Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH TEGALAN YANG DI KELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN OBJEK DARI PRAKTIK PARON HEWAN (SAPI) DI DESA GUNUNG SERENG KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

dalam ibadah maupun muamalah. Namun nas-nas syarak tidak secara rinci memberikan solusi terhadap berbagai macam problematika kehidupan manusia.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJA NGEDOK DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PROLIMAN DALAM PENGAIRAN SAWAH DI DESA BEGED KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Sistem Pengupahan Pada PT Suri Tani Pemuka Lampung/Japfa Comfeed Group

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV. dijadikan obyek dari penelitian ini adalah tanah ladang, dengan tujuan di ambil

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS DATA. kepustakaan baik yang diperoleh langsung dari kitab-kitab aslinya atau kitabkitab

BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak

BAB IX MUZARA AH. Bagian Pertama Rukun dan Syarat Muzara ah

Banyak orang-orang Islam dalam kehidupan sehari-harinya yang. mengerjakannya, mungkin karena sibuk dengan kegiatan lain atau memang

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BAGI HASIL AKAD MUZARA AH DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis terhadap Akad bisnis Advertising dengan pendapatan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

PERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Jual Beli Bunga di Kawasan Wisata Makam Bung Karno

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

A. Analisis Sadd al-dhari> ah terhadap Jual Beli Produk Kecantikan yang Tidak Ada Informasi Penggunaan Barang dalam Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berbuat dan bertingkah laku yang baik agar dapat bermuamalah dan mencari

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, manusia melakukan usaha sesuai bidang

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI SISTEM NOTA KURANG LEBIH (NKL) DI INDOMARET SUKODONO KARANGPOH CABANG GRESIK

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil pembahasan penelitian bab sebelumnya, maka peneliti dapat. menyimpulkan :

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

Sebagaimana yang telah diriwayatkan Ibnu Umar ra :

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA SAWAH NGGANTUNG PARI DI DESA BECIRONGENGOR KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

fiqih muamalah "MusaQoh"

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN PERSENAN TANAH PERSILAN OLEH POLISI HUTAN DI DESA TENGGIRING KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA MENYEWA LAHAN PERTANIANDI DESA GETASREJO KEC. GROBOGAN

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan penghasilan. Setiap usaha tidak dapat dilakukan sendiri tanpa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan akhirat yang kekal abadi. Namun demikian, nasib seseorang di akhirat nanti

BAB IV ANALISIS BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT ARMINAREKA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO:83/DSN-MUI/VI/2012

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

فإذا قضيت الصالة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل اهلل واذكروا اهلل كثيرا لعلكم تفلحون

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

branding mobil dengan pesanan al-salam yang terjadi di Wana Advertindo Sticker

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB I PENDAHULUAN. adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius

NASKAH PUBLIKASI Dibuat Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (muamalah) (S.Sy) Program Studi Syariah (Muamalah)

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil bila petunjuk kehidupan yang lengkap ini dipisah-pisahkan antara

MUZA>RA AH BAB II. A. Pengertian Muza>ra ah. Secara etimologis muza>ra ah adalah kerjasama dibidang pertanian

BAB IV AKAD SEWA SPEEDBOAT DALAM FIQH MUAMALAH

BAB IV ANALISIS DATA

Bay dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI LARANGAN PERKAWINAN NYANDUNG WATANG DI DESA NGUWOK KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN UPAH SEWA DALAM PRAKTIK IJOL GARAPAN DI DESA RAJEGWESI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. yang Allah SWT perintahkan untuk saling tolong menolong, bahu-membahu

BAB I PENDAHULUAN. muamalah diantaranya tolong-menolong, merupakan hal yang sangat diperlukan

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Dari segi model bagi hasil pada petani bawang merah di dusun

BAB IV ANALISIS DATA

pengetahuan yang kurang, oleh Karena itu untuk mendorong terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD JUAL BELI IKAN NELAYAN (STUDI KASUS DI DESA PANGKALAN KECAMATAN SLUKE KABUPATEN REMBANG)

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS URF TERHADAP PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Analisis terhadap Praktik Penggarapan Tanah Sawah dengan Sistem Setoran di Desa Lundo Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik sawah dan penggarap dengan perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi menurut kesepakatan bersama. Jika biaya dan benihnya dari pemilik sawah disebut muza>ra ah, sedangkan biaya dan benihnya dari penggarap disebut mukha>barah. Adapun praktik pelaksanaan kerjasama pertanian yang dilakukan di Desa Lundo Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik melibatkan antara pemilik sawah dan penggarap. Kerjasama tersebut diawali dengan pemilik sawah mendatangi rumah warga lain yang mau mengelola sawah dan jangka waktu penggarapan terserah penggarap. Keduanya membuat kesepakatan secara lisan bahwa penggarap harus menyetorkan hasil panennya pada saat panen pertama yaitu panen padi sesuai dengan permintaan pemilik sawah dan biasanya dalam ukuran kuintal. Untuk jenis tanaman panen yang kedua dan ketiga tidak ditentukan oleh pemilik sawah dan hasil panennya adalah milik penggarap seluruhnya. Di samping itu, seluruh biaya ditanggung oleh penggarap. 64

65 Namun dilihat dari bentuk penggarapan sawah yang terjadi di Desa Lundo yaitu lahan dari pemilik lahan, sedangkan bibit, alat dan kerja dari penggarap maka statusnya adalah pihak penggarap menyewa lahan dengan biaya sewa sebagian dari hasil panen yang digarap. Adapun tabel yang dapat membedakan antara muza>ra ah, mukha>barah, dan ija>rah yaitu: Tabel 2.3 Tabel muza>ra ah dan mukha>barah Item Muza>ra ah Mukha>barah Aqidain Pemilik lahan dan penggarap Pemilik lahan dan penggarap Sighat Ijab dari pemilik lahan yaitu memperkerjakan penggarap dan qabul dari penggarap Ijab dari pemilik lahan yaitu menyewakan lahan dan qabul dari penggarap Modal Hasil Lahan dan benih dari pemilik lahan, sedangkan tenaga dan alat dari penggarap Penggarap mendapatkan sebagian hasil dari kerjanya sebagai upah dan semua biaya ditanggung bersama Tabel 3.1 Tabel muza>ra ah dan ija>rah Lahan dari pemilik lahan, sedangkan benih, tenaga dan alat dari penggarap Penggarap membayar biaya sewa kepada pemilik sawah dan semua biaya ditanggung bersama Item Muza>ra ah Ija>rah Aqidain Pemilik lahan dan penggarap Orang yang menyewakan (pemilik lahan) dan penyewa (penggarap) Sighat Modal/ Manfaat Hasil / Upah (sewa) Ijab dari pemilik lahan yaitu memperkerjakan penggarap dan qabul dari penggarap Modal yaitu lahan dan benih dari pemilik lahan, sedangkan tenaga dan alat dari penggarap Penggarap mendapatkan sebagian hasil dari kerjanya sebagai upah dan semua biaya ditanggung bersama Ijab dari pemilik lahan yaitu menyewakan lahan dan qabul dari penggarap Manfaat lahan yang disewakan dari pemilik lahan Semua biaya hanya ditanggung penggarap khususnya biaya sewa

66 Dari kedua tabel di atas dapat diketahui bahwa muza>ra ah dan mukha>barah adalah kerjasama yang mana hasilnya ditanggung bersama baik ketika mengalami keuntungan maupun kerugian. Sedangkan praktik yang terjadi di Desa Lundo dengan ketentuan bahwa semua biaya ditanggung penggarap meskipun ketika terjadi kerugian dan pemilik sawah hanya menyediakan lahan serta meminta setoran sekali dalam setahun yaitu pada panen pertama, maka praktik tersebut tidak cocok jika menggunakan akad kerjasama. Berdasarkan bukti-bukti mekanisme yang tampak lahir terkait praktik penggarapan sawah dengan sistem setoran, lebih cocok menggunakan akad ija>rah. Seperti pandangan tokoh agama di Desa Lundo yang mengqiyaskan sistem setoran dengan akad sewa dengan pembayaran di akhir panen karena pemilik sawah tidak ikut menanggung kerugian sama sekali dan penggarap harus menyetorkan hasil panen sesuai kesepakatan di awal perjanjian. Ija>rah yang dimaksud adalah sewa lahan yang mana pembayaran sewanya dapat dipenuhi ketika panen sudah tiba karena meskipun terjadi kerugian, maka penggarap tetap harus memenuhi biaya sewa berupa hasil panen yang besarnya ditentukan pemilik sawah di awal perjanjian. Akibat dari penggarapan sawah yang menggunakan sistem setoran tersebut yaitu pemilik sawah pasti mendapatkan hasil pada panen pertama sedangkan penggarap mendapat keuntungan dari panen kedua dan ketiga serta peluang terjadinya kerugian sangat kecil. Namun jika pada panen kedua ataupun ketiga penggarap mendapat kerugian, maka penggarap dapat

67 menutupi kekurangannya tersebut pada panen di tahun berikutnya. Secara umum masyarakat lebih banyak diuntungkan dengan sistem setoran jika jangka waktu penggarapan sawah tersebut lebih dari satu tahun artinya lebih dari dua kali panen bagi penggarap karena panen kedua dan ketiga ditahun berikutnya adalah peluang bagi mereka untuk mendapatkan keuntungan. B. Analisis urf terhadap Penggarapan Tanah Sawah dengan Sistem Setoran di Desa Lundo Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik Sistem setoran yang dilakukan warga Desa Lundo bisa disebut dengan urf, karena perbuatan tersebut sudah menjadi adat kebiasaan dan sudah dikenal oleh masyarakat. Tidak semua urf bisa dijadikan landasan hukum. Akan tetapi, harus memenuhi beberapa syarat, yaitu: 1 1. Urf itu berlaku umum artinya dapat diberlakukan untuk mayoritas persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan keberlakuannya dianut oleh mayoritas masyarakat. 2. Urf telah memasyarakat ketika persoalan yang akan ditetapkan hukumnya. Artinya urf itu lebih dahulu ada sebelum kasus yang akan ditetapkan hukumnya. 3. Urf itu tidak bertentangan dengan yang diungkapkan secara jelas dalam suatu transaksi. 1 Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003), 238.

