancar yang ditunjukkan oleh garis yang berwarna biru tidak mengalami perubahan yang berarti dengan pengiriman maksimal sebesar 0,1445 Kbps dan pengiriman minimal sebesar 0 Kbps. Hal ini dikarenakan Access Point yang digunakan sedang berada pada posisi penerima.