Abstrak. Bagaimana Membangun Pengetahuan Matematika melalui Problem Solving?

dokumen-dokumen yang mirip
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA. Oleh: Turmudi, MEd., MSc., PhD. Universitas Pendidikan Indonesia

Unit 3. CARA TEPAT MEMILIH PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIKA Inawati Budiono

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

Oleh Nila Kesumawati Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas PGRI Palembang

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA. Thesa Kandaga Universitas Pasundan

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Melalui Pembelajaran Matematika

MODUL 4. BANGUN-BANGUN GEOMETRI DI BIDANG DATAR Oleh: Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D.

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang: (A) konteks penelitian,

MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI APLIKASI TRIGONOMETRI.

Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

STUDI LITERATUR: PERANAN RANAH AFEKTIF YANG MENARIK PERHATIAN PENELITI MATEMATIKA

ABSTRAK. Kata kunci : Pengajaran mikro, disposisi matematika, mengajar matematika dalam PPL

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

MENGENALKAN KONSEP PERSENTASE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

Fraenkel, J.R & Wallen, N. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. Singapore: Mc. Graw Hill.

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN. dari diajarkannya matematika di setiap jenjang pendidikan. Selain itu, untuk

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

PENDEKATAN OPEN-ENDED (MASALAH, PERTANYAAN DAN EVALUASI) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Agustinus Sroyer FKIP Universitas Cenderawasih Jayapura

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MENGGUNAKAN MASALAH OPEN ENDED

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan

ASSESMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH Oleh: Drs. Endang Mulyana M.Pd.

PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIKA TINGKAT TINGGI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

METODOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically).

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

PENDEKATAN OPEN ENDED

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam membentuk

PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENGAKTIFKANSISWA SLTP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

DAFTAR PUSTAKA. Asikin, M. (2001). Komunikasi Matematika dalam RME. Makalah. Yogyakarta: Seminar Nasional RME di Universitas Sanata Dharma.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hilman Nuha Ramadhan, 2013

Jurnal Wacana Pendidikan ISSN:

PEMAHAMAN SISWA DALAM PERMUTASI DAN KOMBINASI MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

P 34 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH ANALISIS REAL I

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS MELALUI PENDEKATAN KONSTEKSTUAL

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika sejatinya dipandang sebagai alat untuk mengembangkan cara

PENALARAN KUANTITATIF (QUANTITATIVE REASONING) DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

PENINGKATAN KETERLIBATAN SISWA PADA MATEMATIKA YANG MENYENANGKAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN KELAS II SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

Suherman 1*) ABSTRAK. Kata Kunci: hasil belajar, strategi penyelesaian soal, Tranformasi Laplace

Information Literacy Kunci Sukses Pembelajaran Di Era Informasi. Sri Andayani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

Transkripsi:

PROBLEM SOLVING SEBAGAI BAGIAN TAK TERPISAHKAN DALAM BELAJAR MATEMATIKA MERUPAKAN BENTUK INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA* Oleh: Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc.** Abstrak Effective mathematics teaching requires understanding what students known and need to learn and then challenging and supporting them to learn it well (NCTM, 2000). Ini salah satu prinsip yang disodorkan oleh Principles and Standards for School Mathematics. Memahami apa yang siswa ketahui dan apa yang perlu dipelajari siswa di dalam matematika merupakan salah satu kompetensi guru dalam mengajarkan matematika. Kemudian menantang dan mendorong siswa untuk mempelajari matematika dengan baik juga jenis kompetensi lain dalam pembelajaran matematika. Problem solving dalam pembelajaran matematika merupakan bagian tak terpisahkan dalam pembelajaran matematika, perlu memperoleh perhatian serius bagi para guru. Tulisan singkat ini membahas selayang pandang tentang problem solving dan implementasinya di kelas. Disajikan untuk guru-guru sekolah dasar atau mereka yang tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang problem solving di sekolah dasar. Pendahuluan Problem solving atau pemecahan masalah dalam matematika melibatkan metode dan cara penyelesaian yang tidak standar dan tidak diketahui terlebih dahulu. Untuk mencari penyelesaiannya para siswa harus memanfaatkan pengetahuannya, dan melalui proses ini mereka akan sering mengembangkan pemahaman matematika yang baru. Penyelesaian masalah bukan hanya sebagai tujuan akhir dari belajar matematika, melainkan sebagai bagian terbesar dari aktivitas ini. Siswa harus memiliki kesempatan sesering mungkin untuk memformulasikan, menyentuh, dan menyelesaikan masalah-masalah kompleks yang mensyaratkan sejumlah usaha yang bermakna, dan harus mendorong siswa untuk berani merefleksikan pikiran mereka. Dengan menggunakan pemecahan masalah dalam matematika, siswa mengenal cara berfikir, kebiasaan untuk tekun dan keingintahuan yang tinggi, serta percaya diri dalam situasi yang tidak biasa, yang akan melayani mereka (para siswa) secara baik di luar kelas matematika. Dalam kehidupan sehari-hari dan di tempat kerja, menjadi pemecah masalah yang baik dapat mengarah menjadi hal yang menguntungkan. Pemecahan masalah merupakan bagian tak terpisahkan dalam semua bagian pembelajaran matematika, dan juga tidak harus diajarkan secara terisolasi dari pembelajaran matematika. Bagaimana Membangun Pengetahuan Matematika melalui Problem Solving? Bagaimana problem solving dapat membantu siswa membangun pengetahuan matematika? Persoalan problem solving yang baik memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersikeras dan memperluas apa yang mereke tahu dan dapat menstimulasi belajar matematika. Dalam pengenalan konsep matematika kepada anak-anak kelas rendah (anak-anak kelas 1, 2, dan 3) persoalan dapat didatangkan dari dunia mereka sendiri. Misalkan persoalan untuk kelas 2 dapat berupa:

Andaikan seorang murid kelas 2 akan mencari apakah banyak laki-laki atau banyak perempuan di sekolahnya, apabila ada 3 buah kelas 2? Untuk menyelesaikan masalah di atas seorang siswa kelas 2 perlu belajar bagaimana mengumpulkan data, bagaimana merekam data, dab bagaimana menjumlahkan beberapa bilangan dalam suatu saat yang hampir bersamaan. Di kelas kelas menengah, misalkan kita dapat memperkenalkan konsep perbandingan melalui suatu pengamatan di mana siswa diberi resep-resep untuk minuman campuran yang memerlukan sejumlah air dan jus yang berbeda, kemudian murid-murid diminta untuk menentukan mana yang lebih banyak sari buahnya. Karena tak ada dua resep yang menghasilkan dua jus yang persis sama, masalah ini sulit bagi murid-murid yang tidak mempunyai pengetahuan tentang perbandingan. Berbagai ide dicobakan dan pertanyaanpertanyaan yang baik disampaikan kepada guru dan dibimbing guru pada akhirnya siswa sampai kepada penggunaan konsep perbandingan. Di kelas-kelas atas misalkan persoalannya adalah sebagai berikut: Saya memiliki beberapa lembar uang kertas ratusan, lima ratusan, dan ribuan di dalam saku. Jika saya mengambil uang sebanyak 3 lembar uang kertas dari sakuku, berapa banyak uang yang saya ambil? Pengetahuan diperlukan untuk menyelesaiankan persoalan di atas, yaitu pengertian uang kertas ratusan, uang kertas lima ratusan, dan uang kertas ribuan. Dan juga beberapa pengertian tentang penjumlahan. Pengerjaan permasalahan seperti ini menawarkan kepada murid untuk berlatih penjumlahan. Namun pentingnya tujuan matematika dari masalah ini adalah membantu siswa berfikir secara sistematik tentang kemungkinan-kemungkinan, kemudian mengorganisir, dan merekam pemikiran mereka tidak perlu menunggu sampai mereka mahir dalam penjumlahan. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan sampai kepada para murid secara alami: Saya ingin tahu berapa lama ya perlu waktu untuk menghitung sampai 1 juta? Berapa kaleng coca cola diperlukan untuk mengisi sekolah ini? Para guru dan orang tua dapat menawarkan bantuan kepada para murid membuat masalah-masalah matematika dari dunia murid. Guru memegang peranan sangat penting dalam pengembangan problem solving siswa dengan menciptakan dan memelihara lingkungan kelas di mana muridmurid didorong untuk mengeksplorasi, mengambil resiko, berbagi kegagalan dan sukses, dan saling bertanya satu dengan lainnya. Beberapa contoh pertanyaan untuk mendorong siswa menyelesaikan dengan berbagai strategi, setelah mereka (para murid) berbagi tahu tentang penyelesaiannya, antara lain: Ini rupanya seperti daftar yang terorganisir dengan baik yang kalian buat. Adakah di antara kalian yang dapat memecahkan dengan cara lain? Kata-kata sepeti di atas akan membantu bahasa dan representasi para murid dan membantu murid lain memahami apa yang telah diperjakan oleh murid pertama.

Peranan lain dari guru untuk mendorong kebiasaan para murid berfikir reflektif, dicerminkan oleh beberapa pertanyaan di bawah ini: Sebelum kita berlanjut apakah kita benar-benar yakin memahami persoalan ini? Bagaimana pilihan kita? Apakah kita memiliki rencana? Apakah ada kemajuan atau haruskah kita mempertimbangkan apa yang kita kerjakan? Mengapa kita berfikir bahwa ini adalah benar? Pertanyaan-pertanyaan di atas membantu para murid untuk terbisa memeriksa kembali pemahaman mereka terhadap matematika. Kebiasaan seperti ini harus dimulai sejak kelas-kelas rendah. Karena guru-guru memelihara suatu lingkungan di mana perkembangan pemahaman siswa secara konsisten dimonitor melalui refleksi, maka para murid lebih punya peluang untuk belajar bertanggung jawab dalam merefleksikan pekerjaannya dan membuat penyesuaian seperlunya ketika menyelesaikan masalah. Beberapa contoh persoalan problem solving di kelas- kelas tinggi (kelas 5-6): Jika kalian mengetos (menggulirkan) dua buah kubus (keduanya terdapat bilangan 1-6 pada setiap permukaannya) dan kurangkan bilangan terkecil dari bilangan terbesar, atau kurangkan satu bilangan dari bilangan lain apabila nilainya sama, bagaimana kemungkinan munculnya? Jika kalian kerjakan sebanyak dua puluh kali, kemudian kamu buat diagram dan kalian gambarkan diagram garis dari hasilnya. Bagaimanakan gambar diagram garis dari data tersebut? Apakah selisih tertentu lebih besar kemungkinannya daripada selisih yang lainnya Dari persoalan seperti di atas, banyak dugaan-dugaan dan keterkejutan dari para murid ketika mereka menempuh percobaan tersebut. Beberapa murid terkejut ketika ternyata bilangan-bilangan itu terentang dari 0 sampai 5. Beberapa murid lain memperoleh catatan bahwa 0 dan 5 muncul sangat sedikit sementara 1 dan 2 muncul lebih sering. Hal ini mendorong guru untuk bertanya lebih lanjut bagaimana dengan kemungkinankemungkinan bilangan 0, 3, dan 4.

Contoh berikut ini muncul di kelas 4, guru menyampaikan pertanyaan sebagai berikut: Perlihatkan semua daerah persegi panjang yang dapat kalian buat menggunakan ubin sebanyak 24 buah. (Ukuran 10 cm x 10 cm). Kalian harus menggunakan semua ubin. Hitung dan catatlah luas dan keliling setiap persegipanjang yang mungkin, kemudian cari dan jelaskan hubungan yang kamu peroleh Bagaimana mengembangkan persoalan seperti ini? Persoalan tersebut jelas bukan soal yang jawabnya tunggal, bukan pula soal-soal yang bersifat rutin. Bagi siswa kelas 4, perlu beberapa pengetahuan untuk dapat menjawabnya. Namun bukan persoalan yang jawabannya sebagai rote learning (jawaban yang bersifat hafalan). Para murid harus mengerahkan pengetahuannya berupa (konsep luas, konsep keliling, konsep factor, konsep pembagian, konsep perkalian) serta beberapa pengetahuan tambahan untuk dapat menyelesaikannya. Pendek kata dengan problem solving berbagai kompetensi siswa dapat tumbuh sehingga berfikir matematikanya siswa dapat berkembang secara baik. Penutup Dengan pembicaraan sebagian kecil dari salah satu kompetensi kurikulum matematika yaitu kompetensi problem solving, diharapkan para murid mampu membangun pengetahuan baru matematika, memecahkan permasalahan di dalam matematika dan dalam konteks lain, menerapkan dan mengadaptasi berbagaimacam strategi untuk memecahkan masalah, serta memonitor dan merefleksi proses penyelesaian masalah matematika. Karena tuntutan problem solving yang begitu tinggi, maka peran guru menjadi semakin kompleks. Disamping harus memahami hakekat permasalahan problem solving dalam matematika, guru juga harus terlatih menggunakan soal-soal problem solving. Meskipun tidak ada cara tunggal yang terbaik dalam menyelesaikan soal-soal problem solving, dan tak ada satu strategi yang dipelajari sekali untuk keperluan semuanya, strategi dipelajari sepanjang waktu, diterapkan dalam konteks tertentu, dan menjadi lebih halus, mendalam, dan fleksibel, karena mereka digunakan dalam situasi yang semakin kompleks. Sehingga diperlukan ketrampilan memilih persoalan problem solving secara bijaksana. Bagi kita mempelajari apa itu problem solving dan berlatih bagaimana menyajikan dan mengevaluasi problem solving dalam matematika merupakan suatu langkah awal dalam pembaharuan pembelajaran matematika dan merupakan bagian dari pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang sedang digalakkan dan dikembangkan di negara kita. Kepustakan: 1. Heddens, J.W & Speer, W.R. (1992). Today s Mathematics Concepts and Methods in Elementary School Mathematics. Macmillan Publishing Company: New York 2. National Council of Teachers of Mathematics (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: Author. 3. National Council of Teachers of Mathematics (1991). Professional Standards for Teaching Mathematics. Reston, VA: Author.

4. NCTM (2000). Principle and Standards for School Mathematics. National Council of Teachers of Mathematics 5. Robinson, I (1989). Problem Solving a Taxonomy and an Evaluation. Boronia School Support Centre, Melbourne. 6. Silver, E.A. (1985). Teaching and Learning Mathematical Problem Solving: Multiple Research Perspectives. LEA Publishers: London. 7. Turmudi, dkk (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA, UPI. Bandung. 8. Turmudi. (2001). Matematika Realistik untuk SLTP. Pusat Perbukuan: Jakarta. *) Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan bertema: Kurikulum berbasis Kompetensi dan Pembelajaran di Sekolah Dasar dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Jawa Barat, 20 April 2002. **) Dosen Pendidikan Matematika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia.