P - 80 STRATEGI SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI DITINJAU DARI DOMINASI OTAK KIRI DAN OTAK KANAN

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES BERPIKIR DUA SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI DOMINASI OTAK KIRI DAN OTAK KANAN

P 1 Proses Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar (SD) Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Pemecahan Masalah Matematika Terbuka

BAB II KAJIAN TEORITIK. Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

ANALISIS KESULITAN SISWA YANG DOMINAN MENGGUNAKAN OTAK KANAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIK

KECENDERUNGAN SISWA KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 ROWOKELE DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. dinamik dan generatif. Melalui kegiatan matematika (doing math), matematika

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sri Wahyuni, Tesis : Kemampuan Koneksi Matematika siswa SMP dalam Memecahkan

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY Rudi Santoso Yohanes

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

P 46 BERPIKIR KREATIF SISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM PEMECAHAN MASALAH

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH PADA SOAL CERITA SPLDV DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SALATIGA

KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP

P - 51 DIAGNOSIS KESALAHAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FAKTORISASI BENTUK ALJABAR

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BANYAK CARA, SATU JAWABAN: ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI

PROSIDING ISBN :

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

BAB I PENDAHULUAN. sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS CARA MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH LUAR BIASA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan demi meningkatnya kualitas pendidikan. Objek yang menjadi

PROSIDING ISSN: PM-31 BERPIKIR KONEKSI RELATIF MELALUIREFLEKSI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

Kata Kunci: analisis, perilaku, pemecahan masalah fisika, konvergen, divergen

Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Melalui Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

MAKALAH PPM WORKSHOP PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA TOPIK ARITMETIKA BAGI GURU-GURU SMP DI YOGYAKARTA. Oleh : Nila Mareta Murdiyani, M.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PROSIDING ISBN :

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING

STUDI KUALITATIF GAYA BERPIKIR PESERTA DIDIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA INTISARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : Matkon IV A

UPAYA MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM OPERASI PERKALIAN DENGAN METODE LATIS

Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga dan menggunakannya. dalam pemecahan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN PERBEDAAN GAYA BELAJAR

PROFIL PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA SMA DENGAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDEN DAN BERJENIS KELAMIN PEREMPUAN DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH DENGAN METODE MIND MAPPING DI KELAS BILINGUAL SMP NEGERI 1 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

Karakteristik Pemahaman Siswa dalam Memecahkan Masalah Limas Ditinjau dari Kecerdasan Visual-Spasial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ya Hedi Saputra, 2013

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Proses Berpikir Anak Tunanetra Dalam Menyelesaikan Operasi Aljabar Pada Permasalahan Luas Dan Keliling Persegi Panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Andrea Hirata, penulis buku Laskar Pelangi bisa sukses bukan karena ilmu

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

BAB II LANDASAN TEORI

Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar

PEMBIASAAN BERPIKIR KRITIS DALAM BELAJAR MATEMATIKA SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN INDIVIDU YANG KRITIS

MEMBANGUN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF MATEMATIKA

PROSES BERPIKIR MAHASISWA DALAM MENGKONSTRUKSI BUKTI MENGGUNAKAN INDUKSI MATEMATIKA BERDASARKANTEORI PEMEROSESAN INFORMASI

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

P 34 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH ANALISIS REAL I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

ISBN: ANALISIS BEBAN KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

PENGARUH PENGGUNAAN MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI DOMINASI OTAK KIRI DAN OTAK KANAN

Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODALITAS BELAJAR (VISUAL, AUDITORY, KINESTETIK) LEARNING STYLE (MODEL KERJA OTAK) (3 JAM)

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL ANALISIS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa yaitu Sekolah. Melalui pendidikan di

PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POLA BERPIKIR SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN METODE THINK ALOUD (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 4 MALANG)

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

PROSIDING ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATA KULIAH ALJABAR DAN TRIGONOMETRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA

P - 64 KEMAMPUAN SPASIAL SISWA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA DENGAN MEDIA GEOGEBRA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

Yonathan SMP Negeri 1 Tolitoli, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Transkripsi:

P - 80 STRATEGI SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI DITINJAU DARI DOMINASI OTAK KIRI DAN OTAK KANAN Rudi Santoso Yohanes Universitas Katolik Widya Mandala Madiun E-mail: rudisantoso@widyamandala.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang digunakan siswa SMP dalam menyelesaikan masalah geometri ditinjau dari dominasi peran belahan otak kiri dan otak kanan. Subjek penelitian ini adalah satu orang siswa yang dominan otak kiri dan satu orang siswa yang dominan otak kanan. Dua siswa ini dipilih dari 10 siswa SMP yang mengikuti pembinaan olimpiade matematika yang dibina oleh peneliti. Untuk menentukan siswa yang dominan otak kiri dan dominan otak kanan digunakan Tes Inventori Dominasi Otak Kiri dan Otak Kanan. Sedangkan untuk mendeskripsikan strategi yang digunakan siswa dalam memecahkan masalah geometri dilakukan dengan menganalisis dan mengintepretasikan langkah-langkah yang digunakan siswa, menggunakan metode Think Aloud. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang dominan otak kiri cenderung menggunakan pendekatan analitik, berpikir linier, sistematis, parsial. Sedangkan siswa yang dominan otak kanan cenderung menggunakan pendekatan visual, berpikir lateral, random, global, divergen. Kata Kunci: Strategi siswa, Otak kiri, Otak Kanan PENDAHULUAN Otak manusia terdiri atas dua belahan otak, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi dan peran yang berbeda, tetapi kedua belahan otak tersebut saling melengkapi satu sama lain. Otak kiri mengontrol gerakan tubuh bagian kanan dan otak kanan mengontrol gerakan tubuh bagian kiri. Otak kiri bertanggung jawab terhadap kemampuan verbal dan matematis, seperti: berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Otak kanan berurusan dengan irama, musik, imajinasi, emosi, warna, gambar, dan diagram. Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional, sedangkan belahan otak kanan proses berpikirnya bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Dalam kehidupan sehari-hari, otak kanan dan otak kiri secara alami saling bekerja sama. Kedua belahan otak ini mempunyai peran yang sama pentingnya (Solso, 1995). Lebih lanjut Menurut Rebecca Treays (dalam Wasi Dewanto, 2004) mengatakan bahwa otak kiri digunakan untuk berbicara dan berbahasa, menyelesaikan tugas-tugas Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa" pada tanggal 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

