I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang sering dipermasalahkan dan merupakan kendala utama adalah

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bertambah pula kebutuhan akan perumahan. Menurut teori Maslow yang

Produk KPR Syariah. Lain-lain

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

DOKUMENTASI WAWANCARA

ANALISIS KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) BERDASARKAN AKAD PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MUTANAQISAH (MMQ) PADA BANK BII UNIT USAHA SYARIAH CABANG BINTARO

MUSYARAKAH MUTANAQISAH SEBAGAI ALTERNATIF PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH. Kajian LiSEnSi, Selasa, 23 Maret 2010

BAB V PENUTUP. 1. Dasar Pertimbangan Bank Muamalat sebelum dikeluarkan Produk

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Menurut UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat. Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan jumlah penduduk yang makin meningkat/padat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1.

BAB I PENDAHULUAN. dana (liabilities), penyaluran dana (asset) berupa pembiayaan, dan jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. properti bisa mencapai 20% pertahun tahun. Keadaan ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tonggak perkembangan perbankan Islam adalah didirikannya Islamic

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran. penting terhadap kualitas perekonomian suatu negara dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

A. Mekanisme Pembiayaan KPR Muamalat ib dengan Menggunakan Akad Murabahah 1. Skema Pembiayaan KPR Muamalat ib dengan Menggunakan Akad Murabahah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi. Memiliki rumah sendiri adalah idaman semua orang, bahkan menjadi

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

Dealin Mahaputri Leonika

-1- SALINAN NOMOR TENTANG FASILITAS. pembiayaan; Pemilikan. dengan. Menteri Melalui. Sejahtera. 2. Undang-UnU

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk penyimpanan dana, pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Foto foto penelitian. Wawancara di Bank Muamalat. Wawancara di Bank Muamalat. Cabang Malang tanggal 08 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan hidup, terutama kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana disebut dengan debitur. satu, yang sering disebut dengan pooling of fund yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang

REPUBLIK INDONESIA SALINAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1 Di Indonesia sendiri dengan penduduk. yang dapat digunakan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB IV PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan sindikasi yang dilakukan BPRS Madina Mandiri. Sejahtera, BPRS Bangun Drajat Warga dan BPRS Mitra Amal Mulia

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB IV ANALISA STUDI KOMPARASI TENTANG PEMBIAYAAN RUMAH HUNIAN DI BANK SYARIAH MANDIRI KCP PONOROGO DAN BANK MUAMALAT INDONESIA KCP PONOROGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB 1 PENDAHULUAN. properti dapat pula dijadikan sebagai pentujuk mulai membaiknya atau. ekonomi secara umum yang sedang berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perbankan syariah, memicu tumbuhnya bank-bank syariah di

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBAYARAN PEMBIAYAAN DANA TALANGAN HAJI DI BANK BNI KONVENSIONAL

2 Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negar

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan Indonesia menganut dual banking system, sehingga

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH ANTARA AKAD MURA>BAH}AH DENGAN AKAD MUSHA>RAKAH MUTANA>QIS}AH DI BANK MUAMALAT CABANG DARMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.694,2012

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Syariah. Dana Jasa. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4896)

REGULASI ENTITAS SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa-jasa dari bank tersebut. Disamping itu juga tergantung pada. perbankan sangat identik dengan instrumen bunga.

BAB I PENDAHULUAN. ada menyebabkan masyarakat yang berpenghasilan rendah sulit untuk

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuhnya pemahaman masyarakat bahwa bunga (interest) dan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. baru dalam memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. musyarakah dengan akad ijarah atau bai. Yang mana akad musyarakah