68 4. Tidak bertentangan dengan nash sehingga hukum yang dikandung tidak bisa diterapkan. Ija>rah merupakan dipandang sah menurut syara jika memenuhi rukun dan syarat yang ada. Adapun rukun dan syarat ija>rah yaitu: 2 1. Dua orang yang berakad disyaratkan telah balig dan berakal serta adanya kerelaan dari kedua pihak. Jika belum baligh maka harus ada persetujuan dari walinya. 2. Sighat (ijab dan kabul). 3. Sewa atau imbalan harus jelas, tertentu, dan sesuatu yang memiliki nilai ekonomi. 4. Manfaat dari objeknya harus diketahui, dan obyeknya halal, tidak ada cacatnya serta bisa disewakan Dari praktik penggarapan tanah sawah dengan sistem setoran tersebut dapat diketahui bahwa telah memenuhi rukun dan syarat ija>rah. Maka penulis menyatakan bahwa sistem setoran tersebut lebih tepat menggunakan akad ija>rah meskipun dalam praktiknya masyarakat lebih mengenal sebagai kerjasama bukan sewa-menyewa. Dari penjelasan di atas, maka penggarapan tanah sawah dengan sistem setoran di Desa Lundo telah memenuhi syarat berlakunya urf. Sistem setoran di Desa Lundo termasuk urf s}ah}i>h} yang berkaitan dengan perbuatan dan bersifat khusus pada suatu masyarakat tertentu saja di Desa Lundo. Kebiasaan ini telah berlangsung sejak lama, hal ini bisa dilihat dari mayoritas 2 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, (Jakarta : Kencana, 2010), 278.

69 penduduk Desa Lundo adalah bermata pencaharian sebagai petani dan pendapat masyarakat bahwa sistem setoran lebih menguntungkan dari pada sistem yang lainnya. Alasan mereka karena ketika pada panen pertama penggarap mengalami kerugian dan harus memenuhi permintaan dari pemilik sawah, tetapi penggarap masih mendapatkan peluang untuk mendapatkan keuntungan dari panen kedua dan ketiga di tahun pertama dan tahun berikutnya sehingga mereka lebih senang menggunakan sistem setoran. Dengan melihat adanya kemaslahatan diantara keduanya dan selama tidak bertentangan dengan dalil syara maka sistem setoran dapat diberlakukan secara umum artinya diberlakukan secara luas tidak hanya di Desa Lundo. Menurut Abdul Wahhab Khallaf, urf fa>sid tidak harus dipelihara, karena memeliharanya berarti menentang dalil syara atau membatalkan hukum syara. Apabila manusia telah saling mengerti bahwa akad yang digunakan adalah akad yang rusak, maka bagi urf tidak membolehkan akad ini. Akan tetapi jika ditinjau dari segi lain, yaitu akad ini apakah dianggap termasuk darurat atau kebutuhan. Maka jika hal itu termasuk darurat atau kebutuhan mereka maka hal itu diperobolehkan, karena darurat itu memperbolehkan hal-hal yang telah diharamkan, sedangkan kebutuhan itu bisa menduduki tempat kedudukan darurat, dan jika bukan termasuk darurat dan bukan juga termasuk kebutuhan mereka maka akad tersebut dihukumi batal berdasarkan ini urf tidak diakui. Urf menurut penyelidikan adalah

70 bukan dalil syara yang tersendiri. Pada umumnya ia adalah termasuk memelihara maslahah sebagaimana dipelihara dalam pembentukan hukum. 3 Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun ujrah dari hasil panen belum diketahui dapat terpenuhi atau tidak oleh penggarap dan penggarap tetap harus menyetorkannya sesuai permintaan pemilik sawah, tetapi dengan adanya masalah kebutuhan dan kemaslahatan serta sudah menjadi adat kebiasaan yang tidak bertentangan dengan dalil syara maka penggunaan sistem setoran dalam penggarapan tanah sawah di Desa Lundo Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik adalah diperbolehkan karena masyarakat membutuhkan pekerjaan itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan secara umum masyarakat lebih banyak diuntungkan dengan sistem setoran. 3 Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam : (Ilmu Ushulul Fiqh), (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1996), 136-137.