ANALISIS SIKAP ORGANISASI ISLAM HIZBUT TAHRIR INDONESIA TERHADAP PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan kemajemukan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

III. METEDELOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina.

NILAI-NILAI DASAR SILA-SILA PANCASILA

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

Pancasila dan Implementasinya

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

ABSTRAK PENGARUH INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA TERHADAP SIKAP ANGGOTA ORGANISASI PERADAH SEPUTIH MATARAM. Oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar yang

ABSTRAK SIKAP PEMUDA TERHADAP BUDAYA DAERAH JATILAN DI DESA REJOMULYO LAMPUNG SELATAN. Oleh (Yela Tranica Sanur, Adelina Hasyim, Hermi Yanzi)

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

Pendidikan Kewarganegaraan

kata kunci: hasil belajar, kemandirian belajar, sikap belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak dapat dilepaskan dari pengaruh ideologi. Aktual, karena kajian ideologi

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA

Penulis. Ladyanst Berchah Pitoewas Hermi Yanzi. Penyunting Holilulloh

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK PANCASILA TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI MAKALAH

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan gambaran mengenai

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PERANAN GURU TERHADAP PERUBAHAN SIKAP SOSIAL SISWA. Artikel. Penulis: Suciati Nurmala. Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd.

KESESUAIAN ISI DAN BAHASA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VIII TERBITAN KEMDIKBUD. Oleh

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pancasila dan Implementasinya

PENGARUH PEMAHAMAN IDEOLOGI PANCASILA TERHADAP SIKAP MORAL DALAM MENGAMALKAN NILAI-NILAI PANCASILA. (Ayu Hanita Faradila, Holilulloh, M.

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

Arti Penting Ideologi bagi Suatu Bangsa dan Negara

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL NIM : Program Studi : Strata Satu. Jurusan : Teknik Informatika

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN PRAKTEK SISTEM BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN HASIL BELAJAR

SIKAP SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP NEGERI 2 MLATI SLEMAN YOGYAKARTA E-JOURNAL

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS. (Jurnal Skripsi)

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 WATES TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLABASKET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DI SMA NEGERI 4 PALU. Safrul 1 Alri Lande 2 Asep Mahpudz 3. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012

PANCASILA & AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Tugas akhir kuliah Pendidikan Pancasila. Reza Oktavianto Nim : Kelas : 11-S1SI-07

PANCASILA DISEBUT SEBAGAI SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Metode Bermain Peran (Role Playing), Penelitian Tindakan Kelas.

Makalah Pendidikan Pancasila

SIKAP ORANG TUA TERHADAP PENGENDARA MOTOR DIBAWAH UMUR DI LAMPUNG SELATAN. (Yuni Suryani, Holilulloh, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK

PENDIDIKAN PANCASILA

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS MAHASISWA

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM

TUGAS AKHIR. Irton, SE, M.Si STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA DOSEN

Kontroversi Agama dan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TUGAS KULIAH PANCASILA

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ANALISIS SIKAP SISWA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DI SDN 023 SEI GERINGGING TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA. Modul ke: 03TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN PKn UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR 1)

KURIKULUM PROGRAM S-1 MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI & INFORMASI INSTITUT MANAJEMEN TELKOM

YUSNIAR SDN 1 SUKARAME,

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

MAKALAH PANCASILA PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA INDONESIA. Dosen Pembimbing: Mohammad Idris. P, Drs, MM

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

ABSTRAK SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ADAT TUNGGU TUBANG DI DESA PULAU PANGGUNG KECAMATAN SEMENDE DARAT LAUT KABUPATEN MUARA ENIM. Oleh M.

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INTERAKTIF JURNAL. Oleh NYOMAN TRI YULIANTI MUNCARNO NELLY ASTUTI

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender

METODOLOGI PENELITIAN. menumbuhkan kesadaran siswa terhadap penegakan Hak asasi manusia

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI PANDANGAN HIDUP BANGSA INDONESIA

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB 1 SIKAP (ATTITUDE)

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI PANDANGAN HIDUP BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

MAKNA, HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP PANCASILA

KATA PENGANTAR. Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

III. METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan dari penelitian deskriftif ini

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang

Transkripsi:

1 ABSTRAK ANALISIS SIKAP ORGANISASI ISLAM HIZBUT TAHRIR INDONESIA TERHADAP PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA Oleh Roma Aprizon Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan sikap organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) terhadap Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan sampel 25 responden. Teknik pokok pengumpulan data menggunakan angket dan teknik penunjang dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul digunakan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap organisasi islam HTI terhadap Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia di Bandar Lampung dapat dikategorikan netral dengan persentase 68%, dalam artian HTI tidak berada di pihak yang secara ekstrim menolak keberadaan Pancasila, akan tetapi HTI juga tidak berada di posisi yang secara tegas mendukung Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia. Sedangkan sikap HTI terhadap Pancasila sebagai landasan berpikir bangsa Indonesia dapat dikategorikan tidak mendukung dengan persentase 88%. Sikap HTI terhadap Pancasila sebagai landasan bersikap dan berperilaku bangsa Indonesia dapat dikategorikan tidak mendukung dengan persentase 88%. Dan sikap HTI terhadap Pancasila sebagai penjamin dan pemersatu umat beragama dapat dikategorikan tidak mendukung dengan persentase sebesar 88%.. KATA KUNCI: Hizbut Tahrir Indonesia, Ideologi, Organisasi, Pancasila, Sikap

2 ABSTRACT AN ANALYSIS OF THE MOSLEM ORGANIZATION'S ATTITUDE TOWARD THE PANCASILA AS IDEOLOGY By Roma Aprizon The objectives of this research were to analyze and explain about the phases of knowledge, emotional tendency, and action tendency of Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) moslem organization toward the pancasila as Indonesian ideology. The method of this research was qualitative descriptive with 25 respondents. The main technique in collecting data used questionnaire and supporting technique used interview and documentation. To analyze the collecting data was used percentage formula. The result of this research showed that the moslem organization's attitude of HTI toward the pancasila as Indonesian ideology in Bandar Lampung could be categorized as neutral with 68% percentage, it meant that HTI was not in party which not only extremely decline the five basic principles of the Republic of Indonesia, but also firmly support the pancasila as Indonesian ideology. Meanwhile, the attitude of HTI toward the pancasila as thinking base of Indonesian could be categorized unsupported with 88% percentage. The attitude of HTI toward the Pancasila as thinking base and behavior of Indonesian could be categorized unsupported with 88% percentage. Then, the attitude of HTI toward the pancasila as guarantor and unifier of mankind could be categorized unsupported with 88% percentage. Key words: Attitude, Organization, Hizbut Tahrir Indonesia, The Pancasila, Ideology

3 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan keanekaragaman. Keanekaragaman yang terdapat di dalam sebuah negara, khususnya Indonesia, tentu memiliki beberapa dampak, baik itu dampak negatif maupun dampak positif. Dan ini merupakan suatu konsekuensi dari adanya keanekaragaman. Artinya, jika adanya suatu kemajemukan maka akan ada juga dampak yang ditimbulkan. Positif atau negatif yang ditimbulkan oleh kemajemukan ini tergantung bagaimana cara melihat dan menanggapinya. Karena jika ditanggapi dengan sesuatu yang positif maka kemajemukan ini akan terasa indah, begitu juga sebaliknya, jika ditanggapi dengan sesuatu yang negatif maka ia akan menimbulkan sesuatu yang negatif juga. Misalkan di dalam suatu negara terdapat berbagai macam suku bangsa, jika berbagai suku bangsa ini saling menghargai dan saling toleran antara satu dengan yang lainnya, maka kehidupan yang nyaman, tenteram, bahkan sejahtera sekalipun akan timbul akibat keberagaman ini. Begitu juga dengan keragaman-keragaman lainnya. Artinya, manusia sebagai mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain ini harus memandang positif segala perbedaan yang ada. Salah satu dampak positif yang timbul akibat adanya keberagaman atau kemajemukan adalah adanya kehidupan yang demokratis. Kehidupan yang demokratis dapat ditunjukkan dengan adanya saling haraga-menghargai antar sesama, saling menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, tolong-menolong, kebebasan berpendapat, kebebasan membuat kelompok atau organisasi, dan lain sebagainya. Salah satu dampak yang menarik adalah dimana adanya kebebasan dalam membuat dan ikut andil di dalam suatu kelompok atau organisasi, baik itu ormas, parpol atau organisasi-organisasi lainnya. Dewasa ini banyak dijumpai organisasi-organisasi yang timbul di dalam kehidupan sosial khususnya di Negara Indonesia. Baik itu partai politik, organisasi massa, dan lain-lain. Salah satu bentuk organisasi yang sudah dikenal dan memiliki banyak anggotanya adalah Organisasi-organisasi massa, di Indonesia saat ini terdapat banyak sekali organisasi massa (ormas), baik itu yang berhaluan pada bidang perpolitikan, bergerak dalam bidang kesosialan, maupun yang bergerak dalam bidang keagamaan. Organisasi semisal pemuda pancasila, BKPRMI, FPPI, Front Pembela Islam, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir Indonesia, dan masih banyak lagi ormas-ormas yang lainnya. Ormasormas ini muncul sebagai konsekuensi dari adanya kehidupan yang demokratis seperti yang telah diuraikan di atas. Munculnya ormas-ormas ini mengindikasikan bahwa kehidupan sosial Indonesia sangat menjunjung tinggi perbedaan. Salah satu organisasi massa (ormas) yang berlatar belakang keagamaan yang sekarang ini sedang berkembang adalah Hizbut Tahrir Indonesia, atau yang lebih dikenal dengan nama HTI. Ormas ini bergerak dalam bidang keagamaan dan perpolitikan. Kalau ditinjau dari sejarahnya HTI berdiri pada tahun 1953

4 di Al-Quds (Baitul Maqdis), Palestina. Gerakan yang menitik beratkan perjuangan membangkitkan umat di seluruh dunia untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui tegaknya kembali Khilafah Islamiyah ini dipelopori oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani, seorang ulama alumni Al-Azhar Mesir, dan pernah menjadi hakim di Mahkamah Syariah di Palestina. HTI masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an dengan merintis dakwah di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia. Pada era 1990-an, ide-ide dakwah HTI merambah ke masyarakat, melalui berbagai aktivitas dakwah di masjid, perkantoran, perusahaan, dan perumahan. Munculnya ormas-ormas seperti HTI ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat. Ada yang menyambut baik akan tetapi ada juga yang kontra terhadap organisasi ini. Masyarakat yang menyambut baik organisasi HTI ini menganggap bahwa pemerintahan secara Islami memang perlu dibangkitkan kembali. Mereka beralasan bahwa pemerintahan yang selama ini dijalankan tidak mampu memperbaiki segala bidang kehidupan. Baik itu dalam bidang hukum, perpolitikan, ekonomi dan sosial budaya. Dengan pemerintahan yang sekarang ini dianggap tidak dapat memperbaiki perilaku-perilaku masyarakat, bahkan pemerintahnya sendiri tidak dapat menjadi tauladan bagi masyarakat awam. Hal ini dibuktikan dengan maraknya praktek korupsi, pelanggaran hukum, dan lain sebagainya. Dan bagi mereka yang mendukung organisasi semacam HTI ini banyak yang memilih bergabung dengan organisasi tersebut. Disamping adanya masyarakat yang mendukung organisasi semacam HTI ini, ada pula sebagian masyarakat yang menganggap aneh bahkan menyalahkan cara-cara yang dilakukan oleh organisasi HTI tersebut. Bagi kalangan masyarakat yang kontra terhadap organisasi HTI, apa yang menjadi pedoman organisasi ini belum ideal jika diterapkan di Negara Indonesia. Hal ini disebabkan karena Negara Indonesia merupakan sebuah negara yang majemuk, baik dari beragamnya suku bangsa, agama, bahasa dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian mengenai Sikap Organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia di Bandar Lampung. Tinjauan Pustaka Dikemukakan oleh Sarnoff dalam Sarwono (2000: 15) Ia mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably) terhadap obyek obyek tertentu. Selain itu D.Krech dan R.S Crutchfield dalam Maulana Aziz (maulanaazis.blogspot.com.) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu. Sedangkan La Pierre dalam Saifuddin Azwar (2012: 5) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara

5 sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Lebih lanjut pendapat serupa diungkapkan oleh ahli psikologi lain, Berkowitz dalam Saifuddin Azwar (2012: 5) menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi. Istilah ideologi sering kali kita dapati dalam percakapan sehari-hari, baik itu percakapan mengenai perpolitikan maupun percakapan mengenai kemasyarakatan dan lingkungan sosial. Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk idea dan logia, yang berasal dari bahasa Yunani eidios dan logos. Secara sederhana ideologi diartikan sebagai gagasan yang berdasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya dan merupakan hasil dari pemikiran filsafati. Ideologi adalah ajaran, doktrin, teori, dan ilmu yang diyakini kebenarannya, yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Secara historis, istilah ideologi pertama kali diciptakan oleh desstut de tracy tahun 1976 di Prancis. Ia mengatakan bahwa ideoligi adalah science of ideas, the study of origin, evolution and nature of ideas. Selain pengertian di atas Sargent (Dalam Slamet Sutrisno 2006: 27) memberikan perumusan ideologi sebagai suatu sistem nilai atau keyakinan yang diterima seagai fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu. Subandi Al Marsudi (2003: 65) juga mengemukakan tentang pengertia ideologi. Ia mengatakan bahwa ideologi merupakan ajaran atau ilmu tetnatn gagasan dan buah pikiran. Pengertian idelogi menurut Padmo wahyono (dalam Subandi Al Marsudi 2003: 66) yaitu suatu kelanjutan atau konsekuensi daripada pandangan hidup bangsa, falsapah hidup bangsa dan akan berupa seperangkat tata nilai yang dicita-citakan akan direalisir di dalam kehidupan berkelompok. Berdasarka uraian-uraian di atas maka dapat kita ketahui bahwa pengertian ideologi telah mengalami pergesarn begitu rupa sehingga bukan lagi sebagai science of ideas. Ideologi berkembang menjadi pengertian yang mengandung arti sebagai gagasan, ide-ide yang semula merupakan sasaran pengkajian dalam science of ideas tersebut. Lebih lanjut, ideologi mengandung arti bukan hanya gagasan atau pemikiran, melainkan sebagai keyakinan. Ini berarti bahwa ideologi merupakan suatu keyakinan dalam diri individu untuk menjalani kehidupan yang lebih maju dan terarah. Istilah Pancasila sudah diknenal sejak dulu, yang dipergunakan sebagai acuan moral/etika dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia, seperti yang

6 terungkap dalam karya-karya pujangga besar Indonesia semasa berdirinya kerajaan Majapahit, dan dilukiskan dalam tulisan Empu Prapanca tentang negara kertagama, dan Empu Tantular dalam bukunya Sutasoma. Dalam buku sutasoma ini terdapat istilah Pancasila Krama yang mempunya arti lima dasar tingkah laku atau perintah kesusilaan yang lima, yang meliputi : a. Tidak boleh melakukan kekerasan (ahimsa) b. Tidak boleh mencuri (asteya) c. Tidak boleh berjiwa dengki (indriya nigraha) d. Tidak boleh berbohong (amrswada) e. Tidak boleh mabuk minum-minuman keras (dama). Tiga pengertian tersebut mengkualifikasikan, Pancasila sebagai falsafah dan ideologi yang menunjukkan jati diri atau citra visioner Bangsa Inonesia. Komitmen jati diri itu lebih ditunjukkan oleh pengertian pertama, tendensi ideologi pada pengertian kedua, dan pandangan visioner pada pengertian ketiga. Keseluruhannya dalam tema aktual mengkristal ke dalam wawasan kebangsaan yang memberi nuansa persatuan pada sisi internal dan memberi nuansa kesatuan pada sisi eksternal. Tujuan Penulisan Secara umum Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Sikap dari Organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Terhadap Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia. Secara khusus tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk Menjelaskan Sikap HTI Terhadap Pancasila Sebagai Landasan Berpikir Bangsa Indonesia. 2. Untuk Menjelaskan Sikap HTI Terhadap Pancasila Sebagai Landasan Bersikap Dan Berperilaku Bangsa Indonesia. 3. Untuk Menjelaskan Sikap HTI Terhadap Pancasila Sebagai Penjamin Semua Agama Di Indonesia Serta Menjamin Persatuan Dan Kesatuan Antar Para Pemeluknya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kantor DPD 1 HTI LampungSMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini berhubungan dengan masalah-masalah kekinian di dalam masyarakat dan memerlukan suatu analisis dan kebenarannya. Masalah yang sedang marak perkembangannya di berbagai negara khususnya Indonesia, yaitu ideologi-ideologi baru yang dibawa oleh organisasi-oranisasi seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Hal ini bertujuan supaya tidak adanya prasangka-prasangka yang salah terhadap organisasi HTI terutama tentang sikap mereka terhadap ideologi Bangsa Indonesia yaitu Pancasila.

7 PEMBAHASAN Penyajian Data A. Pancasila Sebagai Landasan Berpikir Bangsa Indonesia Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil perhitungan data untuk indikator kognisi atau tingkat pengetahuan diperoleh jumlah skor jawaban tertinggi adalah 5 dan jumlah skor jawaban terendah adalah 3. Penghitungan skor tersebut didasarkan pada pemberian skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan, skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan, dan skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan. Lalu diketahui bahwa sebanyak 5 responden atau 20% pengurus dan anggota HTI dalam lingkup penelitian ini, dapat diklasifikasikan dalam tingkat kognisi atau tingkat pengetahuan yang tidak baik dengan skor interval antara 3,0 3,09 poin, sedangkan tidak ada responden atau 0% pengurus dan anggota HTI dalam lingkup penelitian ini, dapat diklasifikasikan dalam tingkat kognisi atau tingkat pengetahuan yang cukup baik dengan skor interval 4,0 4,09 poin, dan sebanyak 20 responden atau 80% pengurus dan anggota HTI dalam lingkup penelitian ini, dapat diklasifikasikan dalam tingkat kognisi atau tingkat pengetahuan yang baik dengan skor interval 5,0-5,09 poin. Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil perhitungan data untuk indikator afeksi atau kecenderungan emosional diperoleh jumlah skor jawaban tertinggi adalah 5 dan jumlah skor jawaban terendah adalah 3. Penghitungan skor tersebut didasarkan pada pemberian skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan, skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan, dan skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan. Lalu diketahui bahwa sebanyak 20 responden atau 80% pengurus/anggota HTI dalam lingkup penelitian ini, dapat diklasifikasikan dalam tingkat afeksi atau kecenderungan emosional tidak setuju dengan skor interval antara 3,0 3,09 poin, sedangkan tidak ada responden dari 25 orang responden atau 0% dalam tingkat afeksi atau kecenderungan emosional kurang setuju dengan skor interval 4,0 4,09 poin, dan sebanyak 5 orang dari 25 responden atau 20% dalam tingkat afeksi atau kecenderungan emosional setuju dengan skor interval 5,0 5,09 poin. Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil perhitungan data untuk indikator konasi atau kecenderungan bertindak diperoleh jumlah skor jawaban tertinggi adalah 2 dan jumlah skor jawaban terendah adalah 2. Penghitungan skor tersebut didasarkan pada pemberian skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan, skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan, dan skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan. Lalu diketahui bahwa 22 orang dari 25 orang responden atau sekitar 88% dalam tingkat konasi atau kecenderungan bertindak tidak mendukung dengan skor interval antara 2,0 2,09 poin, sedangkan sebanyak 2 orang dari 25 responden atau 8% pengurus/anggota HTI dalam lingkup penelitian ini, dapat

8 diklasifikasikan dalam tingkat konasi atau kecenderungan bertindak netral dengan skor interval 3,0 3,09 poin, dan sebanyak 1 orang responden atau 4% dalam tingkat konasi atau kecenderungan bertindak mendukung dengan skor interval 4,0 4,09 poin. B. Pancasila Sebagai Landasan Bersikap Dan Berperilaku Bangsa Indonesia Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa hasil perhitungan data untuk indikator kognisi atau tingkat pengetahuan diperoleh jumlah skor jawaban tertinggi adalah 5 dan jumlah skor jawaban terendah adalah 3. Penghitungan skor tersebut didasarkan pada pemberian skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan, skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan, dan skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan. Lalu diketahui bahwa sebanyak 4 responden atau 16% pengurus dan anggota HTI dalam lingkup penelitian ini, dapat diklasifikasikan dalam tingkat kognisi atau tingkat pengetahuan yang tidak baik dengan skor interval antara 3,0 3,09 poin, sedangkan tidak ada responden atau 0% pengurus dan anggota HTI dalam lingkup penelitian ini, dapat diklasifikasikan dalam tingkat kognisi atau tingkat pengetahuan yang cukup baik dengan skor interval 4,0 4,09 poin, dan sebanyak 21 responden atau 84% pengurus dan anggota HTI dalam lingkup penelitian ini, dapat diklasifikasikan dalam tingkat kognisi atau tingkat pengetahuan yang baik dengan skor interval 5,0-5,09 poin Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil perhitungan data untuk indikator afeksi atau kecenderungan emosional diperoleh jumlah skor jawaban tertinggi adalah 6 dan jumlah skor jawaban terendah adalah 3. Penghitungan skor tersebut didasarkan pada pemberian skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan, skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan, dan skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan. Lalu diketahui bahwa sebanyak 21 responden atau 96% pengurus/anggota HTI dalam lingkup penelitian ini, dapat diklasifikasikan dalam tingkat afeksi atau kecenderungan emosional tidak setuju dengan skor interval antara 3,0 3,09 poin, sedangkan tidak ada responden dari 25 orang responden atau 0% dalam tingkat afeksi atau kecenderungan emosional kurang setuju dengan skor interval 4,0 4,09 poin, dan sebanyak 1 orang dari 25 responden atau 4% dalam tingkat afeksi atau kecenderungan emosional setuju dengan skor interval 5,0 5,09 poin C. Pancasila Sebagai Penjamin Keberadaan Semua Agama Di Indonesia Serta Menjamin Persatuan Dan Kesatauan Antar Para Pemeluknya. Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil perhitungan data untuk indikator konasi atau kecenderungan bertindak diperoleh jumlah skor jawaban tertinggi adalah 4 dan jumlah skor jawaban terendah adalah 2.