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

No. 14/ 33 /DPbS Jakarta, 27 November Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk bertempat tinggal. Hak bertempat tinggal ini harus dipenuhi Negara sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28 H ayat (1), yang berbunyi bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kata bertempat tinggal menunjuk pada kata rumah yang diartikan sebagai bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Dalam upaya melaksanakan UUD 1945, Negara atau Pemerintah berkewajiban untuk memfasilitasi masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah, agar mampu memiliki rumah yang layak huni dan harga terjangkau. Pemerintah terus berusaha mengangkat daya beli masyarakat dengan menyediakan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan. Pemerintah tidak dapat menjadi pihak yang menyediakan rumah murah karena keterbatasan anggaran dana negara, sehingga perlu ada kerjasama antara pemerintah dengan pemangku kepentingan (stakeholder). Dalam hal ini lembaga perbankan sebagai lembaga perantara keuangan (intermediary) yang besar untuk

2 mengakomodir kebutuhan nasabahnya termasuk melayani pembiayaan dibidang perumahan. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, adanya penerapan Dual Banking System atau sistem perbankan ganda. Sistem perbankan ganda adalah sistem perbankan konvensional yang berbasis bunga dan sistem perbankan berdasarkan syariah Islam yang menggunakan prinsip bagi hasil dan bebas dari bunga. 1 Tanggal 16 Juli 2008, pemerintah bersama DPR mengesahkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Undang-Undang ini, menunjukkan semakin mantapnya bangsa Indonesia dalam menjalankan sistem perbankan syariah dalam kegiatan ekonomi nasional. Lembaga perbankan baik bank syariah maupun bank konvensional, sesuai dengan fungsinya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, memiliki andil besar dalam pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan konstruksi rumah. Bagi masyarakat berpenghasilan rendah atau menengah yang tidak mampu membeli rumah baru secara tunai, maka akan mencari rumah dengan harga dan cicilan yang murah. Salah satunya yaitu mencari fasilitas pembiayaan kepemilikan rumah dari bank. Tingginya permintaan pembiayaan ini merupakan hal yang begitu menggiurkan bagi lembaga perbankan dalam memberikan fasilitas pembiayaan perumahan kepada masyarakat. Minat masyarakat terhadap fasilitas pembiayaan kepemilikan rumah dengan menggunakan jasa perbankan syariah semakin tinggi. Berdasarkan data statistik 1 Wirdyaningsih, et. al, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), hlm. 1.

3 perbankan syariah April tahun 2015, tercatat ada 450 kantor cabang bank syariah dan 1496 kantor cabang pembantu bank syariah yang memiliki 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syari ah (UUS), dan 181 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). 2 Tingginya minat masyarakat antara lain dikarenakan pembiayaan dari bank syariah tidak menggunakan sistem bunga yang dilarang dalam Islam. Selain itu, besar angsuran pembiayaan kepemilikan rumah secara syariah juga tetap (fixed rate), sehingga mampu memberikan ketenangan bagi masyarakat daripada kredit kepemilikan rumah konvensional yang mengacu pada suku bunga perbankan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang sering naik turun. Meskipun terdapat pilihan nasabah Bank Konvensional untuk memilih sistem kredit kepemilikan rumah secara tetap (fixed rate). Akad yang digunakan dalam produk perbankan untuk pembiayaan perumahan di Indonesia yang sudah ada sekarang ini adalah akad murabahah (jual-beli), istishna (pembelian dengan pemesanan) dan Ijarah Muntahiya Bi At-Tamlik (sewa beli). 3 Penelitian ini akan difokuskan pada pembahasan mengenai akad musyarakah mutanaqisah, karena akad ini merupakan akad yang perlu disosialisasikan karena keberadaannya belum banyak diketahui oleh masyarakat diantara akad yang lain yang juga digunakan untuk pembiayaan kepemilikan rumah syariah pada 2 www.bi.co.id, Data statistic perbankan syariah april 2015, diakses 5 juli 2015. 3 Helmi Haris, Pembiayaan Kepemilikan Rumah Sebuah Inovasi Pembiayaan Perbankan Syari ah,la_riba: Jurnal Ekonomi Islam 1, 2007, hlm 116.

