BAB 1 PENDAHULUAN. barang dan jasa, serta fasilitas pendukung lainnya sebagai pelengkap yang dibutuhkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. setelah dikirim barang tersebut mengalami kerusakan. Kalimat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia

BAB I PENDAHULUAN. menyendiri tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri.

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dengan banyaknya industri rokok tersebut, membuat para produsen

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan Indonesia dewasa ini dalam berbagai bidang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. sisi ekonomi. Dalam hal ini tanah pun dapat dibiarkan begitu saja atau dikelola

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB V PENUTUP. Dari apa diuraikan dalam bab-bab sebelumnya maka penulis dapat menarik

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. macam variasi barang maupun jasa. Banyaknya variasi barang maupun jasa

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821]

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE)

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari

SKRIPSI. iyah Surakarta. Oleh : NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan tekhnologi dan peningkatan taraf hidup manusia yang. semakin lama semakin berkembang. Manusia cenderung untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI. (Studi Terhadap Profil Perjanjian Jasa Laundry Di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum Perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

Azas Kebebasan Berkontrak & Perjanjian Baku

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas penulis akan memberikan kesimpulan dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

BAB I PENDAHULUAN. pada satu pihak tertentu, akibatnya ada masyarakat atau pihak lain yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk nongkrong-nongkrong di cafe. Gaya hidup nongkrong di. kita sadari merupakan pengaruh dari globalisasi.

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

Pedoman Klausula Baku Bagi Perlindungan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan berlaku sejak ditanda tangani oleh Presiden Susilo Bambang

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah. tanah, sehingga setiap manusia berhubungan dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN DAN PENGEMBANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global yang. sosial secara signifikan berlangsung semakin cepat.

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

PANDANGAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan transportasi. Setelah sampai pada tujuan, kendaraan harus diparkir.

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Pelaksanaan Pengawasan Pencantuman Klausula Baku oleh BPSK Yogyakarta

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PERJANJIAN PADA PROGRAM INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA

BAB I PENDAHULUAN. yang di tawarkan kepada masyarakat. Produk-produk tersebut menawarkan manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN Meski belum terlalu populer, pada tahun 1996 mulai bermunculan

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era reformasi merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan sama sekali. Mereka kebanyakan adalah unskillabour, sehingga

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha di Indonesia semakin ketat akan persaingannya, banyak perusahaan-perusahaan tumbuh berkembang dengan menawarkan beberapa pelayanan produk barang dan jasa, serta fasilitas pendukung lainnya sebagai pelengkap yang dibutuhkan masyarakat dalam hal ini konsumen. Mereka berlomba-lomba menarik simpati konsumen dengan melakukan beberapa terobosan guna menarik hati para konsumen dalam promosi dagang mereka. Aktivitas ekonomi dirasakan hidup bila tercipta suasana yang mendukung kelancaran arus produksi barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Globalisasi ekonomi ditandai dengan perdagangan bebas, belum banyak memberikan perbaikan ekonomi Indonesia. Anggapan bahwa perdagangan bebas menguntungkan konsumen dalam bentuk mutu dan harga barang, barangkali masih merupakan mitos yang diciptakan untuk mempertahankan dominasi perusahan atau produsen atas konsumen dalam eksitensinya. Strategi pihak pengusaha yang bergerak di bidang ritel dalam rangka menjaring konsumen dengan segala daya tarik yang ditawarkannya adalah parkir gratis. Hal ini sangat menarik untuk dikaji dan diteliti karena parkir gratis dari aspek hukum, terutama yang sangat terkait dalam pemenuhan hak-hak konsumen dari pengusaha atas pelayanan dan kenyamanan manakala berkunjung di tempat ritel tersebut. Lebih lanjut apabila diamati maka parkir gratis yang ditandai dalam bentuk karcis masuk terdapat klausula baku dimana menurut Undang- Undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku, hal ini bertentangan dengan pasal 18 UUPK. Pencantuman klausula baku di dalam karcis parkir gratis cenderung dan berindikasi adanya pengalihan

tanggung jawab dari pelaku usaha kepada konsumen manakala ada hal-hal yang tidak diinginkan. Sebagai bahan pelengkap pengkajian, lokasi penelitian diambil di salah satu ritel yaitu PT.CARREFOUR jalan Cipto MK no.32 Cirebon. Lokasinya merupakan tempat yang paling dekat dimana penulis menempuh study di Fakultas Hukum Unswagati dan pernah bekerja pada perusahaan ritel tersebut sebagai tenaga keamanan. Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan maka akan diadakan penelitian yang hasilnya dituangkan dalam karya ilmiah yang berjudul PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KARCIS PARKIR GRATIS di PT.CARREFOUR jalan Cipto MK, Kota Cirebon. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana aspek hukum dari pernyataan parkir gratis pada perusahaan ritel PT.CARREFOUR di Kota Cirebon? 2. Bagaimana aspek hukum klausula baku karcis parkir gratis jika dikaitkan dengan pasal 18 Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan memahami aspek hukum yang berkaitan dengan parkir gratis di PT.CARREFOUR di Kota Cirebon. 2. Untuk mengetahui aspek hukum mengenai klausula baku karcis parkir gratis apabila dihubungkan dengan pasal 18 Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