9 Penghitungan skor tersebut didasarkan pada pemberian skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan, skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan, dan skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan. Lalu diketahui bahwa 22 orang dari 25 orang responden atau sekitar 88% dalam tingkat konasi atau kecenderungan bertindak tidak mendukung dengan skor interval antara 2,0 2,09 poin, sedangkan sebanyak 2 orang dari 25 responden atau 8% pengurus/anggota HTI dalam lingkup penelitian ini, dapat diklasifikasikan dalam tingkat konasi atau kecenderungan bertindak netral dengan skor interval 3,0 3,09 poin, dan sebanyak 1 orang responden atau 4% dalam tingkat konasi atau kecenderungan bertindak mendukung dengan skor interval 4,0 4,09 poin D. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa hasil perhitungan data untuk ketiga indikator sikap yaitu kognisi, afeksi, dan konasi diperoleh jumlah skor jawaban tertinggi adalah 32 dan jumlah skor jawaban terendah adalah 28. Penghitungan skor tersebut didasarkan pada pemberian skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan, skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan, dan skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan. Lalu diketahui bahwa sebanyak 6 responden atau 24% pengurus/anggota HTI dalam lingkup penelitian ini, dapat diklasifikasikan dalam sikap tidak mendukung Pancasila Dijadikan Sebagai Ideologi bagi Bangsa Indonesia dengan skor interval antara 26 28 poin, sedangkan sebanyak 17 responden atau 68% dalam sikap netral atau tidak memihak terhadap Pancasila Yang Dijadikan Sebagai Ideologi Bagi Bangsa Indonesia dengan skor interval 29 31 poin, dan sebanyak 2 responden atau 8% pengurus/anggota HTI dalam lingkup penelitian ini, dapat diklasifikasikan dalam sikap mendukung Pancasila Dijadikan Sebagai Ideologi Bagi Bangsa Indonesia dengan skor interval 32-34 poin. Pembahasan Berdasarkan data hasil penyebaran angket kepada 25 responden yang berisikan 20 pertanyaan dan pernyataan mengenai Sikap Organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia di Bandar Lampung, maka peneliti akan menjelaskan keadaan dan kondisi yang sebenarnya sesuai dengan data yang diperoleh sebagai beikut: A. Sikap HTI Terhadap Pancasila Sebagai Landasan Berpikir Bangsa Indonesia 1. Indikator Kognisi (Tingkat Pengetahuan) Berdasarkan pengolahan hasil penelitian, diketahui bahwa 20 responden dari 25 responden atau sebesar 80% memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai Pancasila yang dijadikan Bangsa Indonesia sebagai landasan berpikirnya.

10 2. Indikator Afeksi Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa 20 dari 25 orang responden atau 80% responden tidak menyetujui jika Pancasila dijadikan sebagai landasan berpikir, landasan bersikap dan berperilaku Bangsa Indonesia. Alasan akan hal ini adalah seperti yang telah dipaparkan di atas. Yaitu akidah dan syari at Islam adalah yang paling tepat dijadikan sebagai ideologi negara. 3. Indikator Konasi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 22 orang dari 25 responden atau sekitar 88% cenderung untuk tidak mendukung jika Pancasila dijadikan sebagai landasan berpikir bagi Bangsa Indonesia. Hal ini berarti ada sebagian besar responden dalam hal ini anggota HTI yang berani menyampaikan sikap secara tegas akan penolakannya terhadap Pancasila yang dijadikan sebagai ideologi oleh Bangsa Indonesia. B. Pancasila Sebagai Landasan Bersikap Dan Berperilaku 1. Indikator Kognisi Berdasarkan pengolahan hasil penelitian, diketahui bahwa 21 responden dari 25 responden atau sebesar 84% memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai Pancasila sebagai landasan bersikap dan berperilaku bagi Bangsa Indonesia. Para responden juga telah mengetahui dengan baik bahwa Pancasila dijadikan sebagai landasan bersiakp dan berperilaku Bangsa Indonesia. 2. Indikator Afeksi Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa 24 dari 25 orang responden atau 96% responden tidak menyetujui jika Pancasila dijadikan sebagai landasan bersikap dan berperilaku Bangsa Indonesia. Alasan akan hal ini adalah seperti yang telah dipaparkan di atas. Dimana akidah dan syari at Islam adalah yang paling tepat dijadikan sebagai landasan bersikap dan berperilaku dalam suatu negara. 3. Indikator konasi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 22 orang dari 25 responden atau sekitar 88% cenderung untuk tidak mendukung jika Pancasila dijadikan sebagai landasan bersikap dan berperilaku bagi Bangsa Indonesia. Hal ini berarti ada sebagian besar responden dalam hal ini anggota HTI yang berani menyampaikan sikap secara tegas akan penolakannya terhadap Pancasila yang dijadikan sebagai ideologi oleh Bangsa Indonesia. C. Pancasila Sebagai Penjamin Keberadaan Semua Agama Di Indonesia Serta Menjamin Persatuan Dan Kesatauan Antar Para Pemeluknya 1. Indikator kognisi Berdasarkan pengolahan hasil penelitian, diketahui bahwa 21 responden dari 25 responden atau sebesar 84% memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai Pancasila yang dijadikan Bangsa Indonesia sebagai penjamin keberadaan semua

11 agama di indonesia serta menjamin persatuan dan kesatauan antar para pemeluknya. 2. Indikator Afeksi Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa 20 dari 25 orang responden atau 80% responden tidak menyetujui jika Pancasila dijadikan sebagai penjamin keberadaan semua agama di Indonesia serta menjamin persatuan dan kesatauan antar para pemeluknya. Alasan nya adalah seperti yang telah dipaparkan di atas. Dimana akidah dan syari at Islam adalah yang paling tepat dijadikan sebagai penjamin keberadaan semua agama di Indonesia serta menjamin persatuan dan kesatauan antar para pemeluknya. Dimana akidah dan syari at Islam lebih berketuhanan yang maha esa dibanding dengan ideologi Pancasila, dimana sila pertama menurut mereka tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. 3. Indikator Konasi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 22 orang dari 25 responden atau sekitar 88% cenderung untuk tidak mendukung jika Pancasila dijadikan sebagai landasan bersikap dan berperilaku bagi Bangsa Indonesia. Hal ini berarti ada sebagian besar responden dalam hal ini anggota HTI yang berani menyampaikan sikap secara tegas akan penolakannya terhadap Pancasila yang dijadikan sebagai ideologi oleh Bangsa Indonesia. D. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebanyak 17 orang dari 25 orang responden atau sekitar 68% responden menyatakan bertindak netral terhadap Pancasila. Hal ini berarti mereka secara institusi menolak akan keberadaan pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia, akan tetapi mereka tidak mengekspresikan penolakan ini secara tegas dan ekstrim. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa Sikap Organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia di Bandar Lampung bahwa: Pancasila Sebagai Landasan Berpikir Bangsa Indonesia a. Indikator kognisi atau tingkat pengetahuan Organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia terhadap Pancasila sebagai landasan berpikir bagi Bangsa Indonesia dapat dikategorikan baik. b. Indikator afeksi atau kecenderungan emosional Organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia terhadap Pancasila yang dijadikan sebagai landasan berpikir oleh Bangsa Indonesia dapat dikategorikan tidak setuju. c. Indiktor konasi atau kecenderungan bertindak Organisasi Islam HTI terhadap Pancasila yang dijadikan sebagai landasan berpikir oleh Bangsa Indonesia dapat dikategorikan cenderung tidak mendukung.

12 1. Pancasila Sebagai Landasan Bersikap Dan Berperilaku Bangsa Indoneisa a. Indikator kognisi atau tingkat pengetahuan Organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia terhadap Pancasila sebagai landasan bersikap dan berperilaku Bangsa Indoneisa dapat dikategorikan baik. b. Indikator afeksi atau kecenderungan emosional Organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia terhadap Pancasila yang dijadikan sebagai landasan bersikap dan berperilaku Bangsa Indoneisa dapat dikategorikan tidak setuju. c. Indiktor konasi atau kecenderungan bertindak Organisasi Islam HTI terhadap Pancasila yang dijadikan sebagai landasan bersikap dan berperilaku Bangsa Indonesia dapat dikategorikan cenderung tidak mendukung. 2. Pancasila Sebagai Penjamin Keberadaan Semua Agama Di Indonesia Serta Menjamin Persatuan Dan Kesatauan Antar Para Pemeluknya a. Indikator kognisi atau tingkat pengetahuan Organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia terhadap Pancasila sebagai penjamin keberadaan semua agama di Indonesia serta menjamin persatuan dan kesatauan antar para pemeluknya dapat dikategorikan baik. b. Indikator afeksi atau kecenderungan emosional Organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia terhadap Pancasila Pancasila sebagai penjamin keberadaan semua agama di Indonesia serta menjamin persatuan dan kesatauan antar para pemeluknya dapat dikategorikan tidak setuju. c. Indiktor konasi atau kecenderungan bertindak Organisasi Islam HTI terhadap Pancasila sebagai penjamin keberadaan semua agama di Indonesia serta menjamin persatuan dan kesatauan antar para pemeluknya dapat dikategorikan cenderung tidak mendukung, 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut: 1. Kepada Organisasi Islam HTI (pengurus dan anggota) agar dapat memiliki kesadaran yang tinggi terhadap Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia 2. Kepada Pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian lebih kepada masyarakat akan keberadaan Pancasila. Melalui pendidikan. 3. Kepada pihak sekolah diharapkan lebih memperhatikan pengetahuan para siswanya akan Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia. Dengan cara memperbanyak jam pelajaran, memperbaiki kualitas guru dan lebih mengintensifkan pelajaran PKn. 4. Kepada pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat menjalankan Pancasila secara murni dan konsekuen. Dengan cara menaati semua nilainilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila. Maka kesadaran dari pemerintah dan rakyat secara bersama-sama ini nantinya akan mampu memperbaiki ketimpangan-ketimpangan di dalam berbagai bidang kehidupan

13 DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur Dan Strategi. Bandung: Angkasa. Al Marsudi, Subandi. 2008, Pancasila Dan UUD 45 Dalam Paradigma Reformasi. Jakarta: Rajawali Pers. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Pedekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Dan Pendekatan Prakrtis. Jakarta: Bina Aksara. Aziz, Maulana. 2012. Pengertian Sikap. http://maulanaazis.blogspot.com. Diakses tanggal 25 Desember 2012. Azwar, Saifuddin. 2010. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Baharudin, Nursyah. 2013. Panacasila sebagai ideologi terbuka. http://silabusrppsma.blogspot.com. Diakses tanggal 12 Februari 2013. Cara pedia. 2013. Pengertian Analisis. http://carapedia. Com/pengertian _ definisi_ analisis_ info2056. html. Diakses tanggal 13 Januari 2013. Chotib, Dkk. 2006. Kewarganegaraan Menuju Masyarakat Madani. Jakarta: Yudhistira. Denni. 2011. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka. http:// blogdenni. wordpress.com/ tag. Diakses tanggal 12 Februari 2013. Dunia Psikologi. 2013. Pengertian Dan Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap. http://www. duniapsikologi.com. Diakses tanggal 24 Januari 2013. Gerungan, W.A. 2009. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Hizbut Tahrir. 2005. Seruan Hizbut Tahrir Kepada Umat Islam. Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia. Hizbut Tahrir. 2005. Latar Belakang Hizbut Tahrir. http://hizbuttahrir.or.id/tentang-kami/. Diakses tanggal 12 februari 2013. Kaelan. 1999. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Prestasi Pustaka.

14 Mar at. 1982. Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia. Bandung Ratni. 2012. Pancasila sebagai filsafat bangsa. http://ratni_itp.staff.ipb.ac.id/ 2012/06/11/ pancasila- sebagai- filsafat/. Diakses tanggal 28 februari 2013. Said Ali, As ad. 2012. Ideologi Gerakan Pasca Reformasi. Jakarta: LP3ES. Saputro, Budi. 2012. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka. http://saputro64. blogspot.com. diakses tanggal 17 Januari 2013. Saputro, Budi. 2012. Pengertian Dan Macam-Macam Organisasi. http://saputro64. blogspot.com. diakses tanggal 17 Januari 2013. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers. Soemirat, Betty dan Eddy Yehuda. 2001. Opini Publik. Universitas Terbuka: Jakarta Sutrisno, Slamet. 2006, Filsafat Dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: Andi Offset. Trianto Dan Triwulan Tutik, T. 2007. Falsafah Negara Dan Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Prestasi Pustaka. Unila. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Unila. Widjaya, H.A.W. 2004. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Dan HAM Di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Wordpress. 2008. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka. http://fixguy. wordpress.com/ makalah- pancasila-sebagai-ideologi-terbuka-dan kaitannyadengan- penegakan- supremasi- hukum/. Diakses tanggal 21 Januari 2013. Zada, Khamami, Dkk. 2008. Prakarsa Perdamaian Pengalaman Dari Berbagai Konflik Sosial. Jakarta: PP Lakpesdam NU Zarkasyi. 2012. Nilai-nilai pancasila. http://zarkasyii.blogspot.com/2012/06/nilainilai-pancasila.html. Diakses tanggal 28 februari 2013.