yang membutuhkan urutan tertentu seperti melakukan penjumlahan, mengikat tali sepatu. Sedangkan otak kanan digunakan untuk berimajinasi dalam gambar. Pada umumnya setiap orang biasanya memiliki kecenderungan untuk dominan pada salah satu belahan otak tersebut. Ada yang dominan otak kiri, ada yang dominan otak kanan. Dominasi peran belahan otak dapat terjadi karena dipengaruhi oleh lingkungan yang melingkupi orang tersebut, misalnya: sistem pendidikan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Kondisi yang merugikan adalah apabila dominasi itu menyebabkan fungsi belahan otak lainnya menjadi lemah. Kalau hal ini terjadi, maka akan membuat kemampuan berpikir kita menjadi tidak optimal. Dominasi belahan otak kiri dan otak kanan akan berpengaruh terhadap seseorang dalam menyerap informasi, dalam belajar, dalam memecahkan masalah, dan dalam proses berpikir. Berkaitan dengan hal di atas, dalam penelitian ini akan diteliti tentang strategi yang digunakan siswa SMP dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari dominasi otak kiri dan otak kanan. Dalam kehidupan nyata, banyak masalah yang memerlukan matematika untuk pemecahannya. Menyadari peranan penting matematika dalam menyelesaikan masalah sehari-hari, siswa perlu diajarkan pemecahan masalah. Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika adalah suatu proses dimana seorang siswa atau kelompok siswa menerima tantangan yang berhubungan dengan persoalan matematika yang penyelesaiannya dan caranya tidak bisa langsung ditentukan dengan mudah dan penyelesaiannya memerlukan ide matematika. George Polya (1957) menyatakan bahwa mendapat suatu masalah berarti mencari dengan sadar beberapa tindakan yang tepat untuk mencapai suatu tujuan yang jelas, tetapi tujuan tidak dapat dicapai dengan segera, dan menyelesaikan suatu masalah berarti menemukan tindakan tersebut. Krulik dan Rudnick (1995) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai suatu cara yang dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman untuk memenuihi tuntutan dari situasi yang tidak rutin. Moursund (2005) menyatakan bahwa seseorang dianggap memiliki atau mengalami masalah, bila dia menghadapi empat kondisi berikut ini: 1. Memahami dengan jelas kondisi atau situasi yang sedang terjadi. 2. Memahami dengan tujuan yang diharapkan. Memiliki berbagai tujuan untuk menyelesaikan masalah dan dapat mengarahkan menjadi satu tujuan penyelesaian. 3. Memahami sekumpulan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi situasi yang terjadi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. 4. Memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu masalah ditandai oleh: 1. Adanya keadaan awal, yaitu informasi tentang situasi tertentu yang dapat dipakai sebagai titik tolak. 2. Adanya keadaan akhir, yang merupakan tujuan. MP-752

3. Adanya kesulitan yang secara sadar dialami oleh siswa untuk membawa atau mengubah keadaan awal ke keadaan akhir. Sehingga dapat dikatakan bahwa seorang siswa dikatakan menghadapi masalah apabila dia menyadari menyadari kesulitan untuk membawa atau mengubah keadaan awal ke keadaan akhir. Ini berarti kalau seorang siswa tidak menyadari adanya kesulitan, atau menyadari tetapi tidak berkeinginan untuk mengatasinya, atau seseorang tidak mengalami kesulitan untuk membawa keadaan awal ke keadaan akhir, maka sesuatu itu bukan merupakan masalah bagi siswa tersebut. Dengan demikian menyelesaikan suatu masalah berarti berusaha memperoleh apa yang dicari. Dan harus diakui, hal ini bukan merupakan hal yang mudah bagi sebagian besar siswa. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Gagne dalam teori belajarnya, bahwa belajar memecahkan masalah merupakan kegiatan belajar yang paling tinggi tingkatannya. Pada jenis belajar ini, seorang siswa dihadapkan pada situasi dimana untuk menanggapinya tidak ada (hukum, rumus, atau teorema) yang dapat digunakan, karena mungkin aturan itu belum diketahui atau karena aturan tersebut memang belum ada sama sekali, sehingga untuk menanggapi situasi tersebut, siswa harus berpikir dengan serius dalam rangka menentukan suatu tanggapan. Untuk menentukan tanggapan tersebut, siswa perlu mengingat kembali semua pengetahuan yang kira-kira relevan dan kemudian menggabungkan semua pengetahuan itu dengan ciri-ciri yang sesuai dengan situasi yang dihadapi dan kemudian setelah semua ini diolah dalam pikiran, siswa lalu dapat menentukan tanggapan atau kesimpulan yang tepat. Untuk memecahkan suatu masalah dibutuhkan suatu keinginan atau hasrat untuk mencari penyelesaian dari masalah tersebut, disamping itu juga dibutuhkan suatu perasaan bahwa masalah itu mampu diselesaikan serta kepercayaan akan kemampuan untuk segera dapat memulai memecahkan masalah. Untuk menumbuhkan rasa percaya akan kemampuan untuk segera memulai memecahkan masalah dibutuhkan pengalaman dalam memecahkan masalah dan pengertian langkah-langkah umum atau prosedur dalam memecahkan masalah. Proses berpikir merupakan aktivitas kognitif yang tidak dapat dilihat secara kasat mata, namun dapat diketahui melalui ekspresi respon secara lisan maupun tulisan dan perilaku. Proses-proses kognitif yang terjadi pada setiap orang dalam mengolah informasi adalah berbeda-beda sehingga dari perbedaan tersebut melahirkan karakteristik setiap individu dalam mempersepsi, berpikir, mengingat, maupun memecahkan masalah. Untuk menggali proses berpikir matematis seseorang, dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1. Menganalisis dan menginterpretasikan langkah-langkah yang digunakan subjek penelitian dalam menyelesaikan masalah matematika. 2. Menggunakan metode Think Alouds (Think Out Loud), yaitu sebuah metode untuk mengetahui proses berpikir subjek penelitian. Metode ini dilakukan dengan meminta subjek penelitian untuk menyelesaikan masalah sekaligus menceritakan proses berpikirnya. Think Alouds dikembangkan oleh ahli psikologi kognitif dengan tujuan untuk mempelajari bagaimana seseorang memecahkan masalah. Ketika seseorang MP-753

memecahkan, maka apa yang dipikirkan dapat direkam dan dianalisis untuk menentukan proses kognitif yang terkait dengan masalahnya. Olson, Duffy, dan Mack (1988) menegaskan bahwa metode Think Alouds dikhususkan untuk mengkaji proses berpikir. 3. Melakukan Wawancara Klinis, yaitu wawancara yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk mengungkap proses berpikir subjek penelitian, setelah subjek penelitian selesai mengerjakan tugas/masalah yang diberikan. Dalam wawancara klinis, peneliti biasanya meminta kepada subjek penelitian untuk menjelaskan atau memberi klarifikasi mengenai langkah-langkah/cara yang digunakan untuk menyelesaikan tugas/masalah, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang jelas mengenai proses berpikir subjek penelitian. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif-eksploratif. Dikatakan demikian karena penelitian ini berupaya untuk memaparkan atau mendeskripsikan temuan dari hasil penelitian dan mencari jawaban (eksplorasi) terhadap proses berpikir siswa terkait dengan dominasi otak kiri dan otak kanan. Subjek penelitian ini adalah dua siswa SMP yang dipilih dari 10 siswa yang mengikuti pembinaan olimpiade yang dibina oleh peneliti. Satu orang siswa dipilih yang dominan otak kiri dan Satu orang siswa dipilih yang dominan otak kanan. Untuk memilih siswa yang dominan otak kiri dan yang dominan otak kanan digunakan Tes Inventori Dominasi Otak Kiri dan Otak Kanan. Tes ini diadaptasi oleh Peneliti dari: (a) Brain Test, yang dikembangkan oleh Tony Buzan; (b) Options: Determining Type Preferences for Adolescents, dikembangkan oleh Carolyn Marie Mamchur, Simon Fraser University; dan (c) Hemispheric Dominance Inventory Test, dikembangkan oleh Brain Wave Entrainment Technology. Siswa diminta untuk menanggapi setiap pernyataan dengan memilih tepat satu pilihan dari dua pilihan yang tersedia yang paling cocok dan paling disukai oleh siswa. Salah satu alternatif pilihan merupakan karakteristik dari otak kiri dan pilihan yang lain merupakan karakteristik otak kanan. Setelah 10 siswa mengerjakan Tes Inventori Dominasi Otak Kiri dan Otak Kanan, kemudian dipilih 1 siswa yang paling dominan otak kiri, yaitu Siski (bukan nama sebenarnya) dan 1 siswa yang paling dominan otak kanan, yaitu Siska (bukan nama sebenarnya). Untuk mendeskripsikan strategi yang digunakan siswa dalam memecahkan masalah matematika, dilakukan dengan cara menganalisis dan menginterpretasikan langkah-langkah/cara yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika sekolah. Peneliti juga menggunakan metode Think Aloud, yaitu meminta siswa untuk menyelesaikan masalah sekaligus menceritakan proses berpikirnya. Sedangkan masalah matematika yang digunakan dalam penelitian ini menitikberatkan pada bidang geometri. Masalah geometri yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 4 soal. Masalah geometeri yang digunakan dalam penelitian ini dirancang sedemikian rupa sehingga dapat diselesaikan dengan menggunakan lebih dari satu strategi dan pola pikir. Dengan MP-754

demikian siswa yang dominan otak kiri dan siswa yang dominan otak kanan dapat menyelesaikan masalah ini sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. HASIL PENELITIAN Berikut ini akan disajikan strategi yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Deskripsi mengenai strategi yang digunakan siswa didasarkan pada analisis dari langkah-langkah yang digunakan siswa dan metode Think Aloud. Masalah 1. Empat buah batang bambu dengan panjang 100 cm, 120 cm, 170 cm, dan 240 cm disambung menjadi satu. Pada setiap sambungan, bagian dari dua bambu masing-masing 30 cm diikat dengan tali. Tentukan panjang bambu setelah disambung. Hasil Analisis Masalah 1. Berikut ini disajikan strategi yang digunakan oleh Siski dan Siska. Pekerjaan Siski: Pekerjaan Siska Dari hasil pekerjaan Siski dan Siska di atas, terdapat perbedaan strategi yang digunakan Siski dan Siska. Siski menyelesaikan soal di atas langsung dengan menggunakan operasi hitung, sedangkan Siska menyelesaikan soal ini dengan menggunakan bantuan gambar. Siski berpendapat bahwa setiap sambungan dari dua bambu mengakibatkan panjang bambu akan berkurang pada dua ujungnya. Konsepsi inilah yang membuat jawaban Siski MP-755

menjadi salah. Sedangkan Siska dengan bantuan gambar dapat memahami ukuran dari setiap bambu setelah disambung, sehingga Siska dapat menyelesaikan masalah ini dengan benar. Masalah 2. Ada berapa buah segitiga pada gambar di bawah ini. Hasil Analisis Masalah 2 Berikut ini disajikan strategi yang digunakan oleh Siski dan Siska. Pekerjaan Siski Pekerjaan Siska Berdasarkan hasil pekerjaan Siski dan Siska, tampak bahwa dalam menyelesaikan masalah ini, Siski dan Siska menggunakan strategi yang sama, yaitu mendaftar nama segitiga-segitiga yang diminta. Perbedaanya, dalam melakukan pendaftaran nama segitiga, Siski lebih sistematis dibandingkan Siska yang cenderung acak. Akibatnya Siski lebih teliti dalam menyelesaikan masalah ini dan dapat menyebutkan banyaknya segitiga dengan benar. Sedangkan Siska hanya dapat menemukan 23 segitiga dari 27 segitiga yang ada. MP-756

Masalah 3. Gambar di bawah ini adalah segitiga siku-siku yang dibuat dari tiga lembar kertas dengan warna berbeda. Kertas yang berwarna merah dan biru adalah segitiga siku-siku dengan sisi terpanjang berturut-turut 3 cm dan 5 cm. Kertas berwarna kuning berbentuk persegi. Tentukan luas total kertas yang berwarna merah dan biru. Biru Kunin Merah Hasil Analisis Masalah 3 Berikut ini disajikan strategi yang digunakan oleh Siski dan Siska. Pekerjaan Siski MP-757

Pekerjaan Siska Pada saat mengerjakan masalah ini, terdapat perbedaan strategi yang digunakan Siski dan Siska. Siski menyelesaikan masalah ini secara analitik, sedangkan Siska menyelesaikan masalah ini secara visual (gambar). Kedua anak berhasil menyelesaikan masalah ini dengan benar. Namun demikian, Siska berhasil menjawab masalah ini dengan lebih singkat, yaitu dengan memutar segitiga merah sedemikian sehingga segitiga biru dan segitiga merah membentuk segitiga siku-siku. Masalah 4. Aturlah bangun-bangun datar A, B, C, D, dan E sedemikian sehingga dapat menutup dengan tepat bangun F. A B C D E Hasil Analisis Masalah 4 F Dalam menyelesaikan masalah ini, Siski dan Siska menggunakan strategi yang sama, yaitu dengan cara coba-coba dengan menggunakan imajinasinya. Dalam waktu 20 menit, Siski dapat menemukan 4 cara yang berbeda, sedangkan Siska dapat menemukan 8 cara yang berbeda. Ada indikasi bahwa kemampuan imajinasi Siska lebih baik dari pada Siski. Demikian pula kemampuan berpikir divergen dari Siska lebih baik dari pada Siski. Berikut ini disajikan hasil pekerjaan Siski dan Siska. MP-758

Pekerjaan Siski Pekerjaan Siska PEMBAHASAN Dari paparan analisis data dan hasil penelitian di atas, dalam menyelesaikan masalah matematika, Siski dan Siska cenderung menggunakan strategi yang berbeda. Jika suatu masalah dapat diselesaikan secara analitik dan visual, maka Siski cenderung menyelesaikan secara analitik dan Siska cenderung menyelesaikan secara visual. Hal ini tampak pada saat Siski dan Siska menyelesaikan masalah nomor 1 dan nomor 3. Dalam menyelesaikan suatu masalah matematika, kadang-kadang Siski dan Siska menggunakan strategi yang sama. Namun demikian, Siski dan Siska menggunakan pola pikir yang berbeda. Misalnya pada saat menyelesaikan masalah nomor 2, Pola pikir Siski lebih terstruktur, sedangkan pola pikir Siska cenderung acak, meskipun mereka mereka menggunakan strategi yang sama. MP-759

Berdasarkan hasil analisis masalah nomor 4, terdapat indikasi bahwa Siska mempunyai kemampuan berpikir divergen dan kemampuan berimajinasi yang lebih baik dari pada Siski. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dominasi otak kiri dan otak kanan cenderung mempengaruhi pola pikir siswa dalam menyerap informasi, dalam belajar, dalam memecahkan masalah, dan dalam proses berpikir. Siswa yang dominan otak kiri cenderung berpikir sistematis, terstruktur, linier, analitik, verbal, parsial. Sedangkan siswa yang dominan otak kanan cenderung berpikir secara acak, divergen, lateral, visual, global Dalam mengajarkan pemecahan masalah di sekolah, guru disarankan agar memberi kesempatan kepada para siswanya agar dapat menggunakan berbagai macam strategi dan pola pikir, sehingga kedua belahan otak kiri dan kanan dapat berkembang secara seimbang dan proporsional. DAFTAR PUSTAKA Krulik, S. & Rudnick, J.A., 1995, The New Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem Solving in Elementary School. Needham Heights: Allyn & Bacon. Moursund, D., 2005, Improving Math Education in Elementary School: A Short Book for Teacher. Oregon: University of Oregon. [Online]. http://darkwing.uoregon. edu/. Diunduh pada tanggal 29 Januari 2011. Olson, G.M., Duffy, S.A., and Mack, R.L., 1988, Thinking-Out-Loud as Method for Studying Real-Time Comprehension Processes, (pp. 253 286), Hills Dole, New Jersey, Lawrence Erlbaum Associates, Publisher. Polya, George, 1957, How to Solve It. Doubleday & Company, Inc. Garden City, New York. Solso, R.L.,1995, Cognitive Psychology. Washington DC: Winston: The Loyola Symposium. Treays, Rebeca, 2004, Understanding Your Brain. (terjemahan Wasi Dewanto: Mempelajari Otak), Klaten: Pakar Raya Pustaka. MP-760