4 perbankan syariah di Indonesia, setelah sebelumnya menggunakan akad murabahah dan akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik. Pembiayaan dengan prinsip musyarakah mutanaqisah di Indonesia diperkuat dengan dikeluarkannya fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.73/DSN/- MUI/XI/2008 tentang Musyarakah Mutanaqisah. Secara umum akad Musyarakah mutanaqisah yang digunakan dalam pembiayaan hunian syariah yaitu bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama antara bank dan nasabah kemudian nasabah menyerahkan bagian modalnya sebagai bentuk syirkah dalam kepemilikan obyek akad (rumah) pada bank, dalam hal ini Bank Muamalat Indonesia menetapkan nasabah dapat memberikan modal (syirkah) minimal 20 % dari harga jual rumah, kemudian bank menyediakan dana sisanya untuk pengadaan rumah tersebut. Kemudian nasabah dapat menyewa rumah tersebut kepada bank dengan ketentuan dan perjanjian bahwa diakhir masa sewa rumah tersebut akan menjadi milik nasabah sepenuhnya atau nasabah akan melunasi porsi kepemilikan bank terhadap rumah tersebut sehingga rumah tersebut dapat dimiliki sepenuhnya oleh nasabah. Pada pelaksanaannya, aplikasi produk-produk perbankan syariah akan menimbulkan transaksi antara pihak bank syariah dan nasabah maupun pihak terkait lainnya, secara otomatis menimbulkan hubungan hukum antara para pihak dalam transaksi tersebut. Hubungan hukum yang terjalin sudah tentu akan menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak, dalam beberapa peristiwa dan kondisi kadangkala hubungan hak dan kewajiban ini menimbulkan konflik.

5 Terkait informasi pembiayaan rumah dengan menggunakan akad musyarakah mutanaqisah saat ini belum banyak diketahui masyarakat khususnya di daerah Lampung, oleh karena itu penulis menganggap penting untuk memaparkan bagaimana pembentukan dan pelaksanaan akad musyarakah mutanaqisah sebagai dasar perjanjian antara pihak Bank Muamalat Indonesia Cabang Lampung dengan nasabah, serta penyelesaian hukum akad pembiayaan hunian syariah terhadap nasabah yang melakukan wanprestasi di Bank Muamalat Indonesia Cabang Lampung. Dengan latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan penelitan mengenai Pelaksanaan Akad Musyarakah Mutanaqisah terhadap Pembiayaan Hunian Syariah pada Bank Muamalat Cabang Lampung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah pembentukan akad musyarakah mutanaqisah dalam pembiayaan hunian syariah pada Bank Muamalat Indonesia? b. Bagaimanakah pelaksanaan akad musyarakah mutanaqisah dalam pembiayaan hunian syariah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Lampung? c. Bagaimanakah penyelesaian hukum Bank Muamalat Indonesia terhadap nasabah yang wanprestasi?

6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian skripsi antara lain: a. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis pembentukan akad musyarakah mutanaqisah dalam pembiayaan hunian syariah di Bank Muamalat Indonesia. d. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis pelaksanaan akad musyarakah mutanaqisah dalam pembiayaan hunian syariah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Lampung. b. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis penyelesaian hukum Bank Muamalat Indonesia terhadap nasabah yang wanprestasi. 2. Kegunaan Penelitian Suatu penelitian mempunyai nilai bila ada kegunaan yang dapat diambil dari penelitian tersebut. Adapun kegunaan yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara Teoritis Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Hukum pada umumnya dan Hukum Ekonomi Islam pada khususnya mengenai akad pembiayaan musyarakah mutanaqisah terkait pembentukan akad musyarakah mutanaqisah dalam pembiayaan hunian syariah, pelaksanaan akad musyarakah mutanaqisah terhadap pembiayaan hunian syariah pada Bank Muamalat Cabang

7 Lampung, dan penyelesaian hukum Bank Muamalat Indonesia terhadap nasabah yang wanprestasi. b. Secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan pemahaman bagi pembaca, akademisi, mahasiswa dan masyarakat umum sebagai bahan pegangan dan rujukan dalam mempelajari tentang pelaksanaan akad musyarakah mutanaqisah terhadap pembiayaan hunian syariah pada Bank Muamalat Cabang Lampung.