Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :46-56 (2013) ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

BAB III BAHAN DAN METODE

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERKEMBANGAN LARVA UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) ASAHAN PADA SALINITAS BERBEDA ABSTRAK

Jl. Beringin 308, Mariana-Palembang Tel./Fax. (0711) Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal-Universitas Sriwijaya

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

TINGKAT KELULUSAN HIDUP LARVA UDANG GALAH BERDASARKAN SUMBER GENETIK YANG BERBEDA

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

BAB III BAHAN DAN METODE

HASIL PENELITIAN. Kondisi Kualitas Air

BAB III BAHAN DAN METODE

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

BAB III BAHAN DAN METODE

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

II. BAHAN DAN METODE

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

3. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

Pertumbuhan Ikan Kardinal Banggai (Pterapogon kauderni) yang dipelihara pada Salinitas yang Berbeda dalam Wadah Terkontrol

PENGARUH TIPE PERSILANGAN TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN POPULASI BENIH UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Metode Aklimatisasi Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.)

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

PENGARUH SALINITAS MEDIA TERHADAP LAMA WAKTU INKUBASI DAN DAYA TETAS TELUR UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FERDINAND HUKAMA TAQWA

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

PERSENTASE POST LARVA UDANG GALAH SEBAGAI PEMBENTUK POPULASI SINTETIS G1 DARI SUMBER GENETIK SUNGAI PAGATAN, KINTAP DAN BARITO

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

II. BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

MODUL: PENETASAN Artemia

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :57-65 (2013) ISSN :

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BAB III BAHAN DAN METODE

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

METODE PENELITIAN. Materi Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan

BAB III BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

Tingkat Kelangsungan Hidup

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN :

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) : (2013) ISSN :

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Pengaruh salinitas dan daya apung terhadap daya tetas telur ikan bandeng, Chanos-chanos

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1) : (2014) ISSN :

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

PENDEDERAN LARVA IKAN TAMBAKAN (Helostoma temmincki) DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

PENGARUH BEBAN KERJA OSMOTIK TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP, LAMA WAKTU PERKEMBANGAN LARVA DAN POTENSI TUMBUH PASCALARVA UDANG GALAH

Pengaruh Ketinggian Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

Kejutan suhu pada penetasan telur dan sintasan hidup larva ikan lele. Clarias gariepinus)

Pengaruh Fluktuasi Suhu Air Terhadap Daya Tetas Telur dan Kelulushidupan Larva Gurami (Osphronemus goramy)

II. BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :46-56 (2013) ISSN : 2303-2960 PENENTUAN POLA PERUBAHAN SALINITAS PADA PENETASAN DAN PEMELIHARAAN LARVA UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) ASAL SUMATERA SELATAN Determination of Salinity Changes Pattern on Hatching and Rearing of Giant Freshwater Prawn Larvae (Macrobrachium rosenbergii) from South Sumatera. Obie Zikri 1, Ferdinand HT 2, Marsi 3 1 Mahasiswa Peneliti, 2 Dosen Pembimbing I, 3 Dosen Pembimbing II Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir 30662 ABSTRACT The purpose of this study was to determine the pattern of salinity changes on hatching eggs and rearing that the most effective for giant freshwater prawns from South Sumatra. The research was conducted in January to April 2012 in research institute of inland fisheries, Banyuasin South Sumatera. This research used four methods of treatment for the application of different salinity media water hatching eggs and larvae of water media. Method 1 of hatching and larvae rearing media at 12 ppt salinity maintained until postlarvae. Method 2 of hatching salinity media on ~ 0ppt to 4 ppt, and larval rearing medium salinity increased as larvae aged 2 to 8 days from 4 to 12 ppt salinity and salinity of 12 ppt maintained until postlarvae. Methods 3 of hatching media on ~ 0 ppt salinity, and larvae rearing medium salinity increased as larvae aged 1 to 6 days of salinity ~ 0 to 12 ppt and at 17 days old larvae of 12 ppt salinity reduced gradually until ~ 0 ppt to postlarvae. Methods 4 of hatching media on ~ 0 ppt salinity, and larval rearing medium salinity increased as larvae aged 1 to 6 days in salinity ~ 0 to 13 ppt and as larvae aged 17 days of 12 ppt salinity reduced gradually until ~ 0 ppt to pascalarva. The results showed that application of the methods 4 was the most effective achieve the ability to live the longest until 24 days. Keywords : Macrobrachium rosenbergii, udang galah, salinitas PENDAHULUAN Sumatera Selatan, khususnya Kabupaten Banyuasin yang sebelumnya merupakan lumbung penangkapan udang galah, seperti sungai Kenten, sungai Borang dan sungai Mariana yang pada tahun 2010 hingga 2011 bisa menghasilakan 50-100 kg/hari, tetapi dewasa ini dimulai dari akhir tahun 2011 terjadi penurunan hasil tangkap hingga hanya menghasilkan 2 kg/hari. Berdasarkan dari fakta tersebut memicu untuk membudidaya udang galah khususnya yang hidup di perairan Sumatera Selatan. Hal ini dikhawatirkan akan terjadi penurunan kembali populasi udang galah di alam, dikarenakan kualitas 46 46

perairan yang semakin memburuk menimbulkan trend negatif terhadap perkembangan udang galah. Tantangan dalam pembudidayaan udang galah adalah menemukan pola pemeliharaan larva untuk mengatasi tingginya mortalitas pada pembenihan udang galah karena, kondisi perkembangan awal sangat menentukan bagi pertumbuhan selanjutnya, maka penelitian dan percobaan tentang bagaimana kondisi larva berkaitan dengan salinitas harus dilakukan (Syafei, 2006). Kematian rentan terjadi dalam proses budidaya udang galah pada saat perubahan salinitas karena perbedaan osmolaritas terlalu besar. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan menyempurnakan metode adaptasi perubahan salinitas pada kegiatan produksi benih udang galah, dengan menentukan pola perubahan salinitas yang tepat serta menambahkan mineral penting dalam media air tawar pengencer agar tetap isoosmotik dengan cairan ekstrasel, serta membantu pengaturan pertukaran ion dalam mekanisme osmoregulasi sehingga berlangsung dengan baik. Pada penelitian ini akan mencari pola perubahan perubahan salinitas dari penetasan hingga pascalarva, dan kemampuan hidup dari stadia larva pada kisaran salinitas ~0 ppt hingga 13 ppt. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian penentuan pola perubahan salinitas pada penetasan dan pemeliharaan larva udang galah (Macrobrachium rosenbergii) asal Sumatera Selatan telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan April 2012 di Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Banyuasin Sumatra Selatan. Alat dan Bahan `Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu akuarium, bak fiberglass termometer, ph meter, DO meter, refraktometer, spektrofotometer, galon kecil, blower, instalasi aerasi, ember, heater, lampu pijar. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu, induk udang galah, kalium klorida, Artemia sp., air laut, air tawar dan Methylene Blue. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan empat metode penetasan dan pemeliharaan larva. Secara singkat skema metode penelitian digambarkan pada Gambar 1. 47

Gambar 1. Skema metode penelitian. Cara Kerja Persiapan Bak fiberglass sebanyak tiga buah dengan volume 1.000 l n, bak fiberglass pertama diisi 750 l air laut dan bak kedua diisi air tawar 750 l, diendapkan selama 48jam. Bak ketiga diisi air payau dengan salinitas 12 ppt, diberi larutan kaporit 10 g/ton dan diaerasi selama 24 jam, kemudian ditambahkan natrium tiosulfat 4 g/ton dan diaerasi lagi selama 1 jam, selanjutnya air diendapkan selama 24 jam sebelum digunakan. Wadah penetasan dan pemeliharaan larva berupa akuarium dengan ukuran 80 x 45 x 45 cm 3 yang dilengkapi dengan instalasi aerasi. Penyediaan pakan alami dilakukan setiap hari. Wadah penetasan pakan alami berupa galon kecil yang diisi air laut bersalinitas 32 ppt sebanyak 3 liter kemudian diberi kista Artemia sp. sebanyak 35 g dan diaerasi dengan kencang. Setelah 24 jam, nauplii Artemia sp. menetas dan siap dipanen. Penetasan induk dan pemeliharaan larva udang galah Metode 1 Penetasan dilakukan di air bersalinitas 12 ppt, dalam dua akuarium ukuran 80 x 45 x 45 cm 3. Masing-masing akuarium terdiri 3 ekor induk matang telur. 48

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zikri, et al. (2013) Setelah 48 jam penetasan, semua indukan telah menetaskan telurnya diangkat. Larva dipelihara pada salinitas 12 ppt hingga larva mencapai stadia 11 atau usia 30 hari. Metode 2 Penetasan induk dilakukan di air tawar di dalam dua akuarium ukuran 80 x 45 x 45 cm 3. Selama periode penetasan salinitas air media penetasan ditingkatkan secara gradual dari 0 ppt menjadi 4 ppt. Induk yang telah menetaskan telurnya diangkat. Salinitas media pemeliharaan larva ditingkatkan scara gradual dari 4 ppt hingga 12 ppt dalam waktu 6 hari, dari sejak larva berumur 2 hari hingga 8 hari. Salinitas media pemeliharaan larva 12 ppt dipertahankan hingga pascalarva. Metode 3 Penetasan induk berlangsung di air tawar didalam dua akuarium ukuran 80 x 45 x 45 cm 3. Salinitas media pemeliharaan larva ditingkatkan secara gradual mulai dari larva umur 1 hari hingga umur 6 hari dari salinitas 0 ppt hingga 13 ppt. Selanjutnya setiap hari salinitas diturunkan sebesar 2 ppt, hingga umur 30 hari salinitas media mencapai 1 ppt. Metode 4 Penetasan induk berlangsung di air tawar di dalam dua akuarium ukuran 80 x 45 x 45 cm 3. Salinitas media pemeliharaan larva ditingkatkan secara gradual mulai dari larva umur 1 hari hingga umur 6 hari dari salinitas ~0 ppt hingga 13 ppt. Selanjutnya setiap hari salinitas diturunkan sebesar 2 ppt, hingga umur 30 hari salinitas media mencapai 1 ppt. Berbeda dengan metode sebelumnya pada metode ini pada saat penurunan salinitas dari payau (13 ppt) menuju tawar (~0 ppt), air tawar yang digunakan diberi penambahan kalium klorida dengan dosis 25 ppm; 50 ppm; 75 ppm, 100 ppm dan tanpa penambahan kalium sebagai kontrol. Pemberian pakan dan penyiponan Pemberian pakan nauplii Artemia sp, dengan frekuensi 4 kali sehari yang dilakukan pada pagi (pukul 08.00 WIB), siang (pukul 13.00 WIB), sore (pukul 18.00 WIB) dan malam hari (pukul 22.00 WIB) secara ad libitum. Penyiponan dilakukan setiap hari (pukul 08.00 WIB) atau malam hari (pukul 22.00 WIB). Air yang disipon dari media pemeliharaan sebanyak 3/5 bagian. 49

Parameter yang Diamati Kemampuan Hidup Kemampuan hidup diamati sejak penebaran induk yang melakukan penetasan dan waktu hidup larva yang telah menetas hinga larva mencapai stadia 11. Penetasan Telur dan Perkembangan Larva Pengamatan daya tetas telur dilakukan dengan cara mengamati waktu yang dibutuhkan induk untuk menetaskan telur. Perkembangan stadia larva ditentukan dengan pengamatan morfologi larva menggunakan mikroskop.perkembangan stadia larva ditentukan dengan pengamatan morfologi larva menggunakan microskop. Fisika kimia air Parameter-parameter fisika kimia air yang diukur pada penelitian ini antara lain, temperatur, salinitas, oksigen, ph, amonia. Analisis Data Semua parameter dalam penelitian ini baik kelangsungan hidup, perkembangan larva, dan juga fisika kimia air media dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan Hidup Perubahan salinitas yang beragam dari masing-masing metode menghasilkan kemampuan hidup yang berbeda-beda. Berikut pola penerapan salinitas yang dilakukan selama masa pemeliharaan pada tiap-tiap metode sampai dengan batas kemampuan hidup yang tercapai disajikan dalam Gambar 2. Gambar 2. Pola perubahan salinitas selama pemeliharaan larva Dari semua metode yang dilakukan kematian induk terjadi hanya pada metode 1 yaitu sebesar 50%. Sedangkan pada metode 2, 3 dan 4. Semua induk berhasil melepaskan telurnya. Kematian induk pada metode 1 disebabkan penerapan salinitas 12 ppt pada media penetasan tidak melalui adaptasi yang belum sempurna saat pelaksanaannya. Perubahan media air tawar sebagai habitat aslinya ke air 50

payau salinitas 12 ppt menyebabkan stres induk yang berdampak kematian. Kemampuan hidup larva pada metode 1 dan metode 2 hanya berhasil mencapai umur 11 hari. Hal ini disebabkan pada pelaksanaan kedua metode ini belum dilakukan sistem pergantian air. Selain itu terdapat lampu pijar 60 watt yang diletakkan 15 cm dari permukaan air media pemeliharaan digunakan untuk menstabilkan suhu. Aquacop (1977) dalam Khasani (2002) menerangkan bahwa intensitas cahaya yang tinggi dalam bentuk cahaya langsung akan menurunkan selera makan dan menyebabkan kematian massal larva udang galah. Selain permasalahan intensitas cahaya, penggunaan lampu untuk mendukung kestabilan suhu tidak begitu efektif karena hanya bisa menjaga kestabilan suhu 26-28 0 C pada media, nilai tersebut belum optimal untuk mendukung kehidupan larva udang galah. Larva udang pada metode 3 mencapai kemampuan sampai umur larva 21 hari. Kematian terjadi akibat perubahan salinitas secara terus menerus memaksa larva untuk melakukan adaptasi untuk menjaga keseimbangan osmotik. Kemampuan merespon perubahan salinitas tersebut kerap kali gagal dilewati larva. Sebagaiman diutarakan Syafei (2006) bahwa umumnya pada fase perkembangan larva terjadi mortalitas tinggi akibat tidak dilewatinya secara optimal tahap penyesuaian di tingkat larva ke pascalarva, terutama keseimbangan osmotik terhadap perubahan media. Kemampuan hidup pada metode 4 mencapai umur 24 hari. Kematian secara total terjadi saat penurunan salinitas dari 3 ppt ke 1 ppt. Diduga akibat dari kematian total adalah kegagalan menjaga kondisi suhu air. Penambahan air pengencer ke media pemeliharaan secara gradual menimbulkan perubahan suhu mendadak dan tidak konsisten pada suhu optimum untuk kehidupan larva udang galah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadie dan Hadie (2002) yang menyatakan perbedaan suhu 2 0 C dapat berakibat buruk terhadap larva udang. Suhu media yang tercatat saat pemeliharaan larva pada salinitas 3 ppt adalah 29-31 0 C, sedangkan suhu air pengencer salinitas untuk mencapai 1 ppt adalah 26 0 C. Suhu media pemeliharaan saat mengalami kematian total tercatat 27 0 C. 51

Penetasan Telur dan Perkembangan Larva Penetasan induk paling baik yang didapat dari keempat metode yang dilakukan adalah pada metode 4 yaitu dengan salinitas ~0 berhasil menetaskan semua telur dalam kurun waktu 24 jam dan diperkuat pula dengan pencapaian kemampuan hidup larva tertinggi yaitu 24 hari. Sedangkan pada metode 1 dengan salinitas 12 ppt lama waktu penetasan 24 jam dengan kemampuan hidup induk 50%. Pada metode 2 dengan salinitas media ~0-4 ppt, penetasan berlangsung dalam kurun waktu 28 jam dan metode 3 dengan salinitas ~0 penetasan berlangsung dalam kurun waktu 30 jam. Walaupun dalam pola ruayanya udang galah melakukan aktifitas pemijahan di perairan payau telur udang galah dapat pula menetas pada kondisi salinitas 0,5 ppt (Rao, 1986 dalam Himawan dan Khasani, 2006). Pembagian stadium larva tergantung pada kecepatan perkembangan larva, tidak tergantung pada umur larva (Soetarno, 2001). Pada metode 1 dan metode 2 larva berhasil mencapai usia 11 hari atau stadia 4 (Gambar 3 dan Gambar 4). Pada metode 3 larva berhasil mencapai stadia 7 atau umur 21 hari (Gambar 5). Sedangkan, pada penerapan metode 4 larva berhasil mencapai stadia 8 atau usia 24 hari (Gambar 6). Perbedaan waktu perkembangan stadia yang dilalui tiaptiap metode terjadi dikarenakan penerapan salinitas yang berbeda-beda menuntut larva untuk beradaptasi dengan osmoregulai, kondisi ini diyakini mempengaruhi beban kerja osmotik larva. Semakin besar beban osmotik, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan larva udang galah untuk berubah stadia (Syafei, 2006). Stadia I Stadia II Stadia III Stadia IV (0-2 hari) (3-5 hari) (6-8 hari) (9-11 hari) Gambar 3. Perkembangan Stadia pada Metode 1 52