D. Kegunaan penelitian a. Kegunaan teoritis Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan pemikiran, ilmu pengetahuan, pengembangan ilmu pengetahuan, pemahaman dan pengembangan serta menambah ketrampilan dibidang hukum, khususnya Hukum Perlindungan Konsumen di bidang perparkiran. b. Secara Praktis Penelitian ini berguna sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan Ilmu Pengetahuan yang secara praktis dan bermanfaat bagi lembaga, instansi pemerintah, maupun swasta yang memerlukan pemikiran-pemikiran tentang hal itu dan sebagai pengabdian di bidang ilmu pengetahuan secara konkrit sehingga dapat dimanfaatkan oleh suatu instansi atau perusahaan sebagai masukan pemikiran. E. Kerangka Pemikiran Perlindungan Konsumen diawali dengan perbuatan hukum yaitu suatu perjanjian, perjanjian mana diatur dalam pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan : suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal 1 Adapun suatu syarat sah perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata sebagai berikut : 1 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT.Inter Masa 2001), hlm.21.

1. Sepapakat mereka yang mengikatkan dirinya, 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, 3. Suatu hal tertentu, 4. Suatu sebab yang halal. Dalam semua perjanjian berlaku asas yang penting yaitu asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata menyebutkan:. semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi undang-undang bagi mereka yang membuatnya Pasal-pasal tersebut diatas mengandung pengertian dan bermakna bagi perjanjian tertentu, maupun perjanjian khusus dan perjanjian baik yang diatur dalam KUHPerdata maupun diatur diluar KUHPerdata, tidak terkecuali pada perjanjian yang mencantumkan dalam perjanjian sebagaimana tercantum dalam karcis parkir gratis. Adanya karcis parkir gratis yang dibuat oleh pengusaha dalam usaha ritel tersebut, dari aspek hukum perdata menunjukan adanya asas kebebasan berkontrak dalam membuat perjanjian. Pada umumnya perjanjian itu dibuat oleh salah satu pihak saja (pengusaha) yang bentuknya telah dibakukan baik format maupun isinya. Demikian juga mengenai format dan isi yang dimuat dalam karcis parkir gratis, pihak pengusaha tidak melibatkan pihak konsumen sebagai pengguna jasa parkir. Perjanjian semacam itu berpotensi timbulnya sengketa konsumen manakala terjadi force majeure, sehingga perlu diatur suatu perundang-undangan yang menentukan tentang hak dan kewajiban antara pengusaha dengan konsumen yang seimbang, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Pernyataan tentang klausula baku pada parkir gratis ini dalam UUPK berlaku asas : Lex Specialis Derogat Lex Generalis artinya ketentuan khusus (UUPK) mengenyampingkan ketentuan umum (KUHPerdata).

Hak produsen atau pelaku usaha diatur dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut : a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang diperdagangkan, b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik, c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen, d. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya. Menurut pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Produsen atau Pelaku Usaha memiliki kewajiban sebagai berikut : a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usaha, b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan, c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif, d. Menjamin mutu barang dan atau jasa yang di produksi dan atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa yang berlaku, e. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan atau mencoba barang dan atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan atau garansi atas barang yang dibuat atau yang di perdagangkan, f. Memberi konpensasi, ganti rugi, dan atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang diperdagangkan, g. Memberikan konpensasi, ganti rugi, dan atau penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Larangan pelaku usaha membuat klausula baku yang bertentangan dalam pasal 18 UUPK mengenai : a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha,

b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen, c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan atau jasa yang dibeli oleh konsumen, d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran, e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen, f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa, g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya, h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran. Parkir gratis merupakan klausula baku, tertulis dengan jelas pada karcis yang diberikan ketika pemilik kendaraan masuk area PT.Carrefour di Jl.Cipto MK Kota Cirebon. Hal ini sangat manarik untuk diteliti, sebab berhubungan dengan aspek hukum yang melingkupinya terutama dalam konsep pemahaman tentang perjanjian tersebut, dan bagi pengguna lahan parkir perjanjian dimaksud mempunyai kekuatan hukum yang mengikat atau sebaliknya. F. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi Penelitian ini dideskripsikan dengan menggunakan yuridis normatif, karena yang dianalisis berupa ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata kemudian Undang-Undang Perlindungan Konsumen serta ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan klausula baku.

2. Objek Penelitian Penelitian ini berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan pengalihan tanggung jawab dari tiap pengusaha (PT.Carrefour Kota Cirebon jl.cipto MK No.234) terhadap konsumen sehingga berfokus pada perlindungan hukum bagi konsumen selaku pengguna jasa parkir yang didasarkan pada Standar Operasional Pelayanan jasa parkir gratis. 3. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. 1. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen resmi maupun tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti. 2. Data Sekunder, yakni data yang didapat dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berkenaan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan dan disertai peraturan perundang-undangan. Data sekunder tersebut, dapat dibagi menjadi : a. Bahan Hukum Primer Bahan-Bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan perundangundangan yang terikat dengan objek penelitian. b. Bahan Hukum Sekunder Buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah hukum yang terikat dengan objek penelitian ini. c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan sekunder yang berasal dari surat kabar, majalah, ansiklopedia, kamus, dan sebagainya. 4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui teknik wawancara mendalam (depht interview) dan bentuk wawancara ini dapat berupa : a. Wawancara Terstruktur, dalam melakukan bentuk wawancara ini peneliti telah mempersiapkan permasalahan dan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. b. Wawancara Tidak Berstruktur, pada jenis wawancara ini peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan secara lebih bebas dan leluasa, tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. c. Teknik Observasi Partisipasi (Paticipant Observation), peneliti tidak memberitahukan maksudnya kepada kelompok yang diselidikinya. Peneliti dengan sengaja menyembunyikan bahwa kehadirannya di tengah-tengah kelompok yang diselidikinya itu adalah untuk penelitian. Melalui teknik observasi partisipasi, maka hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang tidak dapat terkumpul lewat wawancara seperti ekspresi, sikap ataupun aktivitas-aktivitas dalam struktur sosial komunitas masyarakat. d. Tinjauan Study Kepustakaan yaitu melakukan penelitian kepustakaan khususnya yang ada hubungannya dengan ruang lingkup penelitian ini, mempelajari teoriteori dari buku-buku ilmiah atau dari materi pembahasan guna memperoleh gambaran secara teoritis dan sistematis.

e. Field Research yaitu sumber data yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal ini PT.Carrefour Tbk. Kota Cirebon guna memperoleh informasi yang selengkap-lengkapnya mengenai Perlindungan Hukum bagi pengguna Pelayanan Parkir Gratis. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut diatas kemudian dianalisa dengan maksud agar sedapat mungkin apa yang telah dituangkan dalam penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara objektif dan ilmiah. G. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT.Carrefour Tbk di jalan dr.cipto Mangun Kusumo No.234 Cirebon yang bergerak bidang ritel yang terdapat lahan parkir kendaraan baik roda dua maupun roda empat dengan karcis parkir gratis. H. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam penyusunan skipsi ini terdri dari bagian : Bab I Pendahuluan yang berisikan mengenai : Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Tujuan penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian, Lokasi Penelitian, Sistematika Penulisan. Bab II Pokok-Pokok Perjanjian Baku Pada Karcis parkir gratis Terkait dengan Perlindungan Konsumen berisikan mengenai : Hubungan Hukum Antara Konsumen dengan Pelaku Usaha Dalam Konteks Karcis Parkir dan mengenai Aspek-Aspek Hukum Perjanjian Baku dalam Karcis Parkir. Bab III Mendeskripsikan Terbentuknya PT.Carrefour Kota Cirebon yang berisikan mengenai : Sejarah Terbentuknya PT.Carrefour di Cirebon dan Standar Operasi Parking PT.Carrefour.

Bab IV Implementasi Penerapan Klausula Baku Karcis Parkir Gratis Berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang berisikan : Pembahasan Mengenai Pemahaman Parkir Gratis berkaitan dengan Aspek hukumnya dan mengenai Penerapan Dari Pada Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 18 Berkaitan Dengan Klausula Baku Karcis Parkir Gratis PT.Carrefour Kota Cirebon. Bab V Kesimpulan dan Saran yang dirangkum dari hasil penelitian serta pembahasan yang dihubungkan, dengan teori yang diperoleh beserta penyampain saran kepada perusahaan ritel khususnya PT.CARREFOUR Kota Cirebon.