Stadia I Stadia II Stadia III Stadia IV (0-2 hari) (3-5 hari) (6-8 hari) (9-11 hari) Stadia I Stadia II Stadia III Stadia IV (0-3 hari) (4-7 hari) (8-9 hari) (10-11 hari) Stadia V Stadia VI Stadia VII (12-14 hari) (14-16 hari) (17-21 hari) Gambar 5. Perkembangan Stadia pada Metode 3 Stadia I Stadia II Stadia III Stadia IV (0-3 hari) (4-6 hari) (7-8 hari) (9-10 hari) Stadia V Stadia VI Stadia VII Stadia VIII (11-14 hari) (15-16 hari) (17-20 hari) (21-24 hari) Gambar 6. Perkembangan Stadia pada Metode 3 Fisika Kimia Media Hasil pengukuran fisika kimia air media penetasan dan pemeliharaan larva yang meliputi suhu, salinitas, ph, oksigen terlarut dan amonia disajikan pada Tabel 1. 53

Tabel 1. Fisika kimia air media penetasan telur dan pemeliharaan larva. Metode Proses Salinitas (ppt) Parameter pengamatan Suhu ( o C) ph (unit) Oksigen terlarut (mg/l) Amonia (ppm) 1. Penetasan Telur 12 26-28 7,0-7,5 6,96-7,17 0,069 Pemeliharaan Larva 12 26-28 7,0-7,5 6,15-7,28 0,091 2. Penetasan Telur ~0-4 26-28 7,0-7,3 6,92-7,11 0,072 Pemeliharaan Larva 4-12 26-28 7,0-7,3 6,90-7,12 0,082 3. Penetasan Telur ~0 29-32 7,0-7,2 6,46-7,86 0,071 Pemeliharaan Larva ~0-12 29-32 7,0-7,2 6,97-7,44 0,087 4. Penetasan Telur ~ 0 29-31 7,0-7,3 6,28-7,45 0,072 Pemeliharaan Larva 1-13 29-31 7,0-7,3 6,64-7,26 0,094 Kisaran suhu selama masa penetasan belum cukup baik tetapi masih dalam batas toleransi, sebagaimana diterangkan New (1995) dalam Rahmawati (2009). Udang galah dapat dipelihara pada suhu antara 14º sampai 35ºC, tetapi yang optimal adalah 29 sampai 31ºC. Demikian pula pada saat pemeliharaan larva dari metode 1 dan 2 yang berada di kisaran 26 sampai 28 0 C tidak cukup baik secara keseluruhan, karena kegagalan metode yang diterapkan untuk menjaga kestabilan suhu selama masa pemeliharaan. Sebagaimana menurut Justo et al., (1991) dalam Syafei (2006) nilai parameter suhu 28 0 C merupakan nilai terbaik dalam pemeliharaan larva udang galah, nilai tersebut juga sempat tercapai dalam metode 1 dan 2, hanya saja tidak menyeluruh pada masa peliharaan larva. Pada metode 4 suhu media yang berada dalam kisaran 27 sampai 31 0 C belum cukup optimium secara keseluruhan, kegagalan menjaga optimalisasi suhu karena pada saat penurunan salinitas penambahan air tawar pengencer dengan volume yang besar mengakibatkan perubahan suhu secara drastis. Sedangakan pada metode 3 suhu media yang berada dalam kisaran 29 hingga 31 0 C merupakan kisaran yang paling baik. Sesuai dengan kajian yang dikemukakan Hadie dan Hadie, (2002) suhu optimum pemeliharaan larva udang galah adalah 29-31 0 C. Salinitas selama masa penetasan hingga pemeliharaan larva dari metode 1 hingga 4 secara tergolong optimum bagi kehidupan larva, Moreira et al., (1980) dalam Hamzah (2004) menyebutkan udang galah pada tingkat 54

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zikri, et al. (2013) larva sampai akhir mertamorfosis hidup di perairan payau pada salinitas optimum 10-12 ppm. Sedangkan untuk udang dewasa yang melakukan pentasan, salinitas yang baik untuk tempat hidupnya adalah 0-7 ppm (Malecha, 1983 dalam Hamzah, 2004). Selama masa penetasan dan pemeliharaan larva derajat keasaman (ph) masih dalam kisaran yang optimal bagi kehidupan larva udang galah untuk semua metode. Menurut Chen dan Chen (2003) dalam Syafei (2006), kisaran nilai ph yang layak untuk larva udang galah berkisar antara 7,0-8,5. Menurut kajian yang dilakukan D Abramo dan Brunson (1996 a ) dalam Syafei (2006) rentang nilai amonia yang membahayakan, yaitu 0,1 ppm. Pada penelitian ini kisaran konsentrasi amonia selama masa penetasan hingga pemeliharaan larva dari metode 1 hingga hingga metode 4, cendrung rendah disebabkan pada air media selalu dilakukan penyiponan dan pergantian air secara berkala. Khusus pada stadia larva kandungan oksigen terlarut di atas 5 g/l - 1 cukup memadai untuk mendukung kehidupan larva udang galah (Law et al., 2002 dalam Syafei, 2006). Menurut New (2002) kandungan oksigen terlarut yang optimal untuk udang galah berkisar 3-8 mg/liter, dan menimbulkan stres jika di bawah 2 mg/liter. Selama masa penetasan hingga pemeliharaan larva dari metode 1 hingga 4 kandungan oksigen terlarut semua media menggunakan instalasi aerasi, sehingga kandungan oksigen terlarut pada air media selalu berada pada nilai yang tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penetasan telur udang galah paling efektif dilakukan pada metode 4 dengan salinitas media ~0 ppt dan setelah menetas salinitas media pemeliharaan larva segera ditingkatkan secara bertahap hingga 13 ppt selama 6 hari. 2. Pola perubahan salinitas pada metode 4 sebagai pola yang paling baik bagi pemeliharaan pasca penetasan larva udang galah yang berasal dari perairan Sumatera Selatan dan bisa mencapai stadia 8 atau hingga larva umur 24 hari. 55

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zikri, et al. (2013) Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kelangsungan hidup larva hingga pascalarva terutama cara penanganan saat penurunan salinitas dengan penambahan air tawar pengencer dalam volume yang banyak. DAFTAR PUSTAKA Hadie W., dan L.E. hadie. 2002. Budi Daya udang GIMacro di Kolam Irigasi, Sawah Tambak, dan Tambak : Penebar Swadaya. Hamzah, M. 2004. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan juvenil udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) pada berbagai tingkat salinitas media. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Himawan, Y., dan Khasani, I. 2010. Pengaruh salinitas media terhadap lama waktu inkubasi dan daya tetas telur udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Prosiding inovasi teknologi akuakultur. 43-48. Khasani, I. 2002. Upaya Peningkatan Produksi Hatcheri Udang Galah Melalui Optimalisasi Lingkungan Pemeliharaan. Warta Penlitian Perikanan Indonesia. 9 (3) : 6-10. New, M.B. 2002.Farming freshwater prawns a manual for the culture of the giant river prawn Macrobrachium rosenbergii. FAO Fisheries, United Kingdom Rahmawati, P.A, 2009. Evaluasi kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang galah( Macrobrachium rosenbergii DE MAN.) Strain Sulawesi, Jawa, dan Jenerik pada Media Asam. SkripsiFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Soetarno, AK. 2001. Budidaya Udang. Aneka Ilmu, semarang Syafei, L. S. 2006. Pengaruh beban kerja osmotik terhadap kelangsungan hidup, lama waktu perkembangan larva dan potensi tumbuhan pascalarva udang galah. